Semenjak hari itu, Ersya menjaga jarak dengan Arhan. Sebisa mungkin dia tidak bertemu dengan Arhan, suaminya.
Bukan tanpa alasan Ersya menjauhi Arhan, dia cukup sadar diri bagaimana sekarang posisinya. Dia menjadi penghalang besar untuk Arhan dan kekasihnya itu. Ersya tidak ingin jika suatu saat dia di salahkan dengan tudingan perusak hubungan orang.
Ersya menghela nafasnya sesaat jam kelasnya sudah berakhir, rasanya ingin dia menemui kedua orangtuanya. Uang tabungannya sudah mulai habis, dia ingin meminta uang kepada Papa nya.
"Bagaimana ya? uang tabunganku sepertinya tidak akan sampai untuk bulan depan, jika aku meminta uang kepada Papa. Beliau pasti akan banyak menanyakan hal-hal." lirih Ersya, dia menggenggam ponselnya dengan pemikiran yang bingung.
Sedetik kemudian, dia dibuat terkejut dengan klakson motor yang berada di belakangnya. Ersya membalikan tubuhnya untuk melihat siapa yang berada di belakang tubuhnya itu.
"Kak Varriel?" Ersya mengerutkan keningnya sesaat melihat Varriel yang menatap dirinya dengan tatapan tajam.
"Naiklah, ada yang mau aku tanyakan kepadamu."
"Tidak usah, jika ada hal yang ingin kakak tanyakan. Silahkan tanyakan sekarang, aku tidak punya banyak waktu." jawab Ersya tanpa melihat ke arah Varriel.
Varriel turun dari motornya. Dia menggenggam tangan Ersya yang sangat dia rindukan itu. "Bisakah kali ini saja kamu ikut denganku? aku tidak bisa menanyakannya di sini."
Deg.
Mendengar ucapan itu, Jantung Ersya seakan berhenti berdetak. Dia menatap Varriel dengan tatapan was-was.
"A-apa maksdunya?"
"Sudahlah, ikut denganku!"
Akhirnya mau tidak mau, Ersya naik ke motor Varriel. Dia merasa tidak nyaman sesaat Varriel menarik tangannya untuk memeluk pinggangnya.
"Pegangan, bukannya tadi katamu kalau kamu tidak mempunyai banyak waktu? jadi aku mau mempersingkat waktumu itu." jelas Varriel, dia langsung melakukan motornya.
Sesampainya mereka berada tepat di sebuah cafe ternama yang banyak dikunjungi oleh orang-orang penting, Varriel dengan cool nya langsung menepikan motornya itu tepat di parkiran motor.
Ersya mengerutkan keningnya. Dia menatap ke-sekitar cafe yang terlihat sangat ramai pengunjung. "Kak, kenapa kita ke sini?" tanya Ersya.
"Bukannya tadi kamu sedang mencari perkerjaan? kebetulan sepupuku sedang mencari karyawan, dan sepertinya kamu bisa menggunakan lowongan itu."
Deg.
"Ba-bagaima kakak bisa tahu kalau aku sedang mencari perkerjaan?" tanya Ersya lagi. Dia terkejut sesaat Varriel mengetahui bahwa dirinya saat ini sedang mencari perkerjaan.
Bukannya langsung menjawab, justru Varriel mengusap rambut Ersya dengan senyuman manisnya. Tentu hal ini membuat Ersya sangat kikuk, dia menjadi tidak enak karna kini dia sedang di pandang oleh banyak orang.
"Ehem, sebaiknya kita langsung masuk saja." Varriel menggandeng tangan Ersya untuk masuk ke dalam cafe sepupunya. Dia tidak memperdulikan dengan tatapan semua orang yang melihat ke arahnya. Baginya saat ini adalah saat yang istimewa, saat-saat yang sangat di nantikan oleh Varriel adalah saat dirinya menggandeng tangan Ersya di hadapan banyak orang.
Namun saat-saat manis yang dirasakan oleh Varriel, bertolak belakang dengan apa yang dirasakan oleh Ersya. Dia sangat kesal dengan sikap Varriel yang menggenggam tangannya seperti itu.
"Kenapa dia menggenggam tanganku seperti ini? aku sangat tidak nyaman! harghh kenapa perasaanku mendadak gelisah seperti ini?" gumam Ersya.
Tanpa keduanya sadari, sendari tadi sepasang mata menatap ke arah mereka berdua. Terutama ke arah Ersya. Tatapan yang sulit di artikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU IDOLAKU
Romance"Kagumi saja dia sebagai idolamu. Jangan pernah berharap bahwa kamu dapat memilikinya." Kata itu yang selalu di ucapkan oleh Ersya setiap kali melihat idolanya. Namun, justru takdirnya berkata lain. Takdirnya berkata bahwa Ersya dapat memiliki idol...