Part 9

395 20 1
                                    

"Kamu kedinginan?" tanya Arhan kepada Ersya sesaat melihat pergelangan tangan Ersya yang terlihat menggigil.

Ersya mengangguk lemas, dia merasakan tubuhnya menggigil karna cuaca sangat dingin dan di tambah dengan grimis.

Arhan membuka jaket yang dia pakai, Arhan memakaikan jaket itu kepada Ersya. Sungguh, pemandangan seperti apa ini? seakan mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan, Ersya sungguh tidak mau bangun jika ini mimpi.

Tidak hanya jaket, Arhan juga meraih pergelangan Ersya dan mengusapnya dengan perlahan. Usapan tangan yang membuat jantung Ersya semakin bergetar, dia merasakan nafas idolanya itu semakin dekat dengannya.

"Ya tuhan, apa ini mimpi? jika ini mimpi, jangan bangunkan aku. Tapi jika ini kenyataan, buatlah semua yang kita lakukan harus abadi." batin Ersya.

"Apa sudah mendingan?" Tanya Arhan sambil menatap kedua mata Ersya yang sendari tadi menatap ke arahnya.

"Su-sudah mendingan, kak. Terimakasih," jawab Ersya dengan gugup.

Arhan mengangguk pelan, dia berdiri dari duduknya dan melihat sekeliling hutan yang nampak sangat sepi. Tatapan mata Arhan tertuju kepada sebuah cahaya yang berada di ujung sana.

"Kamu sudah mendingan? kita harus secepatnya ke sana (Arhan menunjuk ke arah cahaya) sepertinya di sana ada permukiman." Ucap Arhan.

Ersya mengikuti arah pandang yang ditunjukkan oleh idolanya itu, wajahnya seketika sendu, dia seakan tidak ingin pergi ke sana. Ya, karna dia tahu jika dia pergi ke sana, dia tidak akan dapat mendapatkan momen seperti ini lagi.

Namun, Ersya juga tidak boleh egois. Dia harus sadar kalau Arhan sangatlah mustahil dia dapatkan.

Dengan menggenggam tangan idolanya. Ersya berjalan dengan santai sambil terus menatap punggung idolanya itu.

Arhan terus berjalan mengikuti arah cahaya, dia sesekali menyibakan daun-daun yang menghalangi jalannya. Tak lupa dia juga melihat ke sampingnya untuk memastikan Ersya aman dengannya.

Arhan menghentikan langkah kaki nya. "Kamu lelah?" Tanya nya.

Belum sempat menjawabnya. Terlebih dulu Arhan tertunduk dan mempersilahkan punggungnya untuk Ersya, dia menggendong Ersya.

"A-apa tidak apa-apa, kak? a-aku masih bisa berjalan kok." lirih Ersya dengan gugup.

"Sudah naiklah! malam semakin gelap, kita harus secepatnya ke sana." tegas Arhan.

Mau tidak mau, Ersya akhirnya mengikuti perintah Arhan. Dia di gendong oleh sang idolanya itu.

Ingin rasanya Ersya berteriak dan mengungkapkan apa yang ada di hatinya saat ini, Ersya sungguh merasakan kebahagiaan yang sangat banyak.

Dia mempererat pegangannya kepada pundak Arhan, sesekali dia mendengar deru nafas Arhan.

Keduanya berjalan dengan cukup melelahkan, sampai pada akhirnya mereka masuk ke dalam sebuah pemukiman warga yang ada di sana.

Arhan menurunkan Ersya dari punggung nya. "Turunlah, kita sudah sampai."

Ersya turun dengan perlahan, dia menatap sekelilingnya yang nampak sangat sepi.

"Dimana warga-warga?" lirih Ersya.

"Mungkin mereka sudah tertidur, kita cari tempat untuk berteduh, hujan mulai turun kembali." Arhan kembali menggandeng pergelangan tangan Ersya, dia melihat sekelilingnya yang nampak sangat sepi.

"Kak! Kak! Kak!" Sertakan Ersya. "Lihat itu (Ersya menunjuk gubuk yang ada di depannya.) sepertinya itu kosong, kita bisa memakainya untuk berteduh." Ucap Ersya.

Arhan menganggukan kepalanya. Dia dengan Ersya menerobos hujan deras, keduanya tertawa bersama saat tanpa sengaja saling bertabrakan.

Gubuk yang kondisinya masih sangat layak untuk di pakai, Arhan dapat melihat isi dari dalam gubuk itu ada bantal dan juga tikar untuk beristirahat.

"Istirahatlah, Ersya. Hari sudah mulai malam, tidak baik untuk mu."

"Emm, iya kak."

Arhan tersenyum tipis. "Jangan khawatir, aku akan tetap disini. Aku akan menjagamu."

SUAMIKU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang