Kata-kata itu terus terngiang di telinga Ersya. Entah kenapa Ersya merasa tubuhnya seketika langsung lemas. Terlihat Ersya hanya menatap lulus ke arah depan.
Melihat sahabatnya itu terdiam diri, Vina menepuk pundak Ersya yang membuat Ersya tersentak. "Lu kenapa, Sya?" tanya Vina, dia mengangkat satu alis nya.
Ersya menggelengkan kepalanya. "Gapapa, Vina." jawab Ersya. Dia tersenyum menatap Vina, namun jauh dari pikirannya... dia masih memikirkan ucapan yang tadi.
Keduanya bersiap sesaat Sisil datang dengan pesanannya. Ketiganya bergegas untuk langsung memakannya. Di sela-sela makannya, Ersya sempat berhenti dan menatap ke arah lain.
"Jika kak Arhan akan bertunangan, lantas untuk apa pernikahan ini?" batin Ersya.
Sisil menatap Vina, dia mengangkat dagu nya seolah menanyakan tentang ada apa dengan Ersya. Vina yang di tatap Sisil, dia menggelengkan kepalanya.
Tidak membutuhkan banyak waktu, ketiga nya telah selesai makan. Ersya langsung mengajak ke-dua sahabatnya itu untuk langsung kembali ke dalam kelas. "Yuk, sebentar lagi masuk kelas." Vina dan Sisil mengangguk, mereka mengikuti Ersya yang masuk ke dalam kelas.
Sesaat sudah di dalam kelas, Ersya menatap buku yang tadi sempat di berikan oleh suaminya. Entah kenapa dia masih teringat perlakuan manis suaminya. Namun sedetik kemudian, dia langsung menggelengkan kepalanya.
"Sya, lu baik-baik aja kan?" Sisil bertanya karna melihat sikap aneh Ersya. Dia memegang kening Ersya. "Ngga panas, tapi kenapa lu tadi geleng-geleng kepala?"
"It--"
"SISIL, ERSYA, JANGAN BERISIK!"
Keduanya langsung terdiam sesaat mendapatkan teguran dari guru mereka. Ersya dan sisil kembali mengikuti pelajaran kelasnya. Sesaat guru tersebut keluar, Vina langsung berbalik dan menatap Ersya.
"Lu jadi kerja, Sya?"
Ersya mengangguk. "Iya, Vin. Gua jadi kerja, kalo gua ga kerja ya siapa yang bakalan nanggung hidup gua haha." Jawab Ersya dengan sedikit bercanda.
Sisil mengerutkan keningnya. Dia sama sekali tidak mengetahui kalau sahabatnya itu akan berkerja. "Kerja dimana? ko lu gak ngasih tau gua! lu ko gitu, Sya!"
Vina menjitak jidat Sisil, bisa-bisanya Sisil bertanya dengan cerocosannya. "Lu kalo ngomong itu pelan-pelan, kebiasaan nyerocos terus lu!"
"Sakit!" ringis Sisil, dia memutar bola matanya malas.
Ersya tertawa pelan, dia menggelengkan kepalanya melihat sikap kedua sahabatnya. "Udah-udah, gua kerja di cafe nya Varriel."
"Varriel?"
"Iya, kemarin dia nawarin lowongan kerja. Dan ya kebetulan juga gua lagi butuh, ya gua terima." jelas Ersya.
Sisil melirik ke arah Ersya. "Bukannya bokapnya si Varriel gak punya usaha cafe, ya?"
"Maksud gua itu, yang punya cafe nya pamannya si Varriel."
"Siapa?"
Tuk!
"SAKIT, VINA!!" teriak Sisil, dia mengusap jidatnya yang lagi-lagi menjadi sasaran tangan Vina.
Bukannya meminta maaf, justru Vina tertawa. "Yeh, lagian lu mau tau aja."
"Ck, kan kali aja pamannya si Varriel masih single terus hot, bisa lah buat gua haha."
"Kalaupun pamannya si Varriel itu single, dia gak bakalan mau sama bocil ingusan Kaya lu, Sisil!"
"VINA!!!!"
Ketiga tertawa bersama, namun tanpa mereka sadari, sendiri tadi sepasang mata menatap ke arah ketiganya. Terlihat jelas senyuman yang tadi mengembang namun sekarang turun. Seseorang itu langsung bergegas pergi sesaat Ersya mengarahkan pandangannya ke arah nya.
"Kenapa, sya?" tanya Vina, dia mengikuti arah pandang Ersya.
"Engga, tadi gua cuman Kaya liat seseorang aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU IDOLAKU
Romance"Kagumi saja dia sebagai idolamu. Jangan pernah berharap bahwa kamu dapat memilikinya." Kata itu yang selalu di ucapkan oleh Ersya setiap kali melihat idolanya. Namun, justru takdirnya berkata lain. Takdirnya berkata bahwa Ersya dapat memiliki idol...