Part 23

323 34 7
                                    

Ersya bangun tidur lebih awal dari biasanya. Dia bergegas untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Ya walaupun Ersya tidak yakin sarapannya itu akan di makan oleh suaminya. Meskipun begitu, Ersya sudah menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri.

Setelah membersihkan dapur, Ersya menyiapkan segelas teh hangat untuk suaminya. Setelah itu dia kembali masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

Tak berselang lama setelah Ersya pergi, pintu kamar Arhan mulai terbuka. Terlihat jelas Arhan yang telah siap dengan pakaian casual nya. Dia berjalan mendekat ke arah meja makan yang tercium aroma sedapnya makanan.

"Apa dia tidak lelah menyiapkan ini semua?" lirih Arhan sambil melihat beberapa macam sarapan yang dibuat oleh Ersya.

Arhan hanya menatap sarapan yang dibuat oleh Ersya, dia menatap tanpa berniat untuk mencicipinya. Dia melirik sekilas ke arah pintu kamar Ersya yang mulai terbuka dan menampakkan sosok Ersya yang terlihat sudah rapih dengan seragamnya.

"Ayo sarapan dulu, kak!" ajak Ersya. Dia menarik kursi meja untuk suaminya. Ersya mengambil piring dan mengambilkan nasi untuk suaminya. "Silahkan sarapan dahulu, kak."

Ersya duduk tepat di samping Arhan, dia mengambilkan segelas air putih untuk suaminya. "Makanlah, aku sudah memasak tumis langkung kesukaan kakak." ucap Ersya sambil tersenyum manis.

Arhan mengerutkan keningnya. Pasalnya bagaimana Ersya tau kalau dirinya menyukai tumis kangkung. Melihat respon Arhan, tentu membuat Ersya tertawa pelan.

"Tidak usah dipikirkan, kak. Sudah menjadi hal yang wajar jika mengetahui makanan kesukaan idolanya."

Arhan mulai memakan sedikit masakan Ersya. Jika bisa di bilang, justru Arhan baru kali ini sarapan berat yang menurutnya sudah jarang dia temui setelah dirinya jauh dari ibunya.

"Jika saja kakak memakan masakanku dengan rasa cinta, aku pasti akan menjadi wanita yang beruntung karna mendapatkannya. Namun seperti ini saja sudah membuat aku bahagia." gumam Ersya sambil menatap suaminya yang tengah menyantap sarapannya.

Kurang dari 10 menit, keduanya telah selesai sarapan bersama. Arhan bangkit dari duduknya, dia mengambil ponselnya.

"Ekhem, terimakasih."

Ersya melongo tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Arhan, hatinya sungguh bahagia sesaat mendapatkan perkataan itu.

Ersya mengangguk, dia membalas senyuman Arhan. "Tidak perlu berterimakasih, kak. Sudah sepantasnya aku seperti itu, lagi pula bukannya aku ini adalah istrimu?"

Tidak ada respon apapun dari Arhan, dia hanya terdiam sesaat mendengar ucapan Ersya. Namun sedetik kemudian Arhan kembali menatap Ersya.

"Tapi sebaiknya jangan berperilaku seperti itu, aku setiap pagi hanya akan memakan masakan dari Marshella, aku harap kamu mengerti."

Deg.

Perkataan itu berhasil membuat senyuman Ersya luntur, perasaan bahagianya kini hilang sesaat mendengar perkataan suaminya. Jika di tanya bagaimana sakit atau tidak, tentu saja perasaan Ersya sangat sakit.

Ersya tersenyum getir, dia menganggukan kepalanya. "I-iya kak, aku paham kok. Maaf atas tindakanku, tadi." lirih Ersya.

Ada perasaan tidak enak di dalam hati Arhan, namun akan tetapi tetap saja dirinya masih merasa bersalah dengan kekasihnya. Jika bisa memilih, sebaiknya Arhan tidak datang saat acara camping waktu itu. Mungkin semua ini tidak akan terjadi kepadanya.

Ersya mengulurkan tangannya. Dia meraih tangan Arhan dan mulai menyalami-nya. Ersya mendongak menatap ke arah Arhan. "Aku berangkat dulu, kak." Ersya melewati Arhan yang kini terdiam diri di belakangnya.

"Kenapa kamu harus sakit hati, Ersya? benar yang dikatakan oleh kak Arhan. Seharusnya kamu sadar diri, siapa dirimu. Kamu hanyalah benalu, Ersya.."

SUAMIKU IDOLAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang