Setelah selesai kelasnya. Ersya berpamitan kepada kedua sahabatnya untuk pergi ke cafe yang dimana ini adalah hari pertama kerja nya.
Ersya menarik nafasnya perlahan-lahan, dia menetralkan dirinya sebelum masuk ke dalam cafe tersebut. Ersya tersenyum sesaat berhadapan dengan teman kerjanya saat ini.
"Ersya ya?" panggil wanita tersebut. Ersya mengangguk. Wanita itu memberikan seragam cafe kepada Ersya. "Pakai ini."
Ersya menerima seragam tersebut. "Terimakasih, kak." dirinya langsung bergegas masuk ke ruang ganti. Tidak lupa Ersya memoles sedikit wajahnya agar tidak terlihat pucat.
"Fokus Ersya. Bukan saatnya untuk memikirkan ucapan tadi." lirih Ersya.
Ersya keluar dari ruang ganti. Dirinya langsung di sambut oleh beberapa pegawai lainnya. Seteleh perkenalan kecil, Ersya memulai perkerjaanya melayani pengunjung cafe.
Hingga tiba saatnya pukul lima sore, beberapa karyawan dibuat sibuk dengan permintaan bos mereka. Ya, bos mereka meminta untuk dibuatkan banyak makanan dan minuman.
Saat Ersya hendak mencuci tangannya. Ersya di panggil untuk mengantarkan pesanan ke ruang VIP.
"Tolong kamu antarkan ini ke ruang VIP ya, aku harus menyiapkan yang lainnya." Pinta Kiki kepada Ersya.
"Iya, kak. Aku akan mengantarkannya. Kamu lanjutkan saja dulu."
"Terimakasih, Ersya." Ersya mengangguk, dia berjalan menuju ruang VIP dengan nampan yang berisikan makanan dan minuman dingin.
Sesaat berasal tepat di depan ruang VIP. Ersya mengetuk pintu tersebut.
"Permisi, maaf ini pesanannya." ucap Ersya. Tidak lama pintu di terbuka dan keluar suara laki-laki yang berada di dalam ruangan itu.
"Loh, kok kamu yang nganterin?" seorang laki-laki tampan dengan stelah casual nya dia mengambil alih nampan yang berada di tangan mungil Ersya.
Ersya tersenyum. "Mba Kiki sedang sibuk dengan pesanan yang lainnya, tuan. Jadi saya yang mengantarkan pesanan ini." jawab Ersya dengan tersenyum manis.
Tatapan Ersya tanpa sengaja bertemu dengan tatapan seorang laki-laki yang saat ini tengah memandang ke arahnya. Dengan cepat Ersya langsung mengalihkan pandangannya.
Saat Ersya hendak permisi untuk pergi. Seseorang dari belakang memanggilnya.
"Ersya? bukannya kamu yang waktu itu ikut camping ya?"
Ersya bernafas lega sesaat mengetahui siapa yang menyebutkan namanya. Dia mengangguk sesaat Saddil bertanya kepadanya. "Iya, kak."
"Wah, kamu tinggal disini?" tanya lagi Saddil.
"Emm, iya kak."
Seakan tau dengan perasaan tidak enak Ersya. Dewangga tersenyum dan menyuruh Ersya untuk kembali ke depan.
Dewangga mengerutkan keningnya sesaat melihat sahabatnya yang saat ini tengah terdiam diri. "Kamu kenapa, Han?" tanya nya.
"Arhan sedang menyiapkan lemparannya untuk AFF SUZUKI nanti."
"Ah iya, benar juga. Kita harus berpikir dan latihan lagi. Bukankah begitu Arho?"
Arhan hanya membalas ucapan itu dengan senyuman.
Ke-lima laki-laki tampan itu terlihat tengah berdiskusi. Kurang dari satu jam, mereka semua beranjak untuk pergi dari cafe tersebut. Hal itu membuat tatapan tidak sengaja kembali terjadi.
Ersya dan Arhan. Keduanya tidak sengaja saling bertatapan lagi. Ersya tersenyum manis ke arah Arhan namun tidak mendapatkan balasan senyuman dari suaminya itu.
"Semangat ya, kak." lirih Ersya.
Setelah perkerjaannya selesai. Ersya bergegas pulang menuju apartemen nya. Tidak ada yang tau bahwa Ersya tinggal di apartemen tersebut bersama Arhan, suaminya. Kebetulan pemilik apartemen tersebut adalah teman Papah Ersya, jadi semuanya aman terkendali.
Ersya menghembuskan nafas kasarnya. Dia melihat sekeliling apartemen nya yang saat ini terlihat kosong. Dia beralih ke arah kamar suaminya, dengan perlahan Ersya mulai membuka kamar tersebut. Dan terlihat, kamar itu sudah kosong. Bahkan baju-baju suaminya tidak ada.
"Sebegitunya aku tidak di anggap olehmu, kak? aku mengerti bahwa kamu tidak bisa menerima keberadaan ku. Tapi aku hanya ingin menjalankan tugasku sebagai seorang istri." lirih Ersya. Tanpa sadar air matanya menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU IDOLAKU
Romance"Kagumi saja dia sebagai idolamu. Jangan pernah berharap bahwa kamu dapat memilikinya." Kata itu yang selalu di ucapkan oleh Ersya setiap kali melihat idolanya. Namun, justru takdirnya berkata lain. Takdirnya berkata bahwa Ersya dapat memiliki idol...