"Kamu memang tidak mengenaliku ataupun mencintaiku, namun aku mengenalmu dan mencintaimu." batin Ersya.
Hembusan angin malam mulai menyapa Arhan dan Ersya. Terlihat keduanya sama-sama terdiam larut dengan pemikiran masing-masing. Jika ada yang bertanya tentang apa yang mereka pikirkan, tentu saja mereka memikirkan bagaimana nanti status pernikahan mereka.
Ersya menghela nafas nya. Dia memberanikan diri untuk menatap Arhan, suaminya. "Apa aku boleh bertanya, kak?"
Arhan melirik sekilas ke arah Ersya, dia mengangguk pelan. "Tanyakanlah."
"Kenapa harus ada kontrak pernikahan seperti ini? padahal kakak bisa langsung menceraikan aku, karna pernikahan kita hanya secara agama saja. Sangat mudah bagi kakak untuk menceraikan aku."
Sontak saja perkataan itu membuat kedua bola mata Arhan menatap langsung ke arah Ersya yang kini duduk berhadapan bersamanya. "Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanya balik Arhan.
"Aku bertanya, kak. Kakak jawab saja terlebih dahulu."
"Aku memang bisa saja menjatuhkan talak untukmu, tapi bagaimana dengan kedua orangtuamu? mereka pasti akan semakin kecewa kepadamu, Ersya. Bukan karna aku yang tidak sudi kamu menjadi istriku, namun saat ini hatiku, jiwaku, semua yang ada padaku.. sudah terkunci sepenuhnya untuk Marshella." jelas Arhan dengan lantang, dia mengatakan dengan jelas bahwa dirinya hanyalah milik Marshella, kekasihnya.
Entah kenapa hati Ersya sungguh sangat sakit sesaat mendengar jawaban suaminya. Memang benar yang dikatakan oleh Arhan jika dirinya itu milik Marshella, tapi apa Ersya tidak pantas mendapatkan hati suaminya?
"A-aku paham, tapi dalam satu tahun ini. Izinkan aku menjadi istri yang baik untukmu, kak. Meskipun pernikahan ini hanya sebuah kesalahpahaman, namun tetap saja di mata Allah pernikahan ini adalah pernikahan yang sah. Jadi aku tidak ingin menjadi istri durhaka untumu, kak."
"Ersya, aku tidak bisa menganggapmu sebagai istriku. Namun jika kamu ingin berperilaku sebagai seorang istri, silahkan. Namun maafkan aku, tetap dengan poin ke-tiga yang dimana disitu tidak ada kontak fisik di antara kita." ucap Arhan yang langsung bangkit dari duduknya. Dia meninggalkan Ersya yang berada di balkon, Arhan melangkahkan kakinya tanpa menoleh ke arah Ersya.
Ersya menyeka air matanya. Dia menghirup udara segar untuk memenangkan hatinya. Namun cairan bening yang dia seka tadi, saat ini kembali turun membasahi pipi mulus nya.
"Kamu harus kuat, Ersya. Masih ada 5 bulan lagi untuk membuat suamimu mencintaimu, sudah menjadi hak mu untuk mendapatkan hati suamimu, Ersya. Kamu harus kuat dan semangat mengejar cinta suamimu." gumam Ersya dengan yakin.
Ya, masih ada waktu 5 bulan lagi untuk mendapatkan hati suaminya. Ersya adalah istrinya, jadi sudah sepatutnya dia berhak atas suaminya. Jika di bilang egois, biarkan saja. Karna kali ini Ersya benar-benar mencintai idolanya yang tak lain adalah Arhan.
Ersya bangkit dari duduknya. Dia mengambil map yang berisikan kontrak pernikahan tersebut, dia tersenyum manis menatap map tersebut.
"Kita lihat, siapa yang nanti akan membatalkan kontrak pernikahan ini. Kita lihat siapa yang akan menang dalam pernikahan konyol ini."
Sesaat baru saja melangkahkan kedua kakinya. Ponsel Ersya berdering yang menandakan panggilan masuk dari Vina, sahabatnya.
Ersya hanya menatap layar ponselnya tanpa berniat menjawab panggilan masuk dari Vina, bukan saatnya sekarang dia berbicara kepada sahabatnya itu.
"Maafkan aku, Vina, Sisil. Aku menyembunyikan semua ini dari kalian, aku hanya ingin kalian mengetahui statusku dari mulutnya langsung, walaupun itu sangat mustahil."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU IDOLAKU
Storie d'amore"Kagumi saja dia sebagai idolamu. Jangan pernah berharap bahwa kamu dapat memilikinya." Kata itu yang selalu di ucapkan oleh Ersya setiap kali melihat idolanya. Namun, justru takdirnya berkata lain. Takdirnya berkata bahwa Ersya dapat memiliki idol...