Sequel of Secret You
Kehilangan itu menyakitkan. Terlalu banyak luka hingga membekaskan trauma di amygdala. Tapi bagaimanapun, life still goes on.
Diatas begitu banyak rahasia yang sengaja disembunyikan, apakah D-Day yang diharapkan sungguh akan ter...
Tittle : SEQUEL - Secret You Author : Annisa Nurfadilah (anufa_dillah) Genre : Semi-Fantasy, Action, Romance, DID, Psycho Background Scene : Jakarta-Indonesia & Seoul/Daegu - Korsel Time Background : 2028 - 6 years after Abhizard & Libra died Main Soundtrack : Amygdala by Agust D First Published : 17 July 2023 Re-publish :18 March 2024 End : 24 April 2024 Chapter : 36 chapt (Prologue+Epilogue) + Bonus Chapter || YOU?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keadilan itu tidak ada. Semuanya hanya omong kosong!
[ s e c r e t ♪ y o u ]
Katanya, keadilan itu ada. Orang bilang, karma itu akan bekerja dengan baik. Lalu, keadilan macam apa yang mereka terima? Karma macam apa yang menghampiri mereka?
Kematian? Itukah keadilan dan karma yang dibicarakan? Lucu sekali. Bahkan dunia tidak tahu kemana keadilan dan karma itu seharusnya singgah. Mereka salah jalan, tetapi semesta tidak memberitahu kemana arah jalan yang benar. Takdir membiarkan keduanya tersesat pada tempat yang salah. Keadilan menuju kejahatan, dan karma menghampiri kebaikan. Itu tidak benar.
Semua akan indah pada waktunya.
Apakah kalimat itu masih dapat dipercaya? Bahkan fakta sudah jelas menunjukkan jika kehidupan tidak berpihak padanya, tidak berpihak pada mereka. Tidak ada waktu yang indah. Semua waktu hanyalah tentang luka yang sangat menyakitkan.
Hancur. Tentang hati dan perasaan, semua tidak ada yang baik-baik saja sejak tragedi itu terjadi. Tragedi yang merenggut paksa mereka yang sangat dicintainya. Celakanya waktu tidak memberi kesempatan baginya hanya sekedar untuk menatap, apalagi memeluknya didetik-detik terakhir.
Senyuman itu terlalu singkat untuk meninggalkan luka berkepanjangan seperti ini. Tawa itu terlalu sedikit untuk membiarkan tangisan sebanyak ini. Banyak harapan yang hanya akan menjadi ilusi. Dan kerinduan yang tak kunjung sampai. Lagi, untuk kedua kalinya.
Sulit. Mencintai dan mengharapkan seseorang yang telah tiada itu sangatlah menyakitkan.
Rasanya ingin ikut mati. Untuk kali ini, ia benar-benar ingin mati. Haruskah? Mungkin saja, nanti ia bisa bertemu dengan mereka berdua di dimensi kehidupan yang lain. Apakah itu pemikiran yang baik?
"Cha?"
Ia terkesiap kala suara itu mendadak menginterupsi, menghancurkan segala pemikiran gilanya tentang skenario semesta yang lebih gila lagi.
"Hm?" Buru-buru ia menghapus air mata yang sempat menumpuk di pelupuk, sebelum kemudian menjatuhkan atensinya pada sang empu suara.
Tetapi percuma. Lelaki itu masih dapat melihat dengan jelas merah di mata Chandrika, pun penderitaan dan rasa sakit yang menumpuk dari sorot gadis itu. "Kenapa?" Ia hanya menatap sebentar, sebelum kemudian atensinya kembali teralih—menuju lurus dan berfokus pada laju mobilnya.
