Satu persatu. Sedikit demi sedikit. Perlahan melangkah secara pasti menuju keberhasilan dan kemenangan.
[ s e c r e t ♪ y o u ]
"Astaga!" Refleks terlonjak di tempat, niat ingin masuk setelah membuka pintu pun tertahan—ketika atensi menemukan pemandangan yang sama sekali tak terduga sebelumnya.
Disana-tepat di sofa, lelaki itu tengah duduk dalam posisi teramat santai. Bersandar nyaman, dengan kedua tangan terentang di atas punggung sofa. "Sejak kapan lo disini?" Itulah yang membuat Cahaya terkejut.
Pasalnya tiba-tiba saja lelaki itu ada di ruangannya, sementara ia taidk menerima laporan tentang kedatangan lelaki itu dari siapapun—padahal sejak siang tadi ia terus berada di ruang jahit.
Gerak kakinya yang sempat tertahan kembali berlanjut, mendekat. Kemudian Cahaya mengambil posisi di sisi lelaki itu. "Kenapa gak bilang kalo mau kesini?" Bertanya, ia masih penasaran meski lelaki itu tidak memberi tanda-tanda akan merespon seluruh ucapannya.
Dan yeah, tidak ada jawaban. Lelaki itu hanya menatapnya sebentar, kemudian beranjak—melakukan sesuatu yang membuat Cahaya cukup tersentak. Kai merebahkan dirinya dengan paha Cahaya sebagai bantal, lalu meraih tangan Cahaya guna dikecup sekilas—tanpa alasan. Selanjutnya Kai terpejam, sembari menghirup aroma tangan Cahaya dalam sekali—seolah sedang mencari aroma terapi guna merileksasikan diri.
"Gue cape banget, pengen istirahat." Pada akhirnya Kai mengadu, berakhir membawa tangan Cahaya untuk didekap di dada. Matanya masih terpejam, menggambarkan seolah benar-benar ingin beristirahat dalam posisi demikian.
Menyulut segurat kerutan di kening Cahaya kian kentara. "Terus kenapa kesini kalo emang cape?" Ia bertanya karena bingung, tetapi secara tidak sadar tangannya yang lain mendarat di kepala Kai guna mengelus surai lelaki itu dengan gerakan menyisir. "Kenapa gak langsung pulang aja?"
Sontak mata Kai terbuka kala Cahaya melontarkan pertanyaan terakhir, sorot coklatnya dalam sekali mengikat netra gadis itu. "Rumah gue ada disini." Singkat, tetapi sudah teramat menjelaskan segalanya.
Cahaya sendiri lekas memahami, hingga seulas senyum tak bisa lagi tertahan untuk hadir. Kai memang tidak mengatakan pun tidak menunjukkannya, tapi ia tahu jika lelaki itu sedang berada dalam mode manja saat ini.
Lantas ia hanya menuruti, membiarkan lelaki itu melakukan apa yang diinginkannya. Disela aktivitasnya memberikan elusan lembut di rambut Kai terus berlanjut, begitupun dengan tatapannya.
Sebagian diri merasa lelah dan ingin cepat terlelap-apalagi dalam posisi ternyaman seperti ini, tetapi dilain sisi Kai tidak bisa lekas memutus pandangannya terhadap Cahaya. Lama tertaut erat tepat pada netra, kemudian netranya bergerak turun hingga bertumbuk tepat pada bibir merona gadis itu. Dan jelas sekali ada gerakan yang terjadi pada jakunnya, naik turun seperti tengah menahan sesuatu yang sulit dikendalikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret You || 2028 - SEQUEL
FantasySequel of Secret You Kehilangan itu menyakitkan. Terlalu banyak luka hingga membekaskan trauma di amygdala. Tapi bagaimanapun, life still goes on. Diatas begitu banyak rahasia yang sengaja disembunyikan, apakah D-Day yang diharapkan sungguh akan ter...