Amigdala ini, dia semakin memburuk. Lelah hingga ingin segera pulang untuk menyerah. Lantas, adakah hal yang bisa menjadi euphoria untuk melepas luka?
[ s e c r e t ♪ y o u ]
Seluruh menu makan malam telah selesai dibuat, hanya tinggal beberapa lagi yang perlu dibawa menuju meja makan untuk disajikan.
"Bi, bisa aku tinggal?" Maka secara tidak langsung Aeryn mengundurkan diri dari kegiatannya menyiapkan makan malam—kepada wanita tua itu, ART-nya. "Aku mau manggil Arva di belakang."
"Iya, gak papa, Bu." Lantas wanita tua itu menanggapi. "Biar bibi yang nyelesain ini." Toh, ini memang tugasnya, 'kan? Seharusnya ini memang tugas yang harus ia kerjakan seorang diri, tapi Aeryn tidak pernah membiarkannya mengerjakan pekerjaan rumah sendirian. Terutama dalam hal memasak, wanita itu pasti akan membantunya—setiap tidak ada pekerjaan di luar rumah.
Menurut Bi Mirna, Aeryn adalah majikan yang sangat bahkan terlalu baik.
Aeryn akan lekas memenuhi niat untuk pergi menuju halaman belakang, tetapi interupsi bel rumah lebih dulu berbunyi. Bi Mirna sudah berinisiatif untuk beranjak, tetapi —
"Biar aku yang buka pintunya. Bibi lanjut aja." Ucapan Aeryn lantas meralat pergerakannya, maka wanita tua itu hanya menurut.
Aeryn sendiri bergegas menuju pintu utama, dan seulas senyum cerah langsung menyambutnya ketika pintu baru saja terbuka.
"Chacha?"
"Tante." Tanpa komando keduanya memburu satu sama lain hingga dekapan hangat terjadi, hanya beberapa saat sampai pelukan itu berakhir. "Udah lama Chacha gak main kesini."
Aeryn bisa melihat gurat kerinduan yang terpancar dalam seraut gadis itu. Sebenarnya memang tidak se-lama itu, tapi tetap saja rasa rindu itu tetap ada—pun Aeryn sendiri merasakannya. Meski dilain sisi ia pun mengerti jika mereka sama-sama tidak memiliki banyak waktu meski hanya sekedar menghabiskan waktu bersama—mereka sama-sama dituntut oleh pekerjaan.
"Dan kalian dateng di waktu yang tepat." Senyum manis masih terpatri, Aeryn menatap Chandrika dan Zayan silih berganti. "Ayo, masuk. Kita makan malem sama-sama." Mengajak, ia membuka tangannya sebagai isyarat mempersilahkan Chandrika dan Zayan untuk lekas masuk.
Dituruti, ketiganya berjalan bersisian menuju meja makan. "Arva mana, Tan?" Chandrika bertanya kala tidak melihat eksistensi gadis itu. Dan jujur saja, gadis itulah yang menjadi alasan utama ia melakukan kunjungan ini. Sudah lama, Chandrika merindukan gadis itu.
"Dia ada di halaman belakang, lagi main basket."
"Malem-malem gini?" Zayan menyambung pernyataan Aeryn, cukup terkejut—kentara sekali dari bagaimana segurat kerutan muncul di keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret You || 2028 - SEQUEL
FantasySequel of Secret You Kehilangan itu menyakitkan. Terlalu banyak luka hingga membekaskan trauma di amygdala. Tapi bagaimanapun, life still goes on. Diatas begitu banyak rahasia yang sengaja disembunyikan, apakah D-Day yang diharapkan sungguh akan ter...