Prolog

163 10 7
                                    

Sebelum baca Prolognya, Bagusnya kenal dulu Silsilah keluarga mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebelum baca Prolognya, Bagusnya kenal dulu Silsilah keluarga mereka.

***

Tekan dulu bintangnya, sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tekan dulu bintangnya, sekarang. Hehehe

***

Supaya bacanya lebih enak, baca sambil dengerin lagu About You dari The 1975 Tiktok Version yah!!!

Gibran di panggil papanya untuk ikut pembicaraan keluarga yang selalunya membahas hal-hal serius dan berat. Biasanya ia tidak ikut karena tidak di panggil, tapi etah mengapa kali ini dia juga di panggil. Sesampainya di ruang keluarga, ia bisa melihat bukan hanya ia saja, akan tetapi juga ada Asha dan Elina yang duduk di salah satu sofa disana. Sementara dua bocil yang ribut siang tadi, beserta dua anak kakak laki-lakinya sudah tertidur di kamar orangtuanya masing-masing.

"Ini kok hawa-hawanya serius banget, yah?" Gibran melempar candanya. Namun sepertinya memang situasinya sedang serius, karena tak seorang pun yang menanggapinya. Pria itu tersenyum canggung.

"Duduk dulu, nak." Nenek memerintah, menyuruh Gibran duduk di sebelahnya.

"Jadi begini..."

"Sebelumnya Nenek dan Kakek sudah membicarakan ini bersama kami semua, dan karena hal ini harus dengan persetujuan kalian, makanya Papah panggil kesini," Papa memulai pembicaraan, nampak sekali setiap wajah disana terlihat serius.

"Gibran... " Di panggil dengan nada lembut seperti itu malah membuat Gibran merinding.

"Nenek berencana ingin menikahkan kamu di usia ini, bagaimana menurutmu?"

Awalnya Gibran terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa, masih mencerna dari maksud kalimat Nenek yang sebetulnya sangat ia pahami, namun entah mengapa ia menjadi kelu. Ia mulai tertawa canggung, dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.

Kenapa tiba-tiba sekali?

"Hmm, boleh. Kalau menurut nenek sudah saatnya Gibran menikah, yaa kenapa nggak?"

Sesaat semua orang tua yang mendengar kalimat itu menjadi lega. Ada helaan nafas yang keluar bersamaan, serta senyuman yang terbit kemudian.

"Tapi perempuannya Asha, Gimana?"

Mendengar pernyataan Mamahnya, Gibran langsung saja menatap Asha yang juga kini tengah menatapnya. Perempuan itu juga shock sama seperti dirinya.

Rasanya lidah Gibran menjadi membeku, ia juga merasa hawa di sekelilingnya menjadi dingin, dan perutnya mulai mulas. Ia juga menunggu reaksi Asha, yang raut wajahnya tidak ingin Gibran lihat, karena sangat-sangat mengganggu perasaannya. Setelah waktu berjalan barang satu dua menit dan semua orang menunggu, Gibran akhirnya memutuskan untuk angkat bicara.

"Tergantung-"

"Nggak. Asha nggak mau." Putus Perempuan itu cepat, memotong kalimat Gibran begitu saja.

Gibran masih menunggu, kalimatnya ia tahan setelah Asya memotongnya tadi. Menunggu penjelasan alasan mengapa Asha begitu tega menolaknya mentah-mentah.

Asha hendak berdiri dan meninggalkan tempat itu, namun Ibunya menahannya dengan lembut, Wanita paru bayah itu menggenggam tangan kanan putrinya untuk kemudian Kembali membawanya duduk disofa, tepat disampingnya.

"Asha harus dengar dulu pendapat Gibran, Alasan Nenek dan pendapat beberapa orang disini, nggak bisa langsung pergi begitu saja, Sayaaang." Ibunya terihat sangat tenang. Jelas sekali jika Asha adalah anak yang di perlakukan dengan lemah lembut oleh orang tuanya.

"Asha nggak perlu pendapat orang-orang, Bu."

Ibunya Kembali menenangkan.

"Kita dengar dulu alasan nenek, yah..." Bujuk Ibu kembali.

"Baru setelah itu Kamu bisa memutuskan."

Asha menatap Nenek dengan tidak suka, walaupun begitu ia tetap kembali duduk dan menunggu penjelasan Nenek tentang alasan kenapa ia harus menikah dengan Gibran.

"Nenek hanya tidak ingin Asha mendapat orang yang salah untuk masa depannya. Nenek tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika nantinya Asha harus hidup dengan orang yang salah."

Asha mendengus tak habis pikir, Alasan Nenek sangat tidak bisa di terima.

"Asha nggak bisa menerima alasan Nenek yang ini, ini terlalu biasa. Nenek hanya khawatir, belum tentu itu terjadi,"

"Lagian Asha masih muda banget, baru dua puluh menjelang dua satu, kenapa harus buru-buru sekali?"

Perempuan itu kemudian beranjak meninggalkan tempat itu, namun belum sampai Asha mencapai pintu kamarnya, suara tante Shafiyah terdengar menggelegar.

"Alasan nenek yang sebenarnya karena dia kasihan sama kamu, kamu hanya anak pungut!"

Bukan Cuma Asha, Gibran, Elina, Isham - kakak laki-laki Gibran, dan Adilah - anak Om Diaz, tante Bia - Istri om Diaz juga menganga tak percaya.

Ini serius? Asha cuma anak pungut?

Udah tekan bintangnya? Kalau belum tekan dulu dong!

Udah tekan bintangnya? Kalau belum tekan dulu dong!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang