Halaman 4

0 0 0
                                    

Kepada siapapun yang berada di dunia ini, apabila melakukan sedikit kesalahan di sekolah tidak ditindak oleh guru BK, coba sebutkan apa saja yang akan kalian lakukan, ketika kalian merasa risih dengan gerombolan cewe centil yang selalu cari perhatian.

Ketika mereka berbicara. "So sweet banget sih Kak Hari, kenapa nggak aku aja yang Kak Bara lirik, aku pengen banget ada di posisinya Naura."

Atau bicara. "Beruntung banget jadi Naura, mimpi apaan dia selama ini."

Ingin sekali aku menyumpal mulutnya dengan kaos kaki bekas pakai. Tetapi, agar terlihat tidak menyedihkan, walaupun kesal dan sakit hati, aku hanya diam saja.

Senin pagi yang cerah tetapi terasa mendung bagiku diawali dengan ceramah pembina upacara yang mengomel karena sarung di mushola mengalami kehilangan yang drastis, itu semakin memperkeruh keadaan.

Di paling depan, di tengah-tengah lapangan, berdiri tegap laki-laki yang katanya gagah menjadi pemimpin upacara.

"Kak Hari ganteng banget omagat!" aku hanya bisa mengerlingkan bola mataku ketika mendengar itu.

Menit demi menit berlalu, akhirnya upacara yang lebih cocok disebut simulasi padang mahsyar pun selesai. Siswa-siswi tidak hanya berjalan, tetapi berlari demi mempercepat sampai ke kelas.

Aku terhenyak ketika bahuku ditepuk seseorang, aku ingin sekali, takdir baik berada padaku.

Aku tidak mau orang yang di belakang itu adalah Naura, aku ingin menghindar dulu darinya, sebentar saja.

"Oy, budek apa budek?" teriaknya dengan logat anak Jaksel.

Aku belum melihat ke arahnya, berlagak tidak peduli.

Barulah aku melihat Naura dan menghentikan langkah ketika ia bicara. "Sabtu kemarin, aku jadi primadona di sekolah ini, aaaa semua berjalan sesuai dengan ekspektasi aku, coba aja hidup aku semulus kaki SNSD setiap harinya."

Melihat raut wajahku yang dingin menggambarkan dengan jelas rasa kesal Naura terdiam.

"Baru aja aku patah hati gegara Jihan, bisa gak sih kamu jangan dulu punya pacar, aku kan pengen nenangin diri dulu, cerita sama kamu, keluh kesah sama kamu, setidaknya sampe aku ngerasa lebih baik lah, kalau aku ngerasa baikan terserah deh kamu mau pacaran sama siapa juga. Kalau kaya gini kan aku jadi gak enak kalau terus-terusan deket kamu!"

Aku tersadar dari lamunanku setelah itu, ingin sekali aku berkata begitu, tapi otak ku memerintahkan aku untuk diam saja.

"Kamu kok muka nya kaya gitu sih, kamu marah sama aku gara-gara aku punya pacar?"

"Ge-er banget kamu jadi orang, selamat, mimpi kamu yang setinggi langit itu akhirnya tercapai," ucapku dengan penekanan pada kata yang terakhir.

Naura tertawa lalu merangkulku sambil berbisik. "Aku gak bakalan ninggalin kamu, kalau kamu mau cerita, atau butuh aku gak papa, kita bakalan kaya seperti biasanya, gak usah khawatir. Kak Hari juga udah tau tentang kedekatan kita."

"Kak Hari gak akan  marah kalau aku deket sama kamu?"

"Tenang aja, dia orangnya sangat pengertian."

Dasar orang sedang dimabuk cinta, Hari Hari pun selalu disanjung-sanjung.

"Semua hari dipenuhi dengan Hari."

Aku mengepalkan tanganku dan melesatkan pukulan dengan sengaja. "Sebenarnya aku bisa mukul cewe, cuman aku lesatin aja!" Akupun berlalu.

"Kenapa?" tanya Naura setengah berteriak, mengikuti ku dengan lumayan cepat.

"Tuh si tujuh Hari dalam seminggu liatin terus!" ucapku sambil menunjuk pada Kak Hari.

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang