Halaman 12

0 0 0
                                    

Hari ini di sekolah jam kosong hampir setengah hari. Gurunya rapat dari pagi dan murid-murid diperintahkan untuk belajar sendiri.

Ya, namanya anak-anak ya, termasuk aku, tidak mau belajar terus menerus tentang pelajaran sekolah. Ingin belajar main game, tidur di kelas atau ngereog du kelas pun itu belajar. Belajar memancing masalah.

Hari ini memantapkan hati untuk tidak meniru murid murid tidak tahu tempat itu, aku akan berbeda dari mereka. Ya, aku akan belajar dengan serius, belajar cara tidur di kelas. Aku harus belajar dengan khidmat, aku harus berhasil di praktek pertama.

Sial, ternyata, tidur di kelas pada jam kosong seperti ini tidaklah bagus. Ini bukan waktu yang tepat, terlalu berisik suasananya sehingga aku tidak bisa fokus untuk menata mimpi, ya, kadang sebelum tidur aku memang suka request sama Allah untuk memberiku bunga tidur yang indah.

Contoh, mimpi tentang Embun.

"Argh!" Aku mengacak rambutku yang mulai gondrong frustasi. Berisik sekali para pencari ilmu ini.

Aku melihat ke kanan, pemandangan menyegarkan mata yaitu Jihan dan Akmal sedang berduaan tersuguh bagai di kelas ini ada mereka berdua.

Ke belakang, si centil Naura juga tak ada. Aku membuka ponsel dan membaca pesan dari Naura.

Naura :p
Aku mau ke UKS, badan aku lemes, mau minta obat penyegar badan

Rafasya
Gerogotin tuh si Hari senin bin kamis!

Lagian, lebai banget. Memang di sini, kalau mau ketemuan di jam-jam belajar, kalau gak ke UKS, ke mushola, atau gak pura-pura ke koperasi.

Mirisnya, tak-tik licik dibalik kata jenius itu belum tercium oleh pihak BK.

Melihat ke depan udah, ke kanan udah, ke kanan udah, tinggal ke kiri.

Bersamaan dengan sendi sendi di leherku berputar.

"Bah!" wajah Cahaya yang sangat terang menampakkan diri. Berada tepat beberapa inci saja dari wajahku.

Reflek aku mendorong kepala Cahaya sekuat tenaga. Hampir aku kena serangan jantung.

Cahaya yang tersungkur ke lantai mengaduh kesakitan, melihat ku dengan bombastic side eyes.

Kedua telapak tanganku menahan jantung yang hampir keluar dari rongga tubuh.

"Kaget aku!" Protes ku.

"Jangan ngedorong juga anjir lah!"

"Ngapain tuh muka deket-deket aku, nafsu ya kamu sama aku?"

Cahaya berlagak memuntahkan sesuatu. "Najis, Fasya, najis!"

"Sekali lagi kayak gitu, awas loh, kamu bakalan dituduh atas pelecehan."

"Lebai banget kamu Rafasya! Pindah ke tong sampah aja sana!"

"Ngapain kamu nyamperin aku?" tanyaku langsung ke point penting saja.

"Mau ngambil buku novel punya kakak aku."

Aku langsung mengerti maksud Cahaya. Aku mau meminjamkan novel pada Embun.

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang