Halaman 15

0 0 0
                                    

Tak tuk tak tuk

Tapi bukan suara sepatu, ini suara jam dinding di ruangan yang penuh dengan sunyi. Aku bahkan meninggalkan materi yang harus aku rangkum. Lampu kamarku sudah dimatikan, itu tandanya aku harus tidur. Tapi aku tidak bisa tidur. Kedua tanganku ditelungkupkan ke belakang kepala, menjadi penopang. Tidak bisa berpikir jernih, setiap detik nya aku kesal.

Ini semua karena seseorang yang katanya teman Embun menghubungiku. Apa-apaan dia? Dia terus menginterogasi ku, berkata seakan dia tahu segalanya tentang aku dan Embun. Atau memang ia benar-benar mengetahui semuanya?

Dentingan ponsel pertanda ada pesan masuk menyadarkan ku dari lamunan. Tanpa pikir panjang aku langsung meraih ponsel berharap itu Embun yang akan memberi klarifikasi.

+62.....
Bagus!
Kalian udah saling suka
Tinggal jadian aja
Embun pengen ngejar kamu, pengen dapetin kamu
Cuman dia minder, jadi aku bantuin

Dia lagi, aku harus bertepuk tangan karena ia berhasil menjadi jembatan cinta aku dan Embun. Tapi ini memang bukan waktu yang tepat.

Embun mau pergi, aku harus di sini tanpa Embun gitu? LDR gitu? Kepercayaan itu lebih lemah daripada cinta.

Aku sengaja untuk tidak membalas pesan dari Ayu, aku butuh Embun sekarang, ia harus menjelaskan semuanya. Apa emang benar Embun suka sama aku? Dia gak asal bicara kan waktu itu? Aku tidak bisa mempercayai Ayu begitu saja.

"Halo, Rafasya."

Aku terdiam sejenak, dengan Embun yang kini cepat merespon apabila ada panggilan atau telepon dariku, membuat aku senang. Ahh, akan sulit bagiku membiasakan diri tanpa Embun.

"Embun, apa kabar?" tanyaku, sangat merasakan rindu. Sudah beberapa hari kami tidak berbalas pesan.

"Kabar aku baik, kamu bagaimana?"

"Aku sedikit kurang baik-baik aja hari ini, tepatnya malam ini, ada orang aneh yang mengaku sebagai temen kamu chat aku. Dia ngasih pertanyaan banyak banget, sampe spam, aku mau buktiin aja kalau, emang bener dia temen kamu? Masa iya dia temenan sama kamu?" tanyaku dengan penuh tuntutan. Pokoknya Embun harus bertanggung jawab atas Ayu, aku agak risih dengan Ayu.

"Dia ngomong apa aja ke kamu? Dia pasti ngomong yang aneh-aneh kan ke kamu?" tanya ia terdengar panik.

"Iya, sedikit nyebelin karena spam nya itu. Tapi pertanyaan nya tidak seaneh itu sih."

"Dengerin aku, ya, Rafasya. Apa yang diucapkan Ayu ke kamu, semuanya, bohong, apa pun itu. Dia memang suka melebih-lebih kan sesuatu. Kamu, cukup percaya aja sama aku. Bukan Ayu."

Boom

Aku membeku karenanya, mataku memanas, tanganku mulai gemetar. Kenapa respon itu membuat aku merasa sedih, apakah keputusan yang salah untuk aku menghubungi Embun, apa aku harus mempercayai Ayu saja tadinya.

Jujur, walaupun agak risih. Tapi kenyataan bahwa Embun sangat menginginkanku seperti yang dikata Ayu membuat hatiku berdebar sedikit.

Tapi apa boleh buat, aku harus menerima kenyataan. Dan kenyataan pahit itu mengharuskan aku untuk kembali sadar dan bangkit.

"Iya, Bun, aku gak akan percaya sama dia. Masa dia ngatain aku, terus ngatain kamu juga. Katanya kamu orang nya suka smackdown di kelas. Aku juga kalo nangis, suka sampe ingusan banyak, aku gak percaya itu."

Aku ungkapkan saja semua kata-kata itu, untuk menghibur diri sendiri juga.

"Tapi, Bun, apa semua yang dia katakan bohong? Seratus persen bohong?" tanya ku lagi, memastikan. Ingin sekali aku mendengar dari Embun "terkecuali kalau Ayu bilang aku suka sama kamu, itu baru bener."

"Kamu cukup percaya sama aku, itu aja, Rafasya, besok aku mau ngehajar Ayu. Bye!"

Blep

Sambungan telepon mati, dengan diksi rumit itu yang harus aku pahami. Kenapa Embun tidak langsung bilang aja "pokoknya semua yang Ayu katakan bohong."

Embun kamu harus tanggung jawab, walaupun aku yang mendekatimu duluan, tapi kamu yang mengungkapkan perasaan duluan, terus kamu dengan enaknya langsung pergi gitu aja?

Rafasya
Heh, Ayu!
Jangan bohong ya
Barusan aku telepon Embun
Dia bilang, kalau apa yang kamu ucapin itu bohong
Dan dia juga bilang, aku cukup percaya aja sama dia, bukan sama kamu!
Dasar pembohong!

Aku langsung memblokir nomor Ayu, agar ia tak bisa menghubungi ku lagi.

Aku menutup wajah dengan bantal, berharap tidur saja, terlalu lelah bagi aku untuk menghadapi hal yang begini saja.

***

Mengejar cinta tidak sama dengan mengejar bola di lapangan, tapi rasa lelahnya dua kali lipat. Mencintai adalah kata yang membuat bingung manusia, berkecamuk antara itu adalah kata kerja atau kata sifat. Karena cinta membutuhkan energi yang kuat.

Sekekar apapun manusia, segalak apapun, tapi tentang cinta bisa langsung lemah dalam satu kali sentuhan saja.

Apalagi aku yang masih anak SMP kelas tujuh ini, apakah terlalu cepat bagiku untuk jatuh hati pada Embun, setelah baru saja ditinggal Jihan. Sehingga aku merasakan lelah yang luar biasa.

Untunglah tidak membuat aku terlalu buruk dalam hal pelajaran, entah karena teman sekelas ku lebih bobrok daripada aku.

Aku selalu membuka Whatsapp tapi sekalipun tidak ada pesan dari Embun. Apakah sesulit itu bagi ia mengirim pesan saja? Apakah semudah itu bagi ia untuk melupakan aku?

Rafasya
Embun

Setelah pesanku yang itu, masih centang satu, itu artinya memang ia tidak aktif, bukan sengaja tidak membalas pesanku.

Rafasya
Kalau emang iya apa yang dibilang Ayu itu bohong
Aku kecewa
Karena pada akhirnya aku kembali kehilangan

Sudah dua hari tapi tidak ada balasan juga, aku sangat bingung. Apa aku melakukan aksi nekat aja? Menghampiri Embun langsung saja ke kelasnya. Ah tidak-tidak, itu terlalu dramatis.

Rafasya
Waktu tau kamu mau pergi juga aku udah mikir lagi
Kalau kamu harus aku lupain
Cuman, perasaan gak bisa dibiarin gitu aja
Aku gak boleh menyerah, aku bakalan tetep kejar kamu bagaimana pun caranya

Setelah pesan yang itupun belum dibaca juga, aku berjanji untuk terus mengiriminya pesan, aku tidak akan bingung lagi, aku harus mengejar Embun bagaimanapun hasilnya. Aku yang mengawali harus aku yang mengakhiri.

Rafasya
Jujur
Aku suka sama kamu
Gak peduli walaupun kamu gak suka juga sama aku
Tapi aku ngerasa tenang kalau misalnya udah ngucapin ini
Walaupun nyebelin, tapi apa yang Ayu bilang cukup ngebuat aku mikir lagi
Aku masih berharap kalau kamu itu beneran suka sama aku
Aku cuman mau tau dari kamu
Karena, aku cuman percaya sama kamu

Tolong, siapapun tolong, bisa buangkan saja ponselku ini, sepertinya sudah tidak berguna lagi mulai sekarang.

Apabila sampai akhir minggu ini belum ada jawaban juga, aku akan pergi menemui Embun langsung.

»»——⍟——««

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang