Halaman 21

0 0 0
                                    

Ujian memang ujian, tapi bukan berarti kita harus lupa akan kesenangan.

Aku bingung, kenapa game bisa secandu itu. Tidak ada yang bisa menggantikannya, hal apapun.

Bicara Naura yang manis bilang akan tidur, kemudian menutup panggilan video dari Hari sang kekasih yang baru saja dibohongi.

Padahal aslinya dia malah duduk di sampingku membuka aplikasi mobile legend hendak push rank sampe subuh. Aku sebenernya tidak ikut campur apabila ada masalah diantara mereka nantinya, karena Naura yang mengajak pada awalnya, aku iya kan saja, aku juga lagi pengen main.

Sedang asyik bermain, Embun memberiku banyak pesan. Dengan pertanyaan yang sama setiap harinya.

Aku sadar itu adalah bentuk perhatian, kepedulian, dan juga bahasa cinta manis yang harusnya aku bersyukur bisa punya perempuan seperti Embun.

Tapi di saat ini, aku merasa bahwa itu sangat mengganggu. Aku sedang bermain, aku tidak boleh kalah.

"Jangan lengah, yang kalah beli kolak sepuluh bungkus terus bagiin ke orang random," ucap Naura.

"Sebentar bales dulu."

Naura terdengar menghembuskan napas. "Makanya, bilang aja tidur."

"Aku bukan tipe orang yang suka bohongin orang kayak kamu," ucapku.

Embun ♥
Udah tidur? Ini jam sepuluh, kamu nanti males sahur loh

Rafasya
Tanggung, sebentar lagi aku tidur kok

Embun
Besok masih ada satu pelajaran lagi Rafasya, kamu harus istirahat

Rafasya
Lah kamu sendiri kenapa belum tidur?

Embun
Aku mau pastiin kalau kamu udah tidur, baru aku juga mau tidur

Rafasya
Aku lagi main game dulu bentar, nanti aku tidur, aku janji bakalan tidur malem ini

Embun
Janji ya? Aku gak bakalan peduli loh kalau kamu sakit gara gara jarang tidur

Rafasya
Embun
Kamu udah terlalu banyak ingetin aku, aku pasti inget
Aku baca Al-Qur'an setiap hari karena diingetin kamu
Aku juga baca buku
Aku juga makan dengan baik
Tapi buat game, tunggu ya, ini gak bisa dinanti-nanti

Setelah itu sunyi, Embun tidak memberiku pesan lagi. Malam itu, aku merasa lega, karena akhirnya aku bisa nyaman main tanpa ada notifikasi pesan yang mengganggu.

Tapi, sampai esoknya Embun juga tidak kunjung membalas pesan terakhir ku. Aku kembali membaca pesan itu, barangkali ada kesalahan dariku yang membuat Embun marah.

Sepertinya hembusan napasku menarik perhatian orang yang ada di depanku.

"Kenapa?" tanya Naura.

Ini minggu, sekolah libur. Besok hari terakhir Ujian Kenaikan Kelas, Naura anteng di rumah ku dengan alibi belajar bareng. Padahal kalau gak tidur di sofa, ya main game.

Sehari tidak mendapat pesan dari Embun aku merasa sepi juga, terbesit rasa bersalah dalam diriku ini.

Karena aku yang terakhir kali mengirim pesan, aku pikir Embun harus membalasnya. Tapi tidak, apa aku harus menghubungi Embun sekarang? Tapi kalau Embun sedang marah padaku apa gunanya, toh kayaknya dia gak bakalan jawab juga pesan dari aku.

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang