Halaman 18

0 0 0
                                    

Aku berbaring saja di kasur ku yang nyaman, aku sudah mengerjakan PR, menyiapkan seragam untuk besok. Pokoknya beres.

Embun selalu memberi atau menjawab pesanku setelan pukul sembilan malam, entahlah sepadat apa kegiatan dia sampai sampai untuk membuka pesan dan beristirahat aja semalam itu.

Karena kini secara resmi Embun adalah pacarku, maka aku ingin mengganti namanya di kontak ku.

Aku terpikir nama yang lucu. Aku ingin menambahkan emoticon hati saja di belakang namanya.

Aku mengunduh foto yang dikirim oleh Embun. Aku tersenyum kemudian membaca pesan yang ada di bawahnya.

Embun
Kamu lucu, ya XD

Rafasya
Dulu, waktu aku SD lebih lucu

Embun
Aku gak bakalan percaya, sebelum ada buktinya

Karena Embun menantangku untuk mengirim foto masa kecil, jadi aku kirim saja fotoku waktu kelas satu SD, ingat saat itu aku memakai baju pramuka untuk yang pertama kalinya, aku merasa aku yang terkeren saat itu jadi aku meminta ibu untuk mengambil foto.

Embun Yuniata
Di belakang kamu, banyak boneka

Rafasya
Walaupun aku cowok, aku juga suka boneka

Aku ikut terkekeh kala menyadari emang benar banyak boneka di lemari yang berada di belakang ku. Udah mah bergaul sama Naura dan Jihan, punya adik bontot perempuan juga, ya sudahlah aku ikutan membeli boneka yang mereka punya agar bisa klop main bersama.

Pintu kamar terbuka, aku lupa menguncinya. Beberapa saat setelah aku sibuk dengan Embun aku jadi ingin privasi lebih banyak, aku suka kesal apabila ada yang mengganggu saat menelepon Embun atau sedang kirim pesan seperti ini pun.

Embun ♥
Dasar, masa laki-laki suka boneka

Aku belum sempat membalas pesan dari Embun karena secara tiba-tiba Naura merampas ponsel dari tanganku.

Mataku langsung lari mengejar ke arah Naura berdiri, dengan tatapan yang tajam aku hanya diam mencoba mencerna apa yang dimaksud Naura dari raut wajahnya yang aneh.

"Kamu semenjak ada Embun jadi jarang main sama aku, pulang sekolah pasti nganterin Embun, kalau aku mau ngobrol sama kamu pasti kamu lagi telepon sama Embun."

Aku menghembuskan napas mencoba tenang.

"Kita udah berpencar, apalagi Jihan yang udah bener-bener milih pacarnya daripada kita, sekarang kamu juga mau misah lagi?"

Awalnya aku diam saja, aku sedang menyiapkan kata-kata yang tepat untuk membalas ucapan Naura yang seakan -akan dia lah yang tersakiti selama ini.

"Keluar, yuk."

Aku keluar mendahului Naura menuju halaman belakang rumah. Di sini ada sofa empuk yang hampir lapuk, di depan sofa ada meja yang dihiasi vas bunga. Jalan beberapa langkah dari sofa, di bagian samping terdapat papan tulis yang kita rombak menjadi papan mading seperti di sekolah. Cuman kita beri nama, papan kenangan.

Kita tempel foto-foto masa kecil, ada cap tangan kita juga. Siapa sangka tempat ini akan kosong secepat itu, persetan dengan kata "best friend forever."

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang