Halaman 19

0 0 0
                                    

Pulang sekolah aku hanya tiduran, balik ke kanan balik badan lagi. Sudah gak jelas perasaan ku saat ini.

Aku jahat gak sih? Diemin Embun, gak bales pesan dia, tapi aku cemburu ngeliat dia sama Cakra tadi.

Embun ngeliat aku gak, ya? Embun cemburu gak ya ngeliat aku sama Naura tadi?

Ah gak mungkin, Embun kan udah tahu aku sama Naura sahabatan.

***

Aku dibelikan ponsel baru oleh Ayah karena ponsel yang aku pakai sekarang sudah jelek. Yap, karena game tanpa berhenti.

Karena nomor ponsel ku sudah terblokir aku tidak bisa mengisikan nomor whatsapp yang aku kapai ke ponsel baru, jadi aku ganti nomor.

Bahkan sebelum menjawab chat dari Embun yang banyak itu.

Ketika aku memainkan ponsel baru, melihat-lihat setelan program nya, muncul nomor yang tidak dikenal menelepon ku.

"Halo, ini Embun," sapa seseorang di sana.

Aku tertawa, Embun tidak menyerah dalam mencari ku. Aku ketahuan.

"Kenapa kamu ketawa? Kenapa kamu ganti nomor gak ngasih tahu aku? Kenapa kamu kaya gitu? Aku ngenganggu kamu, ya? Atau kamu udah gak mau lagi pacaran sama aku? Kita kan baru pacaran sebentar, kenapa kamu kaya gitu Rafasya, kenapa?"

Embun tidak sependiam itu ternyata, Embun punya rasa khawatir yang tinggi, dia tidak akan membiarkan apa yang sudah menjadi miliknya pergi begitu saja. Tanpa sadar aku tertawa.

"Udah hampir dua hari kamu gak ada kabar, kamu kemana aja?"

Ingin sedikitnya bilang, "baru juga dua hari." Tapi aku sadar, dalam hal perasaan cinta, pesan tidak dibalas beberapa jam saja pasti membuat bertanya-tanya.

"Tadinya aku mau tiga hari ngilang," ucap ku tertawa kecil.

"Tapi kenapa? Kamu marah sama aku? Kamu ngehindar dari aku?" tanya nya.

Itu yang ngebuat aku juga bingung, kenapa aku harus diemin Embun pas setelah Naura bilang kalau dia suka sama aku. Kenapa aku ini?

"Nggak, Bun, kok kamu nyangkanya gitu sih?"

"Lagian kamu nyebelin, kamu jangan kaya gitu lagi, ya?"

"Maaf ya, aku sengaja aja kaya gini. Biar kamu nyari aku, aku gak akan kaya gini lagi, kok," ucap ku sekenanya saja. Tapi itu ada seriusnya juga, kalau Embun gak nyari aku berarti Embun gak beneran suka sama aku.

"Rafasya."

"Kamu kangen gak sama aku?" tanyaku memotong pembicaraan Embun.

"Gak, aku gak kangen sama kamu," jawabnya yang aku yakin itu pasti bohong.

"Ya, udah, aku tutup telepon nya ya."

"Rafasya jangan!"

Aku dibuat tertawa entah untuk yang ke berapa kali olehnya. "Nomor aku yang dulu dipake sama Ibu aku, jadi aku pake nomor yang baru."

Ingin bilang nomor ke blokir, tapi ribet jelasin. Tapi gak masalah kan? Bukan masalah serius ini.

"Berarti, aku spam ke Ibu kamu dong? Aku banyak chat kamu." Ia sedikit berteriak, aku sudah tidak tahan ingin tertawa. Tapi aku mencoba tenang, agar tidak ketahuan bohong.

EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang