20. Kiano

253 49 13
                                    

Anak adalah anugerah Tuhan yang paling indah.
~~Semua Orang Tua~~

Happy reading...
# # # # # # # # # #

  Setelah mengantarkan Bu Sinta ke stasiun kota. Rajes dan Putri pun kembali ke rumah Rajes, menggunakan mobil paman Rajes yang sempat ibunya pinjam kemarin.

  Saat di tengah perjalanan.... tiba-tiba Rajes menghentikan mobilnya, membuat pengendara di belakangnya menjadi kesal.

“Ooiii... nyetir yang bener!”

  Rajes tak menghiraukan teguran tersebut. Dia malah menekan tombol central lock. Dan langsung menyuruh wanita disampingnya, “turun lu!!”

“Hahh!? Disini?” Tanya Putri bingung. Dan Rajes menjawab hanya menganggukkan kepalanya saja.

  Melihat jawaban tersebut, seketika Putri melepaskan safety belt yang sedari tadi melilitnya. Kemudian dia ambil tas miliknya yang berada di joke belakang.

  Pada saat itu, Putri melihat sosok anak kecil berumur sekitar empat atau lima tahun, sedang menangis tepat di belakang mobil yang mereka tumpangi.

“Buruan!” Bentak Rajes.

“Lu juga harus ikut turun!” Ucap Putri dengan tatapan cemas.

   Melihat mata tersebut, Rajes pun mengangkat satu alisnya bingung. “Kenapa?”

“Udah, cepet!” Putri langsung keluar dari mobil, mendahului Rajes yang masih membuka safety beltnya.

  Sesampainya di hadapan anak tersebut. Putri pun berjongkok menyetarakan tinggi mereka. “Nama kamu siapa?”

  Anak kecil tersebut bingung dengan kedatangan orang asing. Kemudian dia mengambil notebook kecil yang berada di tas selempang kecil yang sedari tadi menggantung di pundaknya.

  Setelah selesai menulis, Kiano menunjukkan notebooknya kepada Putri. Putri pun membaca tulisan di notebook tersebut, “Kiano.”

“Ouuhh... nama kamu Kiano?” Kiano mengangguk menandakan kalau itu benar. “Kiano kenapa nangis? Ibu kamu mana? Kamu nyasar yah?” Lanjut Putri bertanya bertubi-tubi, seperti seorang reporter.

  Kemudian Kiano membalikkan halaman buku, dan menulis di notebooknya lagi. Setelah selesai, Putri membaca tulisan di notebooknya lagi. “Ibu hilang. Aku gak tau dia kemana.”

“Ya udah... kita ke polisi yah.”

  Mendengar kata polisi, anak tersebut langsung lari terbirit-birit. Karena kaki Putri lebih panjang, akhirnya dia dapat menangkap anak kecil tersebut.

  Saat tertangkap, Kiano seketika memberontak sambil berteriak dengan sangat amat kencang. “Aaaaaaaaaa!!” Membuat pasang mata para pejalan kaki, maupun pengendara tertuju kepadanya.

  Termasuk juga dengan Rajes yang hanya berdiri menyender bagian belakang mobil, memperhatikan drama kecil diantara mereka berdua.

  Melihat keadaan yang gak semakin kondusif. Rajes akhirnya turun tangan, menghampiri mereka.

“Gue bakal bantu kamu buat nyari ibu kamu...” ucap Rajes menatap wajah anak kecil tersebut dengan tatapan elangnya. “... Tapi kamu harus diem. Kalau gak mau mulut kamu gue potong!”

  Mendengar hal tersebut, Kiano langsung menutup mulutnya takut, dengan kedua tangannya. Kemudian Kiano mengangguk paham.

“Kenapa gak ke kantor polisi aja?” Protes Putri. Yang dia tau kalau mencari orang yang hilang itu lapor ke kantor polisi.

“Gak semua polisi itu baik!” Setelah mengucapkan hal tersebut, Rajes langsung berjalan mendahului mereka menuju mobil hitam milik pamannya.

* * * * *

  Terlihat matahari semakin lama semakin jatuh. Membuat warna jingga di langit-langit sekitarnya.

  Walaupun sudah sore, tapi mereka bertiga masih mencari ibu Kiano. Dari menyelusuri jalanan kota Tegal, hingga ke dalam-dalam pedesaan.

Krruuuyyuukk

  Suara disko terdengar amat keras dari perut anak kecil tersebut. Bagaimana gak  keras? Kiano sudah dua hari gak makan.

“Kiano laper?” Tanya Putri, dijawab dengan anggukan Kiano sambil memegangi perutnya yang sangat amat lapar.

“Jes, kita mampir ke mall dulu yah.” Ucap Putri menepuk pundak Rajes yang sedang menyetir di bangku depan mobil.

  Tiba-tiba Rajes langsung mengerem mobilnya secara mendadak. Membuat Putri dan Kiano hampir terjedot bangku depan mobil. Untungnya Putri sigap menahan tubuh Kiano. Tapi, tidak dengan kepalanya sendiri.

“Denger yah... gue bukan sopir lu, yang lu suruh sesuka lu!” Ucap Rajes menatap Putri dari kaca spion dalam mobil.

“Iya, maaf.” Ucap Putri menggosok-gosokkan dahinya yang terjedot kursi depan.

“Mas Rajes yang ganteng dan baik hati. Kita mampir ke mall boleh kan? Soalnya Kiano udah laper.” Lanjut Putri memaksakan senyumnya. Sebenarnya dalam hati dia sangat kesal ingin memaki pria tersebut. Tapi karena ada anak kecil, jadi ia urungkan.

  Tanpa aba-aba, Rajes langsung menancapkan gas mobilnya kencang. Membuat mereka juga terpental ke belakang.

Dasar, cowok iblis! Batin Putri yang tak kuasa menahannya.

  Sesampainya di salah satu mall di kota Tegal. Mereka ditahan oleh bapak satpam di depan pintu mall.

“Maaf dek, disini dilarang memakai seragam sekolah.”

  Mendengar ucapan satpam tersebut, mereka kembali ke mobil untuk mengambil jaket milik Rajes yang ada di dalam bagasi mobil.

  Setelah mengambil jaket denim berwarna hitam. Putri langsung memakai jaket tersebut, menutupi seragam sekolahnya yang sedari pagi ia kenakan.

  Saat pertama melangkahkan kakinya di dalam mall. Mereka langsung menuju ke food court area.

* * * * *

  Setelah makan dan membelikan baju baru untuk Kiano. Mereka berjalan menuju pintu keluar masuk mall.

“Rajes.” Panggil Putri.

“Hmm.”

“Kita pulang aja yah. Udah malam, kasian Kiano udah kecapean.” Ucap Putri menggandeng Kiano yang sudah menguap sejak tadi.

“Hmm.”

“Tapi, Kiano tinggal di rumah lu yah.”

“Hmm.” Sedetik kemudian, Rajes baru sadar dengan ucapannya. “Hahh!? Kenapa gak pulang ke rumahnya sendiri?” Ralat dia.

“Dia itu gak punya rumah. Dia dari kecil sudah hidup di bawah kolong jembatan bersama dengan ibunya.” Jawab Putri yang baru mengetahui saat dia sedang membeli baju bersama Kiano.

“Kenapa harus rumah gue? Kenapa gak rumah lu aja?”

“Rumah kamu kan besar. Terus kamu tinggal cuma sendiri. Dari pada kesepian sendiri, mending sama Kiano.” Putri melirik Kiano yang sudah merasakan ngantuk berat. “Rumah aku gak sebesar rumah kamu. Dan rumah aku itu udah ramai. Ada abah, umi, kak Niken, aku.” Lanjutnya.

“Gak, gue gak mau.” Rajes mempercepat langkahnya meninggalkan mereka berdua.

  Seketika Putri terbesit subuah ide cemerlang.

Ttiiinngg

# # # # # # # # # #

First Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang