“Menikah dan menjalin rumah tangga di usia hampir 17 tahun, itu sangat diluar prediksi BMKG.”
~~Nabila Putri Utami~~Happy reading...
# # # # # # # # # #Hari demi hari pun berlalu dengan sangat cepat. Tak terasa, sudah tanggal 1 Januari. Hari dimana acara pernikahan dirinya dan Rajes berlangsung. Ia tidak menyangka, akan menjadi istri di usia mudanya. Padahal baru kemarin ia menikmati masa remajanya dengan rebahan, maraton drakor, dan sesekali hangout dengan teman-temannya.
Dan sekarang, Putri harus bersiap-siap. Dia sedang didandani oleh make up artist yang dipesan oleh WO tersebut.
“Pengantin wanitanya sudah siap?” Tanya salah satu wo yang masuk ke dalam ruang makeup.
“Sebentar lagi.” Jawab sang makeup artist.
Setelah selesai, dia pun keluar dari kamarnya. Dia berjalan bergandengan dengan kedua orangtuanya, membelah ramainya tamu undangan yang hanya dihadiri dari keluarga besar Putri dan Rajes.
Kemudian Putri duduk bersebelahan dengan Rajes.
“Saudara Rajes, sudah siap?” Tanya Pak Penghulu.
“Siap.” Jawab Rajes diimbuhi dengan anggukan.
Pak Penghulu menarik telapak tangan Rajes, kemudian menjabatnya.
“Saya nikahkan, saudara Rajes Maula bin Eko Patrama, dengan Nabila Putri Utami binti Yasa Abraham, dengan maskawin uang tunai sebesar seratus juta rupiah dan seperangkat alat salat dibayar tunai!”
Rajes menarik nafasnya dalam-dalam. “Saya terima nikahnya Nabila Putri Utami binti Yasa Abraham dengan maskawin tersebut dibayar tunai.”
“Bagaimana para saksi?” Tanya Pak Penghulu kepada saksi nikah.
“Sah.” Jawab mereka serempak, dan juga dibarengi para tamu undangan.
Setelah acara ijab kabulnya selesai. Mereka berdua pun saling bertukar cincin, dan bersuwa foto di depan kamera.
* * * * *
Usia mereka yang baru menginjak tujuh belas tahun harus dipaksa membangun rumah tangga yang entah jadinya seperti apa nanti. Menikah dengan Rajes tidak pernah terlintas di otak Putri sebelumnya. Cowok yang tabiatnya nakal, tanpa ekspresi, dan sering membuat masalah di sekolah.
“Nih, minum.” Rajes datang dan menyodorkan segelas es jus jeruk kepada Putri.
Putri berdecih pelan. Sok banget nih cowok, batinya.
“Gue tau Lo haus dan malu buat ambil minuman. Jadi gue inisiatif ngambilin untuk Tuan Putri yang terhormat.” Ucap Rajes dengan senyum yang dipaksakan.
Rajes menatap Putri datar. Jika saja di depannya ini bukan kaum hawa, sudah dipastikan akan masuk ke dalam list korban Rajes selanjutnya.
Rajes menolehkan kepalanya setelah dia melihat wajah istrinya yang tiba-tiba membeku, menatap seseorang pria paruh baya dengan balutan jas hitam yang berjalan menghampiri mereka. Pria tersebut adalah Ferry Marhadi (ayah kandung Putri + mantan suami Bu Utami).
Pak Ferry tidak sendirian, dia ditemani oleh anak tirinya yang bernama Jonathan yang berusia 19 tahun, di sampingnya.
“Umi.” Panggil Putri kepada ibunya yang duduk di di sebelah kursi pengantin. “Kenapa umi ngundang itu orang?”
“Umi nggak ngundang dia, buat datang ke acara pernikahan kamu.”
“Terus, kenapa Abah bisa sampai sini mi?”
“Umi juga gak tau.” Jawab Bu Utami, memegangi tangan Putri yang sedari tadi gemetaran. Karena takut dengan sosok yang dulu sering memukulinya. Umi juga kaget pas lihat dia tiba-tiba datang kesini.” Sambung Bu Utami.
Kemudian Pak Ferry dan anak tirinya yang bernama Jonathan pun mulai menyalami dan memberikan selamat kepada kedua mempelai dan kedua orang tuanya.
“Sekarang makin gemukan yah.” Ucap Pak Ferry kepada Bu Utami.
Disaat ayahnya sedang menggoda mantan istrinya, Jonathan pun berbisik kepada sang kedua mempelai. “Gue ada kejutan nanti malam.”
* * * * *
Akhirnya acara akad dan resepsinya selesai. Sang kedua mempelai pun sudah berada di kediaman rumah Rajes, yang sekarang menjadi kediaman pasangan suami istri baru.
Terlihat Putri sedang menghampiri Rajes, sambil membawa setumpukkan kertas di tangannya.
Sesampainya di depan Rajes, Putri langsung menunjukan kertas tersebut kepadanya.
“Apa ini?” Tanya Rajes bingung, melihat kertas yang cukup banyak di depannya.
“Surat perjanjian.”
“Surat perjanjian apa?” Rajes mengangkat sebelah alisnya.
“Gak usah banyak tanya. Tinggal tanda tangan aja.”
Mendengar hal itu, Rajes langsung mematikan rokoknya yang tinggal sedikit. “Mana pulpenya?!”
“Waduh, ketinggalan di kamar.” Ucap Putri menepuk jidatnya. “Sebentar, aku ambil dulu.” Lanjut Putri, hendak kembali ke kamarnya.
Tapi, Rajes menghentikannya. “Gak perlu.”
Rajes menggigit ujung jempolnya dengan sangat kuat.
“Kamu ngapain?” Tanya Putri khawatir.
Dan darah segar yang berwarna merah pekat tersebut akhirnya keluar dari ibu jari yang Rajes gigit tadi, sesuai dengan keinginannya.
Kemudian Rajes pun mengecap satu persatu surat perjanjian tersebut dengan darah yang mengalir di ibu jarinya.
Isi Surat Perjanjian
1. Rajes tidak boleh menghamili Putri
2. Rajes tidak boleh menyentuh Putri,
kecuali Putri yang menyentuh Rajes
duluan
3. Rajes tidak boleh tidur satu ranjang
dengan Putri
4. Rajes tidak boleh masuk ke dalam
kamar Putri, kecuali Putri yang
menyuruhnya
5. Rajes harus menjadi suami yang
baik untuk Putri
6. Rajes harus mengajari Putri untuk
bermain Mobile Legend
7. Rajes harus melawan Putri PS satu
minggu sekali
8. Rajes harus selalu mengalah dari
Putri
9. Rajes harus menyiapkan makanan
untuk Putri dari pagi, siang, malam
10. Setiap bulan Rajes harus mengajak
Putri shopping
11. Rajes tidak boleh membuat Putri
menangis setetes pun
12. Rajes tidak boleh merokok didepan
Putri
13. Setiap malam minggu, Rajes harus
menemani Putri untuk menonton
film
14. Harus pura-pura romantis di depan
Kiano
15. Harus merahasiakan pernikahan
ini dari siapapun, termasuk teman
kelas kita* * * * * * *
Di sisi lain. Terlihat seseorang dengan balutan jasnya, sedang menangis histeris di pinggir jalan.
“PUUTTRIII!!”
“AKU MENCINTAIMU!” Ucap Imam teriak dengan sekuat tenaga.
# # # # # # # # # #
Next
KAMU SEDANG MEMBACA
First Love (End)
Novela Juvenil⚠️WARNING!!⚠️ CERITA INI MENGANDUNG FIKTIF BELAKA, DAN TIDAK ADA SANGKUT PAUTNYA DENGAN SIAPAPUN. JIKA ADA KESAMAAN NAMA ORANG, TEMPAT, DAN KEJADIAN MAKA SAYA SELAKU PENULIS MEMINTA MAAF SEBESAR-BESARNYA. DILARANG KERAS UNTUK MENCOPY ATAU MEMPLAGI...