59. Perang Barata Yudha 2

156 16 1
                                    

“Semua rencana pasti bertujuan untuk menyelesaikan masalah. Tapi tidak semua rencana itu akan menyelesaikannya.”
~Cendet~

Happy reading. . .
# # # # # # # # # #

“Suruh mereka berpencar, agar meminimalisir orang yang serang mereka. Karena Jonathan hanya mengincar gue, bukan kalian.” Jawab Rajes menendang anggota Beach yang mencoba maju menyerangnya.

“Semuanya denger gue baik-baik! Dalam hitungan ketiga kita berpencar dan jaga diri kalian masing-masing, mengerti?!” Setelah mendengar komando dari Irgi, para anggota Distroyet yang masih tersadar langsung mengambil ancang-ancang dan serempak memberikan aba-aba, “1... 2... 3”

  Tepat di hitungan yang ketiga, mereka kompak berlari berhamburan ke segala arah, dan beberapa anggota Beach yang melihatnya pun langsung mengejar mereka.

“Percuma kalian lari.” Gumam Jonathan tersenyum miring, kemudian melanjutkan aktivitasnya menghisap rokok yang terselip di jari tangannya.

  Para anggota Distroyet lumayan sedikit pintar. Mereka berlari terbirit-birit sembari melempar barang-barang disekitarnya, seperti kotak keranjang, bangku, bahkan meja. Mereka melakukan hal tersebut supaya menghalangi jalan para anggota Beach.

  Beda halnya dengan sang ketua, Rajes. Dia terlihat menarik dan menghajar setiap anggota Beach yang hendak mengejar para anggotanya. Dia juga bahkan menghiraukan darah segar mengalir di ujung bibirnya.

  Namun sayang seribu sayang. Rencana perpencaran tersebut membuat satu persatu anggota geng Distroyet menjadi terpojok dan terpuruk, memudahkan bagi para anggota Beach untuk menghabisinya.

“Aaarrrggghhh!!” Mendengar jeritan rekan-rekannya, hati Rajes merasa tersayat-sayat dan membuatnya menjadi tidak fokus.

  Melihat kesempatan tersebut, salah satu anggota Beach pun langsung memukul kepala Rajes dengan pipa besi sebagai senjatanya.

Buugghhh

  Serangan tersebut tepat mengenai dahi Rajes, menyebabkan keseimbangan pria tersebut menurun dan kemudian terjatuh dengan posisi duduk. Terlihat segumpalan darah berwarna merah pucat mulai keluar dan mengalir deras dari jidatnya.

“Hahaha..” Melihat kondisi Rajes yang sudah melemah membuat petinggi eksekutif baru Beach menjadi sangat senang. “Apa saya boleh menghabisinya bos?”

“Silahkan.”

  Belum ada satu langkah, mr. x malah sudah menghentikan langkah sang eksekutif baru. “Tunggu sebentar.”

“Ada apa sih mr. x?” Tanya eksekutif baru sedikit kesal.

“Lo denger gak?”

“Dengar apaan?”

  Suara dentuman musik semakin lama semakin keras, seperti sedang menghampiri mereka.

Teett.. Tet.. Tett.. Tteeettttt...

  Musik DJ terompet bergema ke seluruh penjuru ruangan, membuat semua atensi mata tertuju kepada tiga mobil modifikasi berwarna putih yang terparkir di ambang pintu. 10 orang berseragam putih dan beraksesoris emas pun keluar dari dalam mobil tersebut. Logo LS berwarna gold yang terpampang jelas di body mobil menandakan kalau mereka adalah geng Life Style.

“Mau apa kalian kesini?!” Tanya Irgi berteriak dari lantai dua.

“Gua gak ada urusan sama lo,” lalu Rizky menunjuk petinggi eksekutif Beach yang baru. “Tapi dia!”

  Atensi mata yang tertuju kepada Rizky sekarang beralih ke petinggi eksekutif baru yang ternyata adalah Nasir, mantan wakil ketua geng Life Style.

  Sebelum Rizky menurunkan tangannya kembali, tiba-tiba... sebuah motor terbang melompati tiga mobil Life Style yang berderet menutupi pintu. Pengendara motor supra tersebut kemudian menancapkan gasnya kencang membelah kerumunan yang mengerubungi Rajes, memporak-porandakan barisan pertahanan Beach, dan berakhir menabrak setumpukan kardus yang berada di belakang singgasana Jonathan.

  Selang beberapa detik kemudian sang pengendara tersebut pun bangkit dari setumpukan kardus dan membuka helmnya. “Ooiii... Siapa yang ngerusak rem gue?!”

“Sorry bos, nggak sengaja.” Jawab Lolok yang terlihat sudah berdiri berjejer dengan lima anggota Impossible yang lain, tepat di samping geng Life Style.

“Oke.” Balas Imam singkat.

  Setelah itu, Imam berjalan menghampiri Jonathan di kursi singgasananya. “Hei, lo tau otak dibalik peperangan awal tahun gak?”

  Mendengar pertanyaan Imam, Jonathan pun membuang puntung rokoknya, dan langsung...

Brruugghh

  Jonathan membanting tubuh Imam dengan keras ke tanah. Tapi anehnya dia tidak merintih kesakitan, malahan dia tertawa lepas seperti orang gila.

“Hahahaha” melihat Imam dengan mudah berdiri kembali, membuat para anggota Beach menjadi sedikit ketakutan. Karena mereka baru pertama kali melihat ada orang yang bisa bangkit kembali setelah di banting oleh Jonathan.

“Rajes!” Mendengar namanya dipanggil, Rajes sontak tersadar dari alam bawah sadarnya. “Kalau lo kalah disini, Putri buat gue yah?!” Lanjut Imam mengompori, dan dibumbui dengan senyuman yang paling Rajes benci.

  Setelah mendapatkan tantangan tersebut, Rajes pun dengan sekuat tenaga bangkit dan berdiri dari posisi duduknya. Walaupun agak sedikit terhuyung, dia masih ingin melanjutkan peperangan tersebut dan tidak ingin melepaskan istrinya lagi untuk kedua kalinya.

* * * * * * *

  Joying berusaha mati-matian untuk menghadapi anggota Beach yang menghalangi jalan mereka. Walaupun 10 anggota Beach yang lain hanya terdiam dan tidak ikut campur, tapi entah kenapa hanya dua orang petinggi eksekutif saja sudah sangat amat merepotkan.

“Tertangkap kau.” Mugen melompat, memeluk pinggang Joying supaya dia tidak bisa menghindar dari serangan selanjutnya. “Ayo ton!”

“Straight.”

Buugghhh

  Dengan bersenjatakan burn knuckle yang terpasang di tangannya, Orton memukul telak wajah Joying dengan pukulan hook andalannya.

Buugghhh

Buugghhh

Buugghhh

  Walau terlihat seperti petinju pemula yang hanya bisa menggunakan pukulan hook saja, tapi kekuatan pukulannya sebanding dengan kekuatan pukulan petinju profesional. Dan itu terbukti, baru beberapa pukulan saja hidung Joying sudah mulai mengeluarkan cairan berwarna merah pekat disana.

“Cih, baru gini doang udah mimisan.” Joying mengusap darah yang keluar dari hidungnya sembari membatin merutuki ketahanan tubuhnya yang melemah karena sudah lima tahun tidak bertarung lagi.

  Disaat Orton sedang asyik-asyiknya memukuli Joying, tiba-tiba sebongkah batu berukuran sedang menghantam kepalanya. “Dasar cegil!” Maki Orton, setelah menemukan pelaku yang melempar batu kepadanya.

“Kalian berdua kenapa masih disini?” Tanya Joying melihat Kiki dan Putri yang tengah melemparkan batu kepada mereka.

“Joying, kamu tenang aja. Sebentar lagi mereka bakal datang.” Jawab Kiki ngelantur.

# # # # # # # # # #

First Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang