"Mungkin kaki ini tak lagi bergerak. Berbeda dengan yang dulu, namun gue tetap.
Orang yang sama masih memiliki hati yang selalu terluka tanpa terlihat."Yayan membaringkan tubuh El ke atas kasur lelaki itu, setelah membantu mengganti bajunya dengan yang kering. BI Ratih langsung mengoleskan minyak angin, sambil mengusap-usap lengan lelaki itu yang terasa dingin, tadi dia sempat sadar dan memuntahkan air namun kembali pingsan bahkan tubuhnya panas.
"Mang Yayan tungguin Den El, saya mau ambil hp dan telepon dokter."Wanita paruh baya itu langsung keluar baru hendak menutup pintu kembali namun Saras sudah berdiri di sana.
"Mau kenama kamu? Jangan coba-coba untuk berpikir memanggil dokter. Atau kamu saya pecat."
"Tapi nyoya Den El sakit dia pingsan badannya panas."
Saras langsung menarik paksa lengan Bi Ratih dia menutup pintu kamar El yang sedikit terbuka dengan kasar.
"Kalo saya ngomong dengerin!punya kupingkan? Kamu itu cuman pembantu saya bos nya. Jadi jangan lancang."
"Kasihan Den El nyonya, dia jatuh di kolam renang."
"Saya yang dorong! Seharusnya kamu gak tolong dia biarin aja anak itu mati sekalian!, pergi sana bereskan tugasmu masak makan malam saya lapar. Dan jangan hubungi dokter buang-buang uang."Saras mendorong tubuh Bi Ratih dengan kasar agar menjauh darinya.
Wajah Bi Ratih menggeleng kuat merasa majikannya terlalu kejam kepada anaknya, Saras benar-benar terbutakan dengan rasa kebencian dan kesempurnaan yang terus di tuntut.
"Sana pergi! Berani kamu melotot kepada saya!"
Wanita paruh baya itu langsung pergi ke dapur tidak jadi memanggil dokter, memilih menyiapkan kompresan. Air matanya bahkan sampai menetes merasa kasihan dia tahu seberapa berat, hidup El sekarang. Dulu lelaki itu selalu tertawa riang dan selalu dapat perhatian dari kedua orang tuanya, namun semuanya lenyap begitu saja setelah kecelakaan beberapa tahun lalu.
Apalagi harus menerima perubahan drastis dalam hidupnya yang terjadi begitu mendadak, ini pasti sulit dirinya yang melihatnya saja sudah tak tahan apalagi remaja lelaki itu yang merasakannya.
Setelah memasukan air hangat ke dalam baskom kecil, dia langsung pergi lagi ke kamar El tanpa sepengetahuan Saras. Ketika masuk dapat dia lihat tubuh lelaki itu menggigil, masuk dan langsung menyuruh Yayan kembali.
BI Ratih mulai menempelkan kompresan ke dahi El yang terasa panas, perlahan mata lelaki itu terbuka, mata merah itu menatapnya, sebenarnya El sudah bangun saat mendengar teriakan Saras agar tak memanggil dokter.
"Den sudah bangun, apa yang sakit atau Den El kedinginan biar Bibi ambil lagi selimut."BI Ratih langsung berdiri hendak pergi menuju lemari namun suara El yang menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)
RandomSEBELUM BACA WAJIB FOLOW AKUN WP NYA! GARISS KERASS! Bryan Elga Preston: Pengasingan, Penyesuaian, dan Pencarian Identitas: El adalah seorang siswa SMA yang populer dan berbakat. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika dia mengalami kecelakaan ya...