15

992 61 2
                                    

"Kenapa harus bertemu, jika akhirnya
Perpisahan,"

By:El

Yayan berlari setelah memarkirkan mobilnya, di lihatnya El masih setia menunggu di halte. Dia baru sampai saat hari sudah gelap, hujan deras tadi menyebabkan kemacetan cukup panjang jadilah dia baru sampai dan sangat telat datang.

"Den, maaf mamang telat tadi di jalan macet!"Yayan menghela nafas lega, saat melihat keadaan El baik-baik saja di khawatir terjadi sesuatu pada lelaki itu. Seperti dulu, dia telat jemput dan berujung El jadi korban preman yang memalak duit, sampai membuat lelaki itu pingsan dan terjatuh di kursi rodanya.

"Iya mang, gak papa,"

Di rasa sudah tidak ada lagi dan hari semakin malam, Yayan mendorong kursi roda El, membantu lelaki itu masuk mobil. Melipat kursi rodanya memasukannya ke bagasi, Yayan beralih ke kursi kemudi setelah menutup bagasi. Lalu menjalankan mobilnya.

Suasana jalanan masih cukup padat, jalanan masih terpenuhi oleh air yang masih tersisa di aspal. El memandang ke arah luar jendela mobil, lelaki itu menatap ke arah luar, sepanjang jalanan terlihat banyak lampu menyala. Dari lampu jalanan atau para rumah warga.

Udara dingin masuk melalui kaca mobil yang di buka, El mengusap wajahnya saat merasakan ada sesuatu yang terbang ke wajahnya. Lelaki itu membuka tangannya saat merasakan dia menangkap sesuatu.

Hewan kecil yang indah seperti terdapat lampu di ujung badannya, kunang-kunang yang menyala itu menempel di tangannya. Sudut bibir El sedikit terangkat membentuk senyuman kecil, hewan yang lucu apalagi seperti kunang-kunang itu begitu betah berdiam diri di telapak tangannya.

El merubah ekfresinya wajahnya, lelaki itu menghela nafas kasar saat otak dan pikirannya menerawang ke masa lalu, saat kakinya masih berfungsi. Kenangan di mana dirinya tengah tertawa senang berlari, menari, merasakan indahnya kebahagiaan. Dengan seorang gadis yang manis, yang bergitu memiliki senyuman lebar lengkap dengan lesung pipinya. Gadis berkacamata, yang awal mula dia kira. Pendiam, jarang ngomong, ngebosenin, ternyata gadis itu begitu ceria saat sudah akrab, baik dan juga pengertian.

*

Di halaman yang terpenuhi oleh rerumputan yang hijau, di temani langit malam dan juga bintang yang mengelilingi bulan. Mereka duduk di sisinya, tawa seorang gadis memenuhi kesunyian malam, gadis itu berdiri saat melihat para kunang-kunang mulai berkeliaran.

El ikut berdiri dan tertawa mengikuti langkah gadis itu yang mulai mengikuti ke arah Kunang-kunang, dan berusaha untuk mengambilnya. Tawa gadis itu begitu ceria terdengar sempurna, seperti tak ada beban. Padahal El tahu hidupnya tak mudah, gadis yang tak memiliki kedua orang tua. Hidup dengan jeri payahnya sendiri, harus bekerja di usia yang masih terbilang dini untuk membiayai hidupnya sendiri.

Gadis itu menepuk kepala El, saat melihat Kunang-kunangnya mendarat di rambutnya. Alih-alih mendapatkan hewannya, kakinya tak sengaja menginjak bata yang berada di dekat pot bunga membuat kakinya tak seimbang. Dengan sigap El menangkap tubuh kecil gadis itu, El merangkul pinggang rampingnya, sedangkan gadis itu menaruh kedua tangannya di pundak El. Cukup lama mereka berdua berada di posisi itu, netra coklat milik El menatap netra hitam nan bulat milik si gadis yang terhalang kaca mata.

"Kenapa harus ada pertemuan, jika akhirnya perpisahan"Batin El.

Lelaki itu menghela nafas panjang, kala ingatan tentang kenangan beberapa tahun lalu terus berputar. Andai dia bisa mengulang waktu, dia memilih tidak akan mau bertemu dengan gadis periangnya, atau dia tidak akan membiarkan gadis itu pergi. Namun apa yang dia harapkan semuanya sudah terlambat, dia sudah benar-benar pergi.

***

Tajma memarkirkan motornya di halaman rumah yang terpenuhi dengan tanaman, dia benar-benar mengantarkan Kia pulang sampai tujuan. Lelaki itu turun dari motor, tangganya terulur ingin membuka helm yang di kenakan Kia, namun langsung di tepis oleh gadis itu.

Tajma beralih membuka helm yang di kenakannya, lelaki itu membuyarkan rambut panjangnya kebelakang, menyisirnya dengan tangan. Sambil berkaca di spion motor.

"Udah ganteng, ayok masuk ketemu calon mertua,"Dengan sembrono tangannya menggandeng lengan Kia.

"Lepas! Makasih udah nganterin, sana pulang!"Usirnya sambil mendorong bahu Tajma pelan karna jujur Kia merasa lemas, rasanya kepalanya juga sudah semakin pusing.

"Awss... Sakit ayang!"Memasang wajah memelas, sambil mengusap-usap bahunya.

Terlihat mobil hitam ikut memasuki halaman rumah, seorang lelaki berjas turun dari mobil itu. Arjuna dengan raut khawatir menghampiri kedua remaja yang masih berdiri di dekat motor.

"Kia, ternyata kamu sudah pulang! Maaf ayah lama jemput, tadi macet. Kamu gak papa kan? Atau pusing? Wajah kamu juga pucat ayok kita ke rumah sakit sekarang,"Arjuna menarik tangan anaknya agar mengikutinya menuju mobil.

"Kia gak papa, gak perlu kerumah sakit. Istirahat di rumah aja,"

"Hai om Arjuna,"Tajma menyapa sambil nyengir.

Arjuna membalikkannya wajahnya melihat ke arah Tajma, lelaki itu sedikit kaget, kenapa anak itu ada di sini. Dia memang tau Tajma, teman Kia sejak kecil dan satu sekolah juga dulu, dan lokasinya juga sangat jauh dari sini.

"Loh Tajma? Sedang apa di sini kenapa ada di Jakarta?"tanyanya heran.

Tajma merapihkan dasi yang di kenakannya,"Saya pindah sekolah om, kebetulan banget sesekolah lagi sama Kia. Emang gitu om kalo jodoh tuh, selalu di pertemukan, pasti ada jalannya terus,"berbicara dengan tawa di akhir kalimat, sama sekali tak ada sungkan-sungkannya.

Arjuna ikut tertawa pelan agar anak remaja di depannya tidak malu ataupun tersinggung, menepuk pelan pundak Tajma,"Kamu ini, masih kecil ada-ada saja,"

"Saya udah gak kecil lagi om, udah ganteng dan handsome. Udah cocok jadi calon mantu,"

Arjuna menghentikan pergerakan bibirnya saat ingin menjawab perkataan remaja lelaki di depannya, matanya melihat ke arah Kia yang memanggilnya.

"Ayah, ayok masuk Kia mau istirahat,"ucap Kia.

Arjuna mengangguk,"Iya ayok. Tajma mau mampir dulu?,"tawarnya sebelum pergi.

Baru saja Tajma membuka bibirnya untuk mengiyakan, ucapan dan lirikan sinis Kia sudah menyerobotnya.

"Gak perlu yah, dia mau pulang bajunya udah basah. Jadi sana pergi ganti baju!"Sambil memelototkan mata.

"Khaa,"tertawa gak jelas saat melihat pelototan Kia,"iya om gak usah, Tajma pulang aja bener kata Kia. Anak om emang seperhatian itu sama saya, takut saya sakit kayaknya,"










25 komen
25 Pote lanjut langsung

Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang