Langit yang tadinya membiru sudah menggelap menampilkan sinar bintang yang di padukan dengan cahaya rembulan. Suasana yang sunyi, penuh ketenangan, memang sangatlah di nikmati oleh El saat ini. Lelaki itu sedang melukis di kanvas di dekat jendela, sembari melihat pemandangan langit yang terukir indah di atas sana.
Suasana malam seperti ini lah yang selalu El tunggu-tunggu, kesunyian dengan penuh ketenangan. Yang membuat hatinya menjadi tenang, menikmati semilir angin yang berhembus masuk melalui celah jendela.
Tangannya begitu lihai memegang kuas mengoleskannya ke kanvas, entah apa yang dia lukis El hanya mengikuti halusinasinya saja. Ini adalah kebiasaan lamanya, yang mungkin tak di ketahui orang lain. Karna El tak pernah mengumbar apapun, apalagi hasil karyanya maka itu hanya dia yang melihatnya.
Sesekali matanya melihat ke arah langit, untuk menikmati apa yang berada di depannya. Namun apa yang dia lihat tak sesuai dengan apa yang dia gambar, lukisannya benar-benar hasil dari perasaan yang di gambarkan.
El merapatkan jaket yang dia pakai saat merasakan hawa dingin semakin menelusup ke tubuhnya hingga terasa ke tulang-tulang. Namun hal itu tak membuat El ingin menyudahi aktivitasnya, lelaki remaja itu masih pokus mengukir kuas ke kanvas.
***
"Makan ya sedikit aja,"Dania memegang sepiring makanan di tangannya, wanita itu membujuk Kia yang sedang mogok makan.
Kia menutup mulutnya, dia benar-benar merasa mual tak selera makan. Apalagi yang dibawakan Bundanya adalah sayur sop membuat selera makannya, turun drastis saja.
"Sayang ayo dong, makan yah,"Pinta Dania tak menyerah namun hanya gelengan yang dia dapatkan.
Dania menghembuskan nafasnya pelan, sudah lama dia membujuk Kia agar mau makan hampir dari satu jam lalu. Sampai makanan yang tadinya masih panas sudah mendingin.
"Oke, sekarang kamu mau apa?"Tanya Dania menyerah.
Merasa di beri kesempatan, Kia langsung tersenyum lebar. Akhirnya yang kata-kata yang di tunggu-tunggu terucap juga, Kia membenarkan posisi duduknya menjadi bersila di atas ranjang.
"Bunnn, beneran?"Tanyanya memastikan.
"Hemm..."
"Kia boleh yah keluar pengen beli jajan,"Gadis itu dengan nada memohon.
Dania menghembuskan nafasnya, sedari tadi bukannya dia tak peka dengan apa yang di inginkan anaknya. Dia sudah menebak apa yang Kia inginkan dari raut wajahnya saja, sekarang gimana tidak ada pilihan lain.
"Sama ayah yah, bunda gak bisa nemenin bunda kan gak bisa naik mobil,"
Senyuman yang tadinya mengembangkan luntur, satu hal yang dia lupakan Dania tidak bisa menyetir mobil. Bukannya tidak mau pergi dengan Arjuna, tapi bisa dipastikan Kia tak bisa menikmati jajanannya karna Arjuna sendiri yang akan memilih sendiri apa yang akan dia makan. Makanan hambar dengan berlogo sehat!.
"Tapi.. Bunda,"
"Bunda tau apa yang kamu pikirkan,"Dania mengelus tangan anaknya,"Apa yang di lakukan Ayah itu karna dia sayang sama kamu, Ayah gak mau Kia kenapa-kenapa,"
"Kia ragu ayah akan ngijinin Kia keluar, udahlah gak jadi aja Kia di rumah aja. Kia gak mau ayah marah lagi,"Kia menunduk.
"Biar Bunda yang bilang sama ayah,"Dania merasa tak tega wanita itu tersenyum meyakinkan.
Kia menggeleng tanda tidak mau,"Gapapa lah Bun lain kali aja,"Kembali merebahkan tubuhnya,"Kia tidur aja,"
Di balik pintu Arjuna mendengarkan percakapan mereka, tadi dia ingin memastikan apa Kia sudah mau makan. Jadilah dia tidak jadi masuk hanya berdiri di balik pintu yang tertutup.
Arjuna jadi berpikir, apa sikapnya sekeras itu sehingga meminta untuk temani keluar saja harus ragu dan takut di marahi olehnya. Mungkin tanpa dia sadari sikap posesifnya membuat, ruangan takut di hati anaknya.
Menarik nafas dalam-dalam tersenyum meyakinkan terlebih dahulu, tangannya memengang gagang pintu untuk di buka.
"Kenapa tidak jadi?, ayok kita makan di luar kamu mau jajan kan?,"Arjuna berjalan dengan senyumannya, yang malah membuat ibu dan anak itu menatapnya heran.
"Kenapa liat ayah seperti itu? Apa kalian masih mau jajan di luar?"
"Ay-ah beneran?"Tanya Kia memastikan kembali duduk di atas kasur.
Arjuna mengangguk mengiyakan, yang langsung di hadiahi teriakan senang dari kedua wanita yang di sayangnya.
Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk berjalan-jalan keluar, menikmati malam dengan bersenang-senang ke luar. Momen yang sangat langka.
***
"CK.. pake baju olahraga kaya mau olah raga aja,"Saras mencibir saat melihat El mengenakan baju olahraga sekolahnya.El mencoba menulikan telinganya, lelaki itu pokus membereskan beberapa buku yang berada di meja ruang tamu. Lagian jika meladeni pasti ujungnya berdebat juga.
Setelah di rasa semuanya sudah selesai El memutar kursi rodanya menuju depan rumah, di sana sudah ada Yayan yang sedang menunggunya. Yayan berlari kecil menghampiri El lalu membantunya masuk ke mobil.
Sebelum benar-benar pergi Bi Ratih datang seperti biasa, memberikan kotak bekel makanan ke pada El. Bi Ratih tersenyum sembari melambaikan tangan mengiring mobil yang sudah melaju.
Membalikan badannya hendak kembali masuk, Bi Ratih memegangi dadanya kaget saat melihat Saras sudah di depan pintu.
"Lebay banget,"Saras langsung pergi mengendarai mobilnya sendiri.
Setelah cukup lama berkendara mobil yang di supiri Yayan memasuki gerbang sekolah, lelaki setengah baya itu membantu El keluar dari mobilnya.
"Mau mamang anter den?"Tanya Yayan saat sudah membatu El menduduki kursi rodanya.
"Tidak mang makasih" Tolak El menyakinkan yang membuat Yayan pergi meninggalkannya.
Lelaki itu menyipitkan matanya, kala melihat seseorang tengah tersenyum lebar sembari melambaikan tangan kearahnya. Orang itu berdiri tepat beberapa meter di depannya.
Tak ada ekfresi apapun yang El berikan saat menyadari yang tengah tersenyum kepadanya adalah Kia.
Di lain tempat Kia masih melebar senyumannya, Kia memang sengaja berdiri di sana untuk menunggu El. Gadis itu berlari kecil menyusul El yang masih berdiam di tempatnya.
Tigak lelaki dengan gaya rambut yang acak-acakan, baju yang di keluarkan dasi yang sengaja di longgarkan datang dari arah gerbang.
Seorang lelaki dengan menyampirkan jaket di pundaknya berjalan menghampiri, dengan sengaja kakinya dia senggolkan ke arah kursi roda yang El duduki.
"El awas!"Kia menahan tubuh El yang hampir saja terjatuh, gadis itu memastikan El baik-baik saja.
"Kamu apa-apaan sih, untung El gak jatuh!"Kia membalikan wajahnya menatap garang sang pelaku.
Lelaki itu memelototkan matanya saat melihat siapa yang berada di depannya,"Kia? di sini ternyata," Lelaki itu langsung memeluk tubuh Kia yang mematung di tempat.
El menatap kedua orang yang sedang berpelukan di depannya,"Kalian saling mengenal?"
WAH KIRA-KIRA APA YA YANG TERJADI
Hayoo siapa yang Nungguin🙏
Ayok dong komen sayang!.
Foloww tiktok Mamayy0123
Ig:3009Rahma.
Fb:Mamayy.Lanjut kalo udah 20 Pote
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)
RandomSEBELUM BACA WAJIB FOLOW AKUN WP NYA! GARISS KERASS! Bryan Elga Preston: Pengasingan, Penyesuaian, dan Pencarian Identitas: El adalah seorang siswa SMA yang populer dan berbakat. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika dia mengalami kecelakaan ya...