11

1.4K 79 1
                                        

"Mas! Kamu pulang lagi ke sini. Apa aku juga bilang kamu gak bakal bisa lama-lama jauh-jauh dari aku, pasti kamu kesini mau minta maaf kan. Karna menyesal telah menikah lagi dan kamu udah buang wanita murahan itu!,"Cerocos Saras saat melihat yang datang bukanlah orang panti, tapi suaminya Paris.

El datang dengan kursi rodanya di dorong bi Ratih, mereka berdua berhenti di ruang utama menyaksikan kedua orang yang sedang di ambang pintu.

Nyelonong masuk begitu saja, tanpa menjawab sama sekali. Paris berjalan masuk sama sekali tak menoleh ke sana kemari, bahkan terlihat sengaja kakinya dia senggolkan ke kursi roda anaknya untung saja tidak sampai jatuh.

Dengan wajah yang merekah seolah tak terjadi sesuatu saat tadi. Saras menyusul suaminya yang menaiki tangga,"Mas kamu datang buat aku kan, kamu pasti inget ini hari ulang tahun aku makanya kamu datang buat kasih kejutan buat aku!"Seolah lupa dengan tujuan utamanya Saras mengikuti kemanapun langkah suaminya.

El yang menyaksikan semuanya, entahlah dia harus merasa senang atau kesal. Melihat ayahnya pulang kerumah setelah lama tidak pulang, tapi ingatan di mana dia melihat Paris tengah bermesraan di taman masih sangat jelas dia ingat. Mau bagaimanapun Saras padanya El tetap merasa tidak terima ibunya di perlakukan seperti itu, dia tidak mau ibunya merasakan sakit hati.

"Semoga papah pulang bener-bener mau kembali sama mamah. El gak tega lihat mamah seperti itu,"Melihat ke arah tangga yang sudah tidak ada siapa-siapa kedua orang itu sudah tak terlihat.

Bi Ratih mengikuti ke arah pandang El,"Bibi harap, apapun yang terjadi itu sesuai harapan den El yah,"Kembali mengalihkan pandangannya,"Apa den El tidak merasa marah? atau kesal terhadap nyonya Saras? karna apa yang telah dilakukannya terhadap aden. Jujur Bibi yang denger dan lihatnya saja sudah kesal dan merasa ikut sakit hati, apalagi Aden yang merasakannya,"

Menggelengkan kepala dengan yakin, seulas senyum manis terbit di bibir itu,"Tidak sama sekali Bi, El mungkin sakit hati dengan ucapan atau apa yang mamah lakuin ke El. Tapi itu semua tak membuat kasih sayang El ke mamah pudar, El sayang bi sama mamah mau bagaimanapun atau seperti apapun itu dia tetep mamah El bi. Orang yang selalu El sayangi sejak dulu,"

"Tapi ini udah keterlaluan den,"

"Biarlah Bi El tanggung semuanya. Asalkan mamah senang El akan melakukan apapun, meskipun itu mungkin menyakitkan. Rasa sakit ini akan El obati dengan kenangan bayangan masa lalu di mana mamah begitu menyayangi El,"

Begitu besar rasa kasih sayangnya, terhadap Saras begitu tulus kasih sayang dari seorang anak terhadap ibunya. Seolah El menutup luka hatinya dengan secara paksa, tampa memikirkan mungkin luka itu akan merambat jika tidak di obati dengan benar.

Mengusap air matanya yang tiba-tiba turun, Bi Ratih diam-diam menangis di belakang El yang memunggunginya. Entahlah sekuat dan setegar apa hati lelaki muda di depannya, mengislahkan rasa sakitnya demi seorang ibu yang membencinya.

Pikirannya berkelana memikirkan andai saja anaknya masih ada sebesar apa sekarang, namun bayangan itu seakan hanyalah kalbu yang tertutup kenyataan.

"Bibi salut sama Aden, semoga di suatu saat nanti den El bisa merasakan kebahagiaan yah. Hidup di antara orang-orang yang begitu menyanyi Aden. Ayok makan dulu den El belum makan kan?"Bi Ratih mendorong kursi roda El menuju dapur untuk mengambil makanan.

Di dalam kamar keadaan masih sama dengan wajah antusias penuh binarnya, Saras mengikuti langkah Paris kemanapun lelaki itu pergi. Bahkan saat Paris ke kamar mandi untuk mencuci tangan saja Saras ikuti.

Sedari tadi Paris masih tak menjawab apapun, lelaki itu hanya berjalan kesana-kemari tanpa mengucapkan apapun.

"Aku seneng banget mas kamu akhirnya pulang, kamu ternyata masih ingat hari ulang tahunku. Kejutan apa lagi yang kamu persiapkan mas, apa kamu akan mengajak liburan ke luar negeri jalan-jalan sebagai permintaan maaf kamu terhadapku mas."

Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang