6

1.4K 78 3
                                    

"Apa sejauh itu takdir ini merubah semuanya. Sosok Papah yang dulu begitu gue banggakan, sekarang tak lain adalah bajingan. Jika dulu gue ingin jadi seperti papah, maka sekarang dia akan jadi orang yang gue hindari."

By:El

Karna taman tak terlalu jauh, jadi mereka memutuskan untuk jalan kaki, sedari tadi Kia terus mengajak El berbicara meskipun hanya di tanggapi gumaman saja dari lelaki itu.

Jalanan komplek, tak terlalu ramai kendaraan namun masih ada. Keduanya berjalan di sisi jalan, dengan El yang di dorong kursi rodanya. Tadi lelaki itu sempat menolak, untuk di dorong namun Kia memaksa dengan alasan akan memakan banyak waktu di jalan, jadilah dia setuju.

"Cape gak El?"Bodoh sekali Kia bertanya seperti itu padahal dia sendiri yang berjalan.

"Lo nyindir gue?"Jawab El ketus.

Gadis itu langsung menepuk jidatnya, lalu bergeleng dan tertawa kecil. Entahlah semenjak kenal dengan El dia jadi sering tertawa, meskipun tidak ada yang lucu.

"Enggak, Kok."

El tak menyahut lagi dia melihat sekelilingnya. Jarang-jarang dia bisa keluar, melihat orang-orang lewat menggunakan motor dia jadi teringat masa-masa dulu. Waktu kakinya masih berpungsi, saat dia masih bisa berjalan, saat masih memiliki banyak teman, masa-masa semuanya baik-baik aja. Berbeda dengan sekarang, kebahagiaan, kebebasan, senyuman, jati diri. Semuanya hilang terbawa kecelakaan truk waktu beberapa tahun lalu.

El kangen semuanya, El rindu setiap momennya, El ingin kembali berjalan, El pengen bisa naik motor lagi, dan El merindukan kasih sayang orang tua.

"El..."Kamu kenapa?"Kia menepuk pelan bahu El, bingung saat melihat lelaki itu malah bengong.

Menggelengkan kepalanya saat tersadar otaknya menerawang jauh. Berharap itu semua kembali, dia menatap sekeliling ternyata udah sampai di taman tanpa dia sadari.

"Udah sampai."Tanyanya bodoh padahal sudah tahu jawabannya.

"Iyaa.. ayokk!"Kia begitu bersemangat langsung mendorong kursi rodanya.

Mereka berdua menghampiri beberapa pedagang yang memang ada di sana, membeli berupa jajanan, lebih tepatnya hanya Kia-karna El hanya melihat di tawari pun hanya menggeleng.

"El mau Eskrim juga gak?"Kia berdiri di depan pedang Eskrim saat sudah menghabiskan, Telur gulung dan sosis bakarnya. Tak lupa dia juga kembali menawari El meskipun hanya di jawab gelengan.

"Gue gak suka eskrim."Jawabnya bohong, padahal dulu Eskrim jajanan Vaporitnya, dan membuat El menjadi teringat seseorang.

"Yah...."Tertunduk lesu."Kali ini aja ya, aku mau makan eskrim bareng sama kamu. Masa dari tadi, cuman aku aja yang jajan."

"Gue mau balik."Tak ada ekfresi sama sekali mata coklat terang itu menatap.

"Baru juga nyampe masa udah pulang. Aku mau duduk dulu di sana."Kia menunjuk ke arah ayunan yang kosong, El mengikuti arah telunjuk kia.

"Mau yah plisss."Menangkupkan kedua tangan sambil nyengir hingga gigi ginsulnya terlihat.

El hanya mengangguk. Toh tak ada salahnya kan dia menuruti, dia memundurkan kursi rodanya sebelum di dorong lagi, dia tidak ingin jadi beban. Kia tersenyum lebar melihat El menuju ayunan yang dia maksud, langsung menyusul sembari membawa dua eskrimnya.

Gadis itu berlari menyusul, langsung duduk di ayunan di samping El yang duduk di kursi rodanya. Dia mengayunkan kakinya yang tak sampai menyentuh rerumputan.

"Aku suka sama kamu."Ucap Kia serius, membuat El langsung membalikan wajah melihat ke arahnya.

"Maksudnya?"

"Aku suka sama El."Bahkan gadis itu tersenyum lebar, namun menepuk mulutnya sendiri sadar salah ucap.

"Lo-

"Maksudnya, Aku suka dan sayang El sebagai teman."

"Emangnya kita temenan?"Lelaki itu kembali membalikan wajahnya menghadap depan.

"Belum yah? Nih eskrim sebagai lambang pertemanan."Kia meringis, menyadari mana bisa eskrim sebagai lambang pertemanan ada-ada saja.

"Gue gak mau."Tolaknya.

"Jadi, El gak mau temenan sama aku."Gadis itu menunduk menatap kakinya sendiri.

"Gue gak suka eskrim."

Langsung mengangkat wajahnya."Jadi El maukan temenan."

"Siapa yang bilang."El masih enggan membalikan wajahnya.

"Kamu gak mau yah...."Kia menatap eskrim di tangannya dengan wajah sedih.

"Gue mau balik."Memundurkan kursi rodanya begitu saja hendak pergi, membuat Kia langsung turun dari ayunan.

Gadis itu menyusul ingin ikut pulang juga. Lagian gak seru kalau gak ada yang nemenin, jadilah ikut pulang juga meskipun masih ingin bermain dan berlama-lama di taman.

El yang memberhentikan kursi rodanya, membuat Kia yang berjalan membuntuti ikut berhenti dengan wajah bingung.

Sorot mata lelaki itu memerah, wajahnya merah padam, tangannya terkepal kuat menahan amarah. Perubahan ekfetasi yang begitu tiba-tiba membuat Kia heran sekaligus aga takut juga, pertama kali melihatnya perubahan wajah El yang biasanya dingin kini marah.

Pandangannya tak lepas memandang marah ke arah depan. Ingin rasanya dia menonjok lelaki yang sedang bermesraan di depannya, tak menyangka sosok yang dulu begitu dia bangga-banggakan kini dia melihat watak aslinya.

'Apa sejauh itu takdir ini merubah semuanya. Sosok Papah yang dulu begitu gue banggakan, sekarang tak lain adalah bajingan. Jika dulu gue ingin jadi seperti papah, maka sekarang dia akan jadi orang yang gue hindari.'batinnya tak habis pikir melihat Paris tengah bermesraan dengan seorang wanita muda di bangku taman.

"Kamu kenal mereka?"Kia menunjuk dengan dagunya ke arah Paris yang tengah menyuapi aromanis ke mulut sang wanita.

"Gak! Gue gue gak kenal mereka hanya orang asing."El membalas tatapan Paris ternyata juga melihat ke arahnya.

"Ayok pergi!"Tanpa sadar lengannya menarik lengan Kia yang berada di sampingnya, untuk menyadarkan gadis itu yang malah terbengong.

"Hah..ya ayok."Dia beralih mendorong kursi roda, dia tau kalau tangan El sudah lecet karena terus memajukan kursi rodanya. Dia jadi berfikir apa di rumahnya tidak ada yang mendorong, atau sekedar untuk mengobati.

"Ngapain anak itu di sini?"Matanya mengiring kepergian El bersama seorang gadis yang mendorong kursi rodanya.

"Dan siapa gadis itu? pacarnya? Mana mungkin memangnya ada yang mau dan sudi sama anak cacat itu!"Batin Paris dengan ejekan di akhir kalimatnya.

"Sayang kamu liatin apa sih.. Anak kamu masih pengen makan aromanisnya."Wanita muda itu mengusap perutnya yang masih rata.

"Gak ada?"Langsung menggeleng."Anak Papah sehat-sehat ya.. ini makan lagi."kembali menyuapi.



Bagaimana sama prat ini pendek atau panjang itu kalian yang menentukan kalo banyak pote ya panjang. Kalo sedikit Pote ya pendek.

Udah up nya ngantuk.

Mari gengam tangan El.

Komen banyak

Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang