"Kenyataan adalah sesuatu yang tak bisa ditolak. Tidak peduli seberapa keras kita mencoba, hidup akan terus berjalan, dipaksa atau tidak."Suasana sore itu terasa begitu dingin. Langit yang mulai menggelap menambah kesan muram. Angin berhembus pelan, membawa daun-daun kering yang gugur, menari-nari sejenak sebelum akhirnya jatuh ke tanah. Lampu mulai menyala satu per satu, menciptakan bayangan yang indah. Meski dingin dan gelap, ada sesuatu yang menenangkan tentang sore itu, sesuatu yang membuatmu merasa damai di tengah kesendirian.
Netra coklat itu menatap kosong ke arah depan, menembus cakrawala. Ekfresinya datar, sesuai dengan sifatnya yang biasanya tenang dan tidak banyak bicara. Angin berhembus, mengibas rambut pendeknya, namun dia tetap diam, tak bergeming. Suasana sore yang dingin dan muram tampaknya tidak mempengaruhi dia. Meskipun ekspresinya datar dan dia tampak acuh, ada semacam aura yang kuat dan menentang dari dirinya, seolah menunjukkan kekuatan dan keteguhan hati yang luar biasa.
Dia adalah Bryan Elga Preston. Yang kerap di panggil sebagai El, lelaki itu sedang duduk di kursi rodanya menatap dinding polos, tak menghiraukan tubuhnya yang terasa dingin, hari sudah mulai sore. Kecelakaan tragis saat SMP telah merubah hidupnya selamanya, mengubahnya dari seorang anak laki-laki yang aktif dan berenergi menjadi seseorang yang harus menghabiskan hari-harinya di kursi roda.
Tak ada yang aneh dalam hidupnya, selalu saja seperti ini. Tak ada yang perlu di banggakan dalam kisahnya.
"Kamu keterlaluan Mas!"Terdengar teriakan seorang perempuan dari dalam rumah.
El memejamkan matanya, dia tahu suara siapa itu selalu saja seperti itu. Rumah yang tadinya selalu di penuhi tawa riang, sekarang hanyalah tinggal kenangan tanpa jejak. Keharmonisan itu berubah menjadi biang kebencian.
"EL!"
El langsung membuka matanya, mendengar teriakan Saras ibunya. Lelaki itu meremas kakinya kuat-kuat masalah apa lagi yang akan menimpanya.
"EL Kemari!"
Teriakan itu semakin kencang. El perlahan memundurkan kursi rodanya, tangan itu bahkan sudah lecet karena terus mengayuh kursi roda tanpa ada yang mendorong.
Dapat dia lihat, Saras baru menutup pintu kamarnya dan Paris papahnya yang sedang menuruni tangga.
"Sini"Saras langsung menarik paksa kursi roda El sampai tubuh lelaki itu hampir terjatuh, namun beruntung masih dapat dia tahan.
"Untuk apa saras memanggil anak cacat itu?!"Paris menghampiri dengan pakaian yang sudah terlihat rapi.
Hati El tercubit mendengar perkataan papah kandungnya sendiri, tentu dia merasa sakit hati di sebut cacat meskipun itu kenyataan.
"Mas dengar aku tidak terima di madu!"Saras menghampiri suaminya yang sudah siap untuk melaksanakan akad nikah, hari ini juga.
"Terima atau tidak aku tidak peduli! Aku akan tetap menikah lagi dan mendapatkan keturunan."
"Apa maksud kamu mas?"
"Aku butuh pewaris sah, anak yang akan nantinya meneruskan usahaku agar semakin maju, dan pastinya anak itu sempurna. Bukan memiliki kekurangan!"
El yang mendengarnya tentu sadar bahwa Paris sedang menyidirnya, dan kenyataan apa lagi yang harus ia terima. Paris akan menikah lagi? hari ini juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)
De TodoSEBELUM BACA WAJIB FOLOW AKUN WP NYA! GARISS KERASS! Bryan Elga Preston: Pengasingan, Penyesuaian, dan Pencarian Identitas: El adalah seorang siswa SMA yang populer dan berbakat. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika dia mengalami kecelakaan ya...