SEBELUM BACA WAJIB FOLOW AKUN WP NYA!
GARISS KERASS!
Bryan Elga Preston: Pengasingan, Penyesuaian, dan Pencarian Identitas: El adalah seorang siswa SMA yang populer dan berbakat. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika dia mengalami kecelakaan ya...
Langit mulai mendung, awan-awan hitam berkumpul, menutupi cahaya matahari yang biasanya cerah. Terdengar gemuruh di kejauhan, suara petir yang mulai berdentam-dentam. Butiran-butiran air mulai jatuh, satu per satu, menandai awal hujan.
Hujan masih turun dengan derasnya, membasahi jalan dan bangunan di sekitarnya. Halte bus dekat sekolah tampak basah kuyup, namun tetap berdiri kokoh melawan hujan.
Air hujan memantul dari atap halte, menciptakan suara ritmis yang menenangkan. Di sekeliling halte, pohon-pohon dan tanaman tampak lebih hijau dan segar, disirami oleh hujan.
Petir masih sesekali menyambar, menambah intensitas suasana. Namun, di tengah hujan dan petir, halte tersebut tampak seperti sebuah pelabuhan.
Kia memeluk tubuhnya sendiri, mulutnya bergetar kedinginan. Setelah pulang sekolah dia berada di sana bersama El, menunggu jemputan yang tak datang-datang.
Sedangkan El dia tanpak tenang bahkan sedari tadi lelaki itu tak mengucapkan apapun. Matanya menatap hujan yang deras, meskipun banyak sekali suara petir yang menyambar namun tak membuat El mengalihkan pandangannya.
Berbeda dengan Kia gadis itu menutup telinga, saat mendengar suara petir yang begitu kencang, dia memang paling tidak bisa mendengar suara yang keras. Jantungnya mudah di kejutkan.
Sedari tadi Kia tak berani membuka ponselnya, untuk menghubungi ayahnya dan meminta di jemput. Dia takut petir akan menyambarnya kalau dia menggunakan benda itu.
Kia melirik El yang hanya menatap depan saja, di halte ini hanya tersisa mereka berdua,"Dingin gak?"Tanyanya memberanikan diri.
"Gak,"
Singkat sekali bahkan tak melihat kearahnya, Kia memejamkan matanya kala tubuhnya terasa mulai melemah, dengan kepala yang berdenyut nyeri. Gadis itu langsung berdiri saat petir kembali menyambar, tanpa dia sadari malah mendekatkan tubuhnya dengan El.
El mematung tak ada perubahan sedikitpun di posisi tubuhnya, kala tubuhnya merasakan pelukan yang begitu tiba-tiba. Namun masih mencoba untuk biasa saja.
"M-maaf aku gak sengaja,"Kia langsung menjauhkan tubuhnya saat tersadar, gadis itu berdiri dan membalikkan badan untuk pergi ke tempat semula. Belum juga satu langkah dia berjalan, pergelangan tangannya sudah di cekal.
Kia menurunkan pandangannya melihat pergelangan tangannya yang di cekal El. Cukup lama mereka berdua di posisi itu, tanpa ada yang mengucapkan apapun.
"Ada apa?"Tanya Kia akhirnya.
Tak menjawab El malah memalingkan wajahnya, menatap ke arah lain. Lelaki itu membuka jaket yang di kenakannya, lalu memberikannya pada Kia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eh... gak perlu aku gak papa,"Kia menolak.
"Ambil,"Berbicara dengan nada dingin.
Masih menggeleng, merasa tidak enak meskipun jujur dia merasa kedinginan. Tapi Kia tak mau mengambil jaket milik El, dan membuat lelaki itu kedinginan.
"Aku gak kedinginan kok, kamu pake aja,"
El menghembuskan nafasnya, kala ucapan Kia tak sejalan dengan apa yang dia maksud. Merasa gugup dengan cara seperti apa dia harus mengatakannya.
"Pake, gue gak nanya lo kedinginan atau gak. Tapi darah lo keliatan!"Memalingkan wajah dengan tangan yang masih menyodorkan jaket miliknya.
"Hah! darah?"Tanya Kia tak mengerti yang hanya di balas deheman dari El.
Gadis itu membalikkan wajahnya, benar saja rok yang di kenakannya sudah berdarah. Pantas saja sedari tadi dia merasa ada yang berbeda dan merasa tidak nyaman, ternyata dia datang bulan. Kenapa tidak tepat sekali, sekarang dia merasa malu. Mana sudah salah paham lagi mengira El memberikan jaket agar dia tidak kedinginan.
"Makasih,"Dengan ragu Kia akhirnya mengambil jaket yang di berikan El, lalu di ikat di pinggangnya.
"Hmm..."
Setelah cukup lama menunggu dan berdiam diri di halte, akhirnya hujan yang tadinya begitu deras mulai reda. Hanya tersisa gerimis kecil dan jalanan yang basah, tapi jemputan tak kunjung datang.
Kia menunduk memainkan ponselnya, gadis itu sesekali memijat kepalanya yang pening dengan cara pura-pura membenarkan rambutnya. Sedari tadi dia mencoba menghubungi ayahnya namun nomor Arjuna tak aktiv.
Terdengar suara motor yang mendekat lalu berhenti di depan mereka berdua, terlihat seorang lelaki membuka helmnya. Mengguyar rambut panjangnya kebelakang, dengan gaya tangan di masukan ke saku lelaki itu berjalan mendekat.
"Lo masih di sini? mau pulang bareng?"Tajma mendudukkan tubuhnya di samping Kia yang menunduk.
"Lo sakit?"Mengangkat tangan memegang pipi Kia,"Wajah lo pucat"
"Jangan lancang!"Kia menepis tangan Tajma.
Sedari tadi El juga ikut melihat ke arah mereka berdua, jika di lihat dengan seksama. Terlihat jelas wajah Kia memang terlihat pucat.
"Ayok balik sama gue,"Tanpa menunggu jawaban Tajma menarik lengan Kia agar ikut berdiri dan menggandengnya.
"Gak mau! aku pulang sama El,"
Tajma membalikan wajahnya, otaknya berpikir sejak kapan saingannya ada sini juga. Jujur tadi dia hanya melihat ada Kia.
"Sejak kapan lo ada di sini"Bertanya dengan menegakkan tubuhnya, nada menantang.
"Dari tadi!"Kia yang menjawab"Lepas!"
"Gak kita pulang bareng, lo sakit!"Tajma masih kekeh memaksa dan menyeret Kia agar mau pulang bersamanya.
"Gak mau!"
"Ikut balik sama dia,"Ucap El membuat keduanya menoleh.
"Tapi kamu—
"Lo pergi aja gue gak tau mau balik kapan. Lagian bener kata dia, gue gak mau jadi sasaran orang tua lo, karna gue anaknya jadi sakit,"
Dengan berberat hati Kia akhirnya memilih pulang dengan Tajma dan meninggalkan El sendirian di sana, gadis itu menatap El yang juga melihat ke arahnya, dia sudah duduk di atas motor.
Tajma melanjutkan motornya dengan berbangga hati, merasa bahagia dirinya lebih unggul dari El. Bisa mengantarkan Kia pulang, menurutnya di lihat dari sisi manapun dia lebih segala-galanya dari El yang hanya duduk di kursi roda.
"Brumm..
Dengan sengaja Tajma menggas motornya sambil melirik ke arah El mencoba mengejek lelaki itu, setelahnya mereka berdua pergi, menyisakan El yang hanya bisa melihat kepergian mereka berdua.
Up lagi nih. Maaf kalo tulisannya kurang rapih atau ada kata yang ke ulang²lagi gak pokus soalnya.
Mamayy lagi sakit, jadi gak pokus!. Mana besok Senin lagih pasti upacara! Hadehh!.