5

1.5K 88 1
                                    

"Aku tidak ingin di kasihani, jangan pura-pura tulus."

By: El."

Belakangan ini tak ada yang berubah sama sekali. El semakin di benci, di kekang, di sakiti pisik maupun mentalnya, Saras menyalahkan El dalam sengalanya.

Beberapa hari lalu, El, yang baru saja kembali ke sekolah setelah liburan, sangat bersemangat karena Saras berjanji akan menjemputnya. Dia berpikir mungkin Saras kembali menyayanginya saat tau dia mendapat peringkat pertama. Namun, di tengah perjalanan, Saras, dengan tega meninggalkan anaknya di jalanan. Tapi untunglah saat itu ada Kia yang lewat, dengan ayahnya. Dan menawarinya tumpangan.

Kia selalu mengikuti El kemanapun dia pergi, gadis itu terus mengoceh meskipun El tak meresponnya. Bahkan saat terang-terangan El mengatakan dia merasa tidak suka dan risih terus di ikuti seperti itu. Kia sama sekali tak marah, ataupun sedih, dia malah tertawa, dan mengatakan.'Tak kenal maka tak sayang.

Bahkan tak banyak orang dengan terang-terangan mengatakan, El tak sadar diri lah. Caper, si cacat tebar pesona. Tapi lelaki itu terlihat acuh dan tidak peduli, namun Kia terang-terangan mengatakan bahwa dia yang ingin bersama El, menyangkal semua tuduhan terhadap El.

"Kia berhenti! Gue bisa sendiri."

"Aku pengen ikut."

Mereka berdua berada di lorong sekolah, Kia mendorong kursi roda El. Menuju perpustakaan, sebenarnya tadi hanya El yang ingin ke perpustakaan namun Kia memaksa ingin ikut. Gadis itu terus saja menghalangi jalannya dan tidak ingin menyingkir jika tidak ikut.

"Berhenti dorong, tangan gue masih berpungsi!"

"Biar aku aja. Tangan El lecet."Kia masih kekeh mendorong meskipun terus mendapat penolakan.

"Gue gak perlu di kasihani. Jangan sok peduli."El tidak ingin menyusahkan orang lain, dia merasa kehadirannya menjadi beban.

"Yah terlanjur udah sampe."Kia sedikit tertawa melihat wajah kesal El, membuka pintu perpustakaan yang tak terlalu banyak orang.

Mereka berdua masuk menuju jejeran buku. El mendorong kursi rodanya sendiri menuju jajaran buku yang dia cari, meninggalkan Kia, tapi ternyata gadis itu masih menguntit. Lelaki itu mendesah pelan, ternyata buku yang dia cari berada di rak atas. Mana bisa dia mengambilnya, sedangkan untuk berdiri saja dia tidak mampu.

"Kenapa?"Kia langsung memegangi lengan El saat menyadari lelaki itu mencoba untuk berdiri.

"Duduk El kamu bisa jatuh, biar aku ambilkan."

"Gak perlu, gue bisa sendiri!"Menepis buku yang di berikan Kia, hendak memutar kursi rodanya.

"Udah ini ambil ayok kita duduk."Gadis tersenyum, meski dari nada dan kata yang di lontarkan El ketus dan membentak, dia tidak terlalu ambil pusing. Langsung mendorong menuju kursi yang berada di sana, El pun tak menolak.

"Kamu emang sering gitu yah, ngerjain PR langsung di sekolah bukan di rumah."

Kia menopang dagu memperhatikan El yang sedang pokus mengerjakan tugasnya, sedangkan lelaki itu masih pokus sama sekali tak menghiraukan.

"Ell..."

"Kalo lo cuman mau bersisik mending pergi! Gue gak suka di ganggu!"

Kia langsung menunduk, dia tak bermaksud untuk mengganggu ataupun membuat El tak nyaman. Dia hanya ingin dekat dan menjadi teman El.

"Maaf."

Sudut mata El melirik sedikit ke arah Kia yang menunduk, sebenarnya dia juga tidak bermaksud membentak, atau menyakiti hati Kia dengan perkataannya. Dia hanya tidak mau membuat dirinya terlalu berharap pada orang, atau memberikan kasih sayang meskipun sebagai teman, dia tidak ingin merasakan sakit lagi jikalau suatu saat nanti mereka tidak akan bertemu lagi.

***


"Di minum El."Dania menaruh segelas susu di meja.

El hanya mengangguk sungkan. Lelaki itu berada di rumah Kia untuk membantu mengerjakan PR, padahal tadi sudah tawarkan untuk meminjam buku saja namun Kia tetap menolak, bersikeras memohon agar El membantu mengerjakan tugasnya.

Sedari tadi El sama sekali tak bisa pokus tubuhnya terasa tegang, pikirannya terus terbayang menebak-nebak apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Apa yang akan Saras lalukan, mamahnya pasti marah besar jika melihat El keluyuran. Apalagi kata-kata pedas yang harus dia terima.

"Udah selesai. Makasih yaaaa."Kia menutup buku-bukunya, sedikit memiringkan wajahnya saat melihat wajah El yang bengong.

"El?"

"Elll..."Kia melambaikan tangan di depan wajah El.

"Kenapa? Lo perlu sesuatu?"

El langsung menggeleng saat tersadar, dia ingin pamit langsung pulang. Saat menyadari PR nya sudah selesai di kerjakan, tadi pulang sekolah dia hanya ijin sebentar ke Bi Ratih.

"Gue pamit pulang."Lelaki itu  memundurkan kursi rodanya pelan, untuk menemui Dania untuk berpamitan. Tentu dia punya sopan santun.

"El bisa gak jangan pulang dulu, temenin aku jalan-jalan sore yah plissss."Kia memohon sembari menangkupkan kedua tangannya.

El sedikit tertawa mengejek dirinya, sampai membuat Kia memperhatikannya tak percaya. Lelaki itu langsung merubah ekfresinya saat sadar di perhatikan.

"Jalan-jalan? Lo lupa gue gak bisa jalan."Memalingkan wajah kecut.

Kia gelagapan dia tidak bermaksud menyakiti hati El."Maksud aku bukan gitu... Maaf."menundukkan wajahnya merasa bersalah.

"Gak perlu."Baru saja memutar kursi rodanya Dania sudah datang.

"El, mau kemana?" tanya Dania.

"Maaf, Tante. El mau pulang dulu," jawab El sedikit sungkan.

"Apakah belajarnya sudah selesai?" Dania bertanya lagi, sambil memperhatikan anaknya yang hanya menunduk dan memilin jari-jarinya. Dia bisa melihat raut kesedihan di wajah anaknya.

"Ya, sudah selesai. El pamit pulang dulu, Tante,"

"Kok, buru-buru El? Temani dulu Kia jalan-jalan sore ini. Kemarin, Kia minta ditemani Ayahnya, tapi Ayahnya tidak bisa. Jadi, bisa tolong kamu yang menemani saja?" Dania, yang mengerti isi hati anaknya, mengusap kepala Kia dengan lembut. Dia sedikit geli melihat wajah sumringah Kia berubah.

"Bukan karena El tidak mau, tapi El tidak ingin merepotkan Kia. El khawatir bukan El yang akan menemani Kia jalan-jalan, tapi malah sebaliknya, Kia yang menemani El."

Dania tersenyum dia mengerti ke arah mana pembicaraan anak lelaki di depannya."Kata siapa merepotkan? Kia mau kan jalan-jalan sore sama El?"

"Mauuu. Kia jadi senang malah."Gadis itu langsung berdiri dengan senyum lebar, Dania merangkul pundak anaknya, terharu setelah sekian lama akhirnya bisa melihat melihat senyuman itu.

"Gimana El? Tante tidak memaksa, kalo El gak keberatan."Ulang Dania yang di balas anggukan kecil dari El.

Merasa tak enak hati kalau harus menolak. Jadi El mengiyakannya, soal Saras dia akan pasrah atas apapun yang akan terjadi kepadanya.

"Yeyyyyy!! Makasih El. Ayok kita pergi."Kia langsung mendorong kursi Roda El, tak lupa menyalimi Dania terlebih dahulu sebelum pergi. Mereka hanya akan pergi mengelilingi komlek atau ke taman yang memang dekat.





Foloww tiktok author:Vandan 0123

Komen gimana sama pratnya?

Maaf baru up lagi persiapan buat ulangan soalnya 4 Desember masa pembantaian buat para murid.
Nanti up lagi kalo ada waktu luang atau habis ulangan, apalagi ini untuk ulangan kelulusan.
Moga nilai gede maksa ya Allah 🤲.
Aminin ke;)

Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang