16

961 49 6
                                    

"Hari Rabu tanggal 24 Januari 2024, akhirnya setelah beberapa tahun lalu. Gue bisa denger lagi kata-kata di mana Mamah nyuruh gue beberesih diri biar gak sakit. Meskipun di ucapkan tidak dengan cara lembut, tapi gue udah merasa bersyukur! INTINYA HARI INI GUE BAHAGIA!"

"Simpel namun begitu berharga,"

By:El.

"Mah! Mamah bangun!"El menunduk melihat Saras.

Baru saja dia pulang tapi sudah di suguhkan dengan pemandangan Saras yang pingsan di teras rumah, di dahi wanita itu terlihat darah mengucur sampai memenuhi lantai.

Dengan cekatan Yayan menggendong tubuh Saras masuk ke dalam rumah, El mengikutinya di belakang. Raut wajah lelaki terlihat begitu cemas, khawatir jika terjadi sesuatu pada ibunya.

"Bibi"

"Bi Ratih!"El memanggil Bi Ratih karna tak melihat wanita setengah baya itu berada di rumah.

Tak lama kemudian Bi Ratih datang dari arah dapur sambil membawa spatulanya, wanita ikut terkejut melihat Saras yang baru saja di baringkan di sofa oleh Yayan.

"Nyonya Saras! Kenapa den?"Tanyanya terkejut ikut mendekat.

El hanya menggeleng tidak tau juga, toh dia baru sampai rumah keadaan Saras sudah seperti itu. Tanpa di suruh bi Ratih berlari ke mengambil kotak P3K.

"Mah! Bangun!"El menepuk-nepuk pelan pipi Saras, mata lelaki itu terlihat sendu menatap darah yang mengalir di dahi ibunya.

Sebenarnya apa yang terjadi, sampai membuat Saras tiba-tiba pingsan seperti ini. Jujur El merasa sedih, mau bagaimanapun Saras tetap ibunya.

Bi Ratih datang membawa kotak P3K, wanita itu ikut duduk di sofa. Mencoba mengobati luka Saras, namun El menahannya.

"Biar El aja. Bibi pasti lagi masak makan malam kan? Bi Ratih lanjutin aja masaknya,"

BI Ratih menepuk dahinya dia lupa belum mematikan kompor,"Iya den ini!"memberikan kotaknya," Bibi lupa belum matiin kompornya,"Wanita itu langsung kembali berlari ke arah dapur.

El membuka kotaknya, menuangkan alkohol ke kapas. Dengan telaten lelaki itu mengobati luka ibunya, Saras masih memejamkan matanya entah apa penyebab dari yang dia alami.

Setelah selesai membersihkan lukanya, El menempelkan plester di luka Saras. Baru saja setengah plester yang menempel, mata Saras sudah menatapnya tajam.

"Menyingkir!"wanita itu memegangi kepalanya yang terasa pusing, sedikit meringis lalu bangun dak duduk di sofa.

"Mah, hati-hati,"El mengangkat kedua tangannya berniat membantu Saras, namun malah di tepis dengan kasar oleh wanita itu.

"Sana jauh-jauh!"

"Tapi mah,"Lelaki itu menunduk"El cuman mau bantu mamah masih sakit"ujarnya dengan nada pelan.

"Tidak perlu! Saya bisa tambah sakit jika dekat-dekat dengan kamu!"Saras berdiri meskipun kepalanya terasa masih begitu pusing"Dasar tidak berguna!"

Saras melempar dengan kasar plester yang tadi El tempel di kepalanya, El menangkapnya saat benda itu terlempar tepat ke arahnya.

"Kenapa di lepas mah? Luka mamah bisa berdarah lagi,"

"Saya tidak seperti kamu yang lebay luka sekecil ini harus di obati. Lagian saya sudah darah tinggi liat kamu! Sana pergi jauh-jauh, rasanya kepala saya semakin pusing kalo liat kamu!"Wanita mendorong kursi roda El dengan sisa tenaganya.

Nadi Tanpa Benua (Berlanjut)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang