Triple update !!!!
.
.
." hukumannya ? "
" Pindah Agama " ucap Samudra menyeret kartu itu dan memulai 2 permainan arcade street basket ball.
Dhika yang merasa tertantang tak ingin kalah taruhan, memasukan bola basket merupakan hal yang gampang menurut Dhika, meskipun tidak mengikuti eskul basket ia memiliki skill tersendiri dalam memasukan bola oranye kenyal itu kedalam ring.
Dengan percaya diri ia berhasil memasukan banyak bola oranye yang memantul itu meski ada beberapa yang miss.
Permainan di 2 Arcade itu berlangsung cukup sengit hingga waktu habis menyisakan Dhika yang tersenyum puas menatap ke arah Samudra.
" skor lo berapa ? " tanya Dhika meremehkan
" liat aja sendiri "
Dhika melongo melihat point skor Samudra yang berselisih 100 poin darinya, padahal ia merasa yakin dapat mengalahkan sang Pradana.
Tapi apa boleh buat ia hanya bisa pasrah memasang wajah sendu sedangkan Samudra tertawa mengejek.
" jadi gue harus pindah agama apa ? " ucap Dhika malas sambil menahan tawanya
" Haha nanti lo bakal tau "
Samudra menenteng tangan Dhika kesebuah kotak Claw machine dimana terdapat banyak boneka sapi berwarna putih polkadot hitam dan berwarna coklat latte.
" Gue ga suka boneka, main yang lain aja " kata Dhika memperhatikan isi kotak mesin dipenuhi gumpalan gumpalan busa dengan motif lucu itu.
" Buat adek gua " jawab Samudra sinis.
Dhika memperhatikan capitan mesin itu. Ketika Samudra memencet sebuah tombol merah kecil, capitan itu perlahan turun dan mendarat disebuah boneka sapi coklat latte, namun boneka itu tidak bisa terangkat karena capitan yang terlalu letoy padahal sudah tepat mencapit pas diboneka itu.
Sekitar 20 menit kedua remaja itu berdiri, tak satupun berhasil mereka dapatkan hingga membuat salah satu dari mereka terpancing emosi.
Perlahan capit mesin itu berhasil mengangkat sebuah boneka Sapi putih polkadot,tapi saat bergerak menuju lubang capitnya tiba tiba capitan mesin laknat itu melebar seolah sengaja menjatuhkan gumpalan busa empuk itu sebelum terjatuh dilubangnya.
" Arghh mesin Kont*l... "
" BWAHAHA lo sih, perkara maen boneka bonekaan segala, rugi kan lo " ucap Dhika tertawa memegang perutnya.
Dhika kemudian menenteng tangan Samudra yang tengah emosi gara gara mesin laknat tadi kesebuah kereta api kecil khusus untuk anak anak usia 8 tahun.
" Naik ini yok " ajak Dhika
" Itu buat anak kecil Dhika, umur lo berapa, Hah ?! "Masih dengan ekspresi kesal dengan mesin tadi.
" Klo lo ngga mau, yaudah gue naik sendiri "
Dhika sempat berdebat dengan mas mas penjaga wahana kerata api kecil untuk anak anak itu, pasalnya ia dengan tinggi 178 cm ingin menaiki kereta api mini yang muat untuk anak setinggi dibawah 150cm.
Tapi karena Dhika ini ngotot dan jago nego bakalan muat duduk dikursi paling depan, akhirnya mas mas penjaga cuma bisa pasrah karena remaja tengil satu ini.
Dan benar saja sesuai dugaan Dhika kerata api mini itu masih muat diduduki meski kakinya harus keluar pintu kereta.
" ayo kak, jalanin keretanyaa " teriak bocil bocil dibelakang gerbong wahana kerta api.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kaivan Pradana
Romantizm"Udh ? " "Udh asing..." Seorang remaja Paskibra pencinta musik yang jatuh kepada Pradana Pramuka Penegak di SMANSA TARA. Ia memang bukan siapa siapanya, tapi Samudera berkata berbeda. ---- "...dibimbing Oleh Rajendra Samudera Devan Aryasetya Kaivan...