chapt one

1.8K 58 6
                                    

"Ver, lu serius ga ikut? "
" hm, kalian aja"

.
.
.

Kalau kata orang hal terbesar di dunia itu benua Asia ataupun samudra Pasifik, kalian salah tau. Karena jawabannya itu adalah sifat malas Saveera Hanala. Vera.

Disaat siswa lain berlomba ingin ke kantin, Vera lebih memilih tidur aja di kelas. Bukannya tidak lapar, tetapi Vera malas parah, dan rasa laparnya bisa hilang dengan tidur.

Disaat yang lain ambis untuk mendapat universitas yang mereka inginkan dengan mengikuti banyak pengayaan, Vera hanya bermodal nilai absen dan tugas yang itupun menyalin dari Sekar ataupun Ceca sahabat sebolangnya.

'Lagian kan gue baru masuk SMA? masih ada beberapa taun lagi? ' isi otak Vera.

Dan hal tersebut melahirkan kenolepan si Vera, bahkan kalau kalian tanya kelas sebelah,

" Lu kenal Vera kaga? ".
Ga. Jangan tanya. Karena gabakal ada yang kenal. ' Kan emang baru tiga bulan sekolah? ' isi otak Vera lagi. Tapi enaknya, guru kebanyakan tidak mengenal Vera.

" Yaudah, gue sama Ceca ngantin yah" setelah anggukan dari Vera, mereka pun pergi ke kantin. Vera yang dari awal udah tidur diatas meja, melanjutkan kegiatan yang sama.

" EH WOI DIA MASUK ANJING"
"RENO RENO"
Seketika kelas ribut rebutan keluar kelas setelah mendengar jeritan entah siapa itu. Vera yang tidak peduli hanya berdecak kesal mendengar keributan tersebut.


Beberapa menit kelas sunyi, Vera yang merasa tangannya mulai kebas mengangkat kepalanya dan menemukan kelasnya yang benar benar kosong.

"Minum gue mana" kesal Vera setelah celingukan mencari botol kesayangannya itu. Setelah mencari botolnya di tas dan mengingat bahwa dia meninggalkannya bersama bekalnya di rumah, ia bangkit berniat membeli minum diluar.

Ia tidak berniat membelinya di kantin, karena diwaktu itulah kantin benar-benar ramai dan berdesakan. Ia berjalan cepat sembari menatap layar ponselnya membalas pesan satu persatu.
.
.
.
.
.
.
.

Disinilah Vera berhenti, warung belakang sekolah yang sebenarnya sudah dilarang itu. Letaknya diluar pagar sekolah, tetapi dengan pagar yang pendek itu memudahkan untuk mengakses jajan disana.

" Pak! Aqua satu dong! " Teriak Vera. Walaupun pagar tersebut pendek, dengan tubuh Vera yang mungil itu tetap mengharuskannya berteriak. Tidak sampai soalnya.

Tidak mendengar balasan, Vera pun memanjat tumpukan batu bata disampingnya.

"Pak! Yaelah pak! " Belum sampai juga, ia menarik bangku dibelakangnya.

"Pak, ko gadijawab sih kan cape teriak-teri-" Ucapan Vera terpotong kala tidak mendapati penjual yang biasanya menunggu disitu, melainkan sekumpulan siswa yang sedang merokok mendongak menatap dirinya.

"Bapaknya lagi kencing" Jawab salah satunya lalu kembali menyesap rokoknya itu, masih menatap Vera.

Vera yang masih terpatung melihat kumpulan perokok itu bergeming, melihat itu salah satunya bangkit.

"haus? Mau air putih atau permen gue? " Tanyanya mengundang tawa teman-temannya.
" Anjing mesum banget si Sarga" Balas temannya. " Lumayan, imut" Lanjut Sarga dengan kekehannya.

"ew? cabul." Gumam Vera yang mengundang keheningan mereka semua, lalu disusul tawa heboh mereka.

"HAHAHAHHA TAPI GASALAH SI," Balas salah satunya puas. Disaat yang lainnya tertawa, sang korban malah menatap Vera tidak terima.

"Lu gatau aja secakep dan sekokoh apa punya gue" Ucapnya dan berdecih. Mendengarnya, menambah rasa jijik Vera membuatnya turun dari bangku tersebut dan melangkah pergi.

VERENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang