chapt twenty five

236 27 3
                                    

"VERA"

Sunyi seketika, Vera menunggu kelanjutan dari Reno sedangkan Reno berfikir bagaimana untuk mencurahkan isi hatinya.

"I don't care if you love him, tapi please tetep sama aku. Aku bakal jadi jauh lebih baik dari dia. I'll make you fall in love with me, more than him. "

Apa Reno berfikir bahwa Vera melakukan itu karena Vera menyukai Sarga?

"Forget everything you've done with him, he's not good enough for you. "

"Ren. Bukan itu maksudnya. "

"Kalau masalah you don't deserve me, i think the truth is the opposite way. i don't deserve you. "

"Ren, kamu gak paham. "

"Apa lagi? Selama ini gak ada yang menerima aku like you do. "

Mata Reno berkaca-kaca, pupilnya tak dapat berhenti melihat setiap titik wajah Vera, wajah yang ia rindukan.

"Cuma bunda, tapi bunda gak ada lagi. Ayah? he just using me as his property. Bahkan kamu yang berhasil ngubah ayah buat aku. "

"I love you, Ver. And i will always love you. Apapun yang kamu udah lakuin, i don't mind. Even if it's break my heart so fuckin bad. "

"But i don't. " Ucap Vera.

Reno menatap Vera kecewa, matanya mulai berair dan siap meneteskan kesedihannya.

"Love? we're nothing but friend. "

"Ver, jangan begini.. "

"fuck friend, you also just my machine, Reno. "

" what do you mean? "

"Om Arsen, selama ini bayar aku untuk bikin kamu mau belajar, untuk bikin kamu disiplin di sekolah. "

"Vera.. "

"I change you? no, your father's money did. "

Reno menggeleng, mencoba untuk menolak pernyataan yang dikatakan oleh Vera.

"Aku tau kamu sayang aku. All attention you gave me, mirip sama perhatian yang aku terima dari bunda, tulus. " Reno bersikeras akan yang ia harapkan.

"What if ternyata bunda kamu juga terpaksa ngelakuin itu semua? sama kaya aku. "

"no she didn't. "

"Semua hal yang pernah aku lakuin ke kamu, itu semua terpaksa Ren. Demi beasiswa yang dijanjiin sama om Arsen. "

"Vera, stop. "

"Beasiswa yang hanya diterima sama beberapa siswa di Indonesia, aku bakal terbang ke New York, Ren. Siapa yang bisa nolak? "

"Ver.. "

"Aku gak pernah tertarik sama kamu, Ren. Gak sedikitpun. You will make me love you? it will take forever, Ren. "

"You hurt me so bad. "

"I don't care, aku muak pura-pura perhatian sama kamu. Kamu pikir gampang jadi aku? Cium kamu, peluk kamu, ladenin kamu yang manja padahal aku gak ada rasa. Aneh, rasanya jijik. "

Reno terbungkam mendengar perkataan Vera yang menusuk dadanya. Rasanya sakit sekali.

Vera berdiri dari kasur.

"Terus kalau kamu gagal berarti beasiswa aku bakal ditarik sama om Arsen, kamu paham gak sih betapa tertekannya aku? Orang-orang jadi ngomongin aku dan ngecap aku juga sebagai murid yang buruk karena kamu"

Reno tak dapat menjawab, rasanya tenggorokannya kering dan suaranya hilang. 

"Terserah kalau kamu mau pergi kapan, yang penting besok aku gak mau liat kamu disini. "

Setelah itu Vera meninggalkan kamarnya, pergi ke kamar ayahnya yang kosong.



Besoknya, Vera sungguh merasakan sakit yang amat di dadanya, melihat kamarnya yang sudah tidak ada Reno disana.

Spreinya sudah dilepas, bahkan sudah di ganti dengan sprei baru, lantainya sudah kering dan terlihat kain pel yang tersandar di dinding.

Setelah semua kalimat menyakitkan dari mulutnya, Reno masih ingin terlihat baik di mata Vera, ingin memberikan yang terbaik pula untuknya.

Niatnya untuk membuat Reno membencinya gagal, Reno terlalu menyayangi Vera, melebihi sayangnya pada diri sendiri.

Vera memeluk bantal yang sempat digunakan Reno semalam, menangis tersedu sambil kembali memikirkan bagaimana nasib Reno yang kembali kehilangan seseorang yang sungguh ia sayang.

"maaf.. maafin aku.. "

Entah apa Vera menyesali perbuatannya atau tidak, ia tak ingin Reno kembali tertipu dengan segala kebohongan egois Vera. Sekarang Vera tak merasa tertekan lagi, ia bebas dari rencana-rencana Arsen untuk terus menekan Reno untuk belajar dan menggantikan posisi ayahnya nanti.

Beasiswa sudah tak lagi ia pikirkan, yang penting Reno dapat terlepas darinya.

Sudah sebulan semenjak kejadian hari itu, dan Reno masih belum menampakkan dirinya di depannya, bahkan di sekolah. Ia juga tak mendapat pesan apapun dari Arsen, ia juga tak berani menanyakannya duluan.

Murid lain sering kali bertanya pada Vera, namun ia juga tak tahu apa-apa.

"Ver, ngelamun mulu. Hp lo tuh bunyi. " Ucap Sekar yang terganggu dengan suara notifikasi di ponselnya.

Bukan rasa lega yang ia rasakan, melainkan sesak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan rasa lega yang ia rasakan, melainkan sesak. Akankah Vera tak akan  bertemu Reno lagi selamanya? Apakah Reno berubah agar Vera tetap mendapatkan beasiswanya? Tak tertahan, air mata Vera kembali mengucur. Ini sudah kesekian kalinya dalam minggu ini, menangisi Reno.

.
.
.
.
.

keep going everyone!

VERENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang