chapt four

601 43 6
                                    

Langkahnya memelan begitu Sarga merasa dekat dengan tempat tujuannya. Warung yang illegal bagi sekolah ini.
Sarga melepas tangannya pada lengan Vera lalu berjongkok di hadapannya menghadap depan. Vera bingung apa yang dilakukan lelaki di depannya.

"Ngapain? Naik sini. " Ucapnya mendongak ke belakang guna melihat sang empu, tangannya menepuk bahunya menyuruh Vera mendudukinya. Vera masih terpatung tidak mengerti yang dimaksud Sarga hanya mengerutkan dahinya.

"Ck.kita mau ke warung situ, emang lo bisa manjat sendiri? " Vera menengok kanan kiri guna mencari bangku yang kemarin ia pakai.

"Gabisa, kursinya terlalu pendek buat lo. Udah naik buru! " Ucap Sarga kesal melihat Vera yang tengah mengambil kursi yang ia maksud.

"Gabisa kak, rok gue kependekan. " Bukannya yang pendek pendek banget, rok seragam selututnya itu termasuk panjang daripada murid perempuan lain karena badannya yang mungil. Tetapi jika digendong dengan posisi mendudukkan dirinya di bahu Sarga, tentu roknya akan terangkat hingga pinggang.

"Lah terus? Lo nginjek gue gitu? Enak aja. Gue gasuka pake seragam, tapi gue lebih gasuka baju gue kotor. Buruan" Dirinya kembali menghadapkan wajahnya kedepan. Dengan ragu, Vera menaiki salah satu kakinya di atas bahu Sarga, mengangkat roknya sedikit lalu menaiki satu kakinya lagi. Tanpa diketahui Vera, Sarga tersenyum puas dibawahnya.

"Udah? " Tanya Sarga datar menyembunyikan rasa euphoria dalam dirinya. "Udah".

Vera tak sengaja menjambak pelan rambut Sarga, bahkan kakinya menjepit kepala Sarga ketika Sarga berdiri, membuat Sarga meremang, lalu kekehannya terlepas walaupun sudah ia tahan. Aroma body lotion yang digunakan Vera di sekujur tubuhnya termasuk bagian pahanya memabukkan bagi Sarga. Aromanya begitu manis dan segar.

Berhasil membantu Vera memanjat, akhirnya ia menyusul dan lompat dengan mudahnya. Sarga membawa Vera duduk di kursi plastik lalu mendudukkan dirinya disamping Vera.

"Tenang, kita gabakal macem-macem. Gue cuma mau deket sama lo aja. " Jelas Sarga yang paham bahwa Vera begitu nervous saat ini. Tangannya menyalakan rokok yang telah bertengger di mulutnya.

Ia mengeluarkan kebulan asap berlawanan arah dari Vera sebelum melanjutkan kalimatnya.
" Lo enak, ga bawel, ga clingy atau caper. Jadi gue nyaman" Sarga menatap Vera seakan ia tulus dengan kalimatnya. Sedangkan yang ditatap kembali berekspresi datar, sedikit tenang begitu mendengar ucapan Sarga. Bingung harus apa.

"Yaudah, kayaknya gue harus balik ke kelas deh kak" Masalahnya, sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai, Vera harus hadir di pelajaran kimianya, karena jika absennya bolong, mau karena izin atau sakit aplagi bolos, di pertemuan selanjutnya ia akan ditanya tanya mengenai pelajaran minggu lalu. Karena mau masuk atau tidak, semua harus paham benar tentang materi tersebut.

Yang masuk aja tidak faham, gimana yang tidak masuk.



"Idih apaan. Temenin gue lah, bentar lagi yang lain dateng bawa martabak. " Ucapnya menahan tangan Vera yang bahkan belum beranjak sama sekali.

Vera mendengus, bingung harus bagaimana. Masalahnya, untuk kembali ke kelas dia harus manjat lagi, dan ia ogah melakukan hal tadi lagi.

" Ayyoo!! look who's here?! " Teriak teman Sarga heboh, "zafran bacot anjing, Vera kaget tuh" Teman yang lainnya menoyor kepala Zafran.
" Betul si Rizky. Lu bacot" Ucap yang lainnya ingin menoyor kepala Zafran tetapi tangannya sibuk membawa martabak.

" Kevin buruan jalan lo, cewek gue udah laper. " Mendengarnya, Vera menatapnya tak terima. Sarga yang ditatap hanya mengedipkan satu matanya, sambil menyesap rokok nya.

VERENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang