chapt sixteen

476 51 6
                                    

Vera menjedutkan kepalanya berkali kali di meja kantin yang sepi. Beberapa saat yang lalu ia berpura-pura sakit perut sehingga Sarga dan teman-teman bekicotnya pergi meninggalkan Vera sendiri. Ia kesal, siapa sebenarnya yang harus ia percaya? Reno? Setelah marah dan meninggalkannya pagi tadi? Atau Sarga yang memang sedari awal membenci Reno? Tapi entah mengapa omongan Sarga selalu terdengar benar.

Tapi yang lebih penting, apa yang harus ia lakukan sehingga Reno memaafkannya? Akan lebih sulit karena Reno berjanji tak akan menampakkan diri dihadapan Vera lagi.

"Aaagh.. " Vera kembali menjedutkan kepalanya, kali ini membiarkan kepalanya terbaring di atas meja. Kantin begitu sepi.

Vera mengangkat kepalanya, bertekad mendatangi Reno keesokan hari saat Reno masuk sekolah.

.
.
.

Nihil, sudah seminggu Vera menunggu di depan kelas Reno, lelaki itu tak pernah masuk sekolah. Di saat menjelang ujian seperti ini bahkan ia tak masuk? Apa semua karena Vera? Gadis itu terus tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"aaaah.. asu. "

"Ver lu kenapa sih? Gemes gue liat lo gak ada semangat hidupnya. " Protes Sekar yang dianggukkan oleh Ceca. "Kita berdua patungan buat jajanin lo Gelato gini lo masih aja bete. Mending buat gue." Ceca hendak merebut Gelato di tangan Vera namun keburu sang pemilik menampar pelan tangan Ceca.

"Ehehe.. makasih ya. " Ucap Vera dengan tawa bodohnya. "Lo gak pernah mau cerita ke kita lagi Ver. Kecewa gue. " ucap Sekar menyatakan isi hatinya, lagi-lagi hanya dibalas anggukan oleh Ceca. "Gue ngerasa kaya ga penting aja sampai kalian harus tau, jadi mending simpen sendiri. " Balas Vera yang asik menatap Gelatonya, "Gak penting tapi lo bete seminggu gini? " Vera hanya terkekeh mendengar ucapan Ceca yang sedari tadi terlihat acuh-tak acuh.

"Gue gak apa-apa, kalian inget Reno kan? Jadi-.... " Vera pun menceritakan semuanya super panjang, dengan Sekar dan Ceca yang terfokus dengan cerita Vera.

"Yaa mau gimana? Mending lo hubungin duluan si Reno. " Ucap Sekar begitu Vera menyelesaikan ceritanya, "Kata gue dia gak bakal masuk sekolah karena cuman lo alasan dia masuk, jadi gue setuju. " Balas Ceca. Yang benar saja? Vera harus menghubungi duluan?! Vera yang bingung mengacak acak rambut hitam sepunggungnya.
.

.

.
"Ayaaah.. " Sapa Vera begitu melihat sang ayah masuk rumah dengan koper dan tas lainnya. "Sayangnya ayah.. kali ini ayah pergi lama banget ya? " Ucap sang ayah menciumi jidat putrinya.

"Gak apa-apa, Vera juga sibuk kalii. " Ayah dan Vera tertawa, membalas perasaan rindu yang sama-sama mereka rasakan beberapa minggu ini. Sore itu, ayah Vera mengajak putrinya berkeliling serta menikmati santapan mewah, menghabiskan waktunya berdua.

"Ayah tidur duluan, ya? Capek banget. " Mengingat sang ayah tak sempat beristirahat siang tadi, Vera tentu mengizinkan ayahnya beristirahat lebih awal.

Setelah mandi dan siap-siap tidur, Vera membuka ponselnya dan menatap kontak lelaki yang berada di pikirannya seminggu ini. Selain rindu, ia juga merasa bersalah mengingat Reno tak masuk seminggu karena dirinya, walaupun bukan sepenuhnya salah Vera.

"Aduuh.. harus bilang apa gue? " Bermenit-menit ia memikirkan apa yang harus ia katakan, akhirnya ia mengirimkan pesan.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
VERENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang