"Ver apaansih?? " Sekar kesal melihat temannya yang mendadak lemas dan mengacak-acak rambutnya seperti orang depresi, bahkan ia terduduk di rumput sekarang.
"Lo kenapa dongo, tiba-tiba gini? Tadi kita seneng-seneng aja padahal. " Balas Ceca melihat temannya masih panik sendiri.
"Ayo ihh main lagi. " Rengek Ceca hendak menarik tangan Vera, tetapi batal begitu mendengar dehaman berat seseorang. Vera pun tak bisa mengangkat kepalanya untuk menoleh, ia terlalu takut sehingga tak dapat bergerak. Ia kenal betul suara siapa itu.
"Udah, hide and seek nya? " Lanjut Reno, sedangkan kedua teman Vera saling bertatapan, heran melihat eksistensi seseorang yang amat tak dibayangkan akan datang.
"Get up. " Vera tak dapat membantah dan langsung berdiri dari duduknya. Begitu Vera berdiri dengan sempurna, Reno dengan sigap menggenggam pergelangan tangan Vera, menariknya lembut mendekat.
"Vera mainnya lain kali lagi, ya. " Ucapnya seadanya membuat Ceca maupun Sekar bertambah bingung.
"Ver.. are you okay? with.. him? " Vera mengangkat pandangannya agar tidak terjadi salah paham.
"Hah? Enggak.. Gapapa. Kalian lanjut main aja ya. Gue ada perlu sama Reno. " Jawabnya sesantai mungkin walau tidak terlihat santai sama sekali.
Reno yang mendengar pembelaan tersebut tersenyum kepada kedua sahabat Vera lalu menarik lengan gadis itu pergi. Tak ada percakapan selama mereka melangkah dibawah cahaya matahari yang terik. Vera pun hanya dapat mengikuti langkah Reno dengan tertatih karena perbedaan panjang kakinya.
"Eh.. Mau kemana? " Kali ini Vera menahan langkahnya sehingga Reno terpaksa berhenti berjalan.
"Keluar. Kita pulang. "
"Gamau. I paid a lot for the ticket. " Dengan semaksimal mungkin Vera menunjukkan wajah tak sukanya, walau lututnya sudah bertambah lemas.
"I'll pay you double. "
Tak punya pilihan lain, Vera lalu ditarik kembali hingga mereka menaiki motor Reno dan pulang.
Sesampainya di perkarangan rumah Vera, Reno turun dan meminta kunci rumah gadis itu. Sampai di kamar Vera, Reno sungguh tak mengatakan apapun hingga ia mendudukkan diri di kasur Vera. Sedangkan gadis dihadapannya hanya dapat berdiri kaku meremas rok seragamnya.
"So? Explain me. " Ucap Reno setelah sunyi lumayan lama.
"Tentang.. apa? " Reno menghembuskan napasnya lelah, mengusap wajahnya lalu bersender dengan kedua tangannya bertumpu di belakang.
"Kenapa kabur? Kenapa mengindar? "
"Engga ah. "
"Tell me the truth. "
"Serius engga, cuma males sekolah. "
"Karena semalam? Because i eat your vagina last night? " Vera melotot kaget.
"Reno! "
"Padahal gapapa, aku juga seneng ngelakuinnya. Kalau kamu merasa bersalah gak bisa kasih feedback, jangan merasa karena apa yang aku lakuin semua emang keinginan aku dari awal. "
Sunyi, Reno menatap Vera dalam, masih dengan posisi awalnya sedangkan Vera mengalihkan pandangannya, merasa geli di perutnya seperti semalam.
"Aku bahkan bisa lakuin lagi sekarang juga. " Ekspresi Reno berubah, kali ini ia tersenyum lebar dengan lidahnya menyapu gigi gigi rapinya.
"Sini."
Vera jelas bingung, ia tak ingin kejadian semalam terjadi kembali dan yang lebih parah jika keduanya tak dapat menahan nafsu dan terjadi hal yang tak diinginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERENO
Romance"Lo gak ganti baju? seragam lo basah semua gitu" "Daritadi gue ngurusin lo. Mana sempet" "Beha lo ngejeplak" "RENO BNGSAT"