Sebulan berlalu, progres dari rencana Arsen dan Vera berjalan begitu baik. Reno tak pernah lagi bolos dan selalu mengerjakan tugas maupun kuis, apa lagi pujian dari sang pujaan hati yang terus ia terima selalu meningkatkan motivasi belajarnya. Ia bahkan menjadi salah satu murid aktif di kelas, menjawab soal di papan tulis, bertanya, serta menjelaskan di depan dengan lancar dan paten membuat seisi kelas terkejut akan perubahan mendadak Reno.
Memang pada awalnya Reno adalah murid yang cerdas, semua kenakalannya hanyalah alasan semata untuk menolak mimpi sang ayah yang ingin memberikan jabatannya di kemudian hari. Bukan karena tak ingin menjadi CEO, melainkan tak ingin melakukan perintah sang ayah, karena masalah masa lalu.
.
"Sembilan lima?? Ren, kok bisa?! " Reno hanya menyedot Americano nya dan mengedikkan bahu. Masalahnya, disaat semua orang pusing karena tak pernah ada yang berhasil mencapai nilai fisika di atas tujuh puluh enam, Reno dengan mudahnya mendapat sembilan puluh lima.
"Emang gak gampang, tapi gurunya pake soal yang sama dari tahun lalu. Aku masih inget pas ngebahas soal itu. " Benar juga, Reno kan di kelas yang sama dua tahun terakhir. Vera mengangguk dan memperhatikan soalnya kembali, karena besok adalah bagian kelas Vera yang kuis.
Mood Vera rasanya melejit, selain mendapat bahan untuk kuis besok, ia yakin pasti Arsen akan kembali memberikan bonus karena Reno kembali mendapat nilai cemerlang.
"Ver."
"Hng? " Responnya tanpa menatap Reno balik.
"Karena nilai ini, aku disuruh ikut OSN dari sekolah. " Vera mengangkat pandangannya dari kertas kuis Reno, melotot terkejut mendengar info tersebut.
"Serius Ren? Selamat! " Wah.. Seberapa banyak yang akan Vera terima dari Arsen jika Reno memenangkan OSN itu?
"Tapi aku gak mau, Ver. " Jawabnya lesu, hendak kecewa tapi rasanya Vera tak berhak. Vera menarik tangan Reno dengan lembut, memberikan tatapan prihatin yang amat Reno suka. Ia suka mendapat perhatian seperti ini dari Vera.
"Kenapa? Ini bakal jadi kesempatan bagus, Ren. " Tanya Vera lembut, tak ingin seakan memaksa, namun perlahan Vera akan terus mendorong.
"Buat ikut OSN bakal ada pelatihan dulu di kota sebrang selama sebulan. Aku gak mau jauh dari kamu. " Ucapnya sedih sembari menatap mata Vera lesu, Vera mengangguk.
"Yaudah, kalau kamu gak mau. Jangan dipaksa. " Segaja, Vera memasang wajah kecewa. Tentu Reno sadar akan kekecewaan gadis itu, ia pun menggigit sedotannya, mencoba memikirkan kedua pilihan, ikut OSN namun jauh dari gadis favoritnya selama sebulan, atau menolak tawaran emas tersebut namun tetap bersama gadis kecil kesayangannya.
"Kamu kecewa ya, Ver? " Vera yang sedang melahap croffle menggeleng cepat.
"Enggak gitu, aku cuma selalu mikir kalau anak OSN itu keren banget. Gak kebayang aja kalau kamu jadi bagian dari mereka. " Ucapnya sambil terkekeh dengan polosnya. Sungguh, Vera tak pernah berpikit bahwa ia jago sekali dalam berakting.
"Really? Anak OSN attractive for you? " Reno menangkup wajahnya, tersenyum menatap Vera yang menurutnya sangat cantik sore ini. Rambutnya yang sedikit berantakan karena menaiki motornya tadi dan terurai cantik, pipinya yang makin bulat berisikan croffle sebagai hadiah dari Reno karena gadis itu berhasil menebak nilai fisikanya di sekolah tadi, serta mata double eyelid nya yang selalu menjadi pusat dari kecantikan wajahnya. Vera mengangguk cepat.
"What's my prize if i win, hm? " Senyumannya yang tak luput, ditambah suara yang lembut serta berat miliknya, hanya Vera yang pernah mendengar master piece ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERENO
Romance"Lo gak ganti baju? seragam lo basah semua gitu" "Daritadi gue ngurusin lo. Mana sempet" "Beha lo ngejeplak" "RENO BNGSAT"