chapt five

535 48 1
                                    

Sudah lima hari berlalu, lima hari pula lamanya Vera memblokir kontak Reno. Bahkan dirinya telah melupakan lelaki yang sempat ia tolong beberapa hari yang lalu itu. Lelaki yang tanpa diketahui Vera tidak masuk selama lima hari. Tapi jangan salah, lima hari pula lamanya Vera ditempeli Sarga yang selalu mengajaknya bermain bersama ketiga teman lainnya, seperti sekarang.

"Ver, pulang bareng gue ya" Mungkin terdengar seperti ajakan, tetapi sebenarnya adalah perintah. Vera mengangguk membalasnya, lagipula apa ruginya? Ia tidak perlu mengeluarkan ongkos lagi.

Sarga menyamakan langkahnya dengan Vera, berjalan menuju tempat parkir."Dipeluk dong, udah ganteng gini masa pegangan ke ekor motor. " Ucap Sarga dengan senyuman yang terhalangi oleh helmnya.

Vera mendengus panjang, memutar bola matanya malas, lalu memegang ujung jaket yang dikenakan Sarga. Sarga mendecih.

'BRUM'

Sarga tiba-tiba menggas motornya lalu rem mendadak, membuat jarak antara keduanya hilang. Vera yang terkejut tak sadar telah memeluk Sarga kencang. Rasanya ia tak menyesal menitipkan tasnya pada Kevin.

"Kak! "

Senyuman Sarga mengembang, menampilkan gigi taringnya, bahkan ia terkekeh kecil.

"Udah, jangan dilepas. Kalau dilepas nanti nyampenya ke kamar gue. Bukan rumah lo" Tangannya menguatkan pelukan Vera. Sedangkan sang empu hanya mengikutinya, menyerah sebelum hal yang tak diinginkan terjadi.
.
.
.
.
.
.
.
.

.

.
.
.
Vera sampai rumahnya saat langit telah mulai gelap, karena Sarga mengajaknya berkeliling dulu.

"Makasih ya, kak" Ucap Vera sembari mengembalikan helmnya pada Sarga.

"Gue gadisuruh mampir dulu nih? "

"Mampir apaan? Udah gelap gini. Dirumah gaada orang" Mendengar hal tersebut, Sarga tersenyum.

"Yaa karena gaada orang itulah" Senyumnya brubah jail.
"Gausah macem macem deh. Pulang! " Ucap Vera, membalikkan tubuhnya dan berlari cepat menuju gerbangnya.

Sarga tersenyum gemas melihatnya, sebelum Vera hilang dari pandangannya, ia berteriak sesuatu membuat sang empu mendengus kesal.

" DADAH CANTIKKU! TAMPANMU INI PULANG DULU YA! AHAY" Vera yakin Sarga telah tertular Rizky yang jamet itu.

.
.
.
,
.
.
.
.
.
.
.

Vera menatap jendela kamarnya yang menampilkan rembulan malam yang begitu indah. Dirinya baru selesai berendam di bathtub nya selama dua jam guna merendam segala masalah yang ia pikirkan akhir-akhir ini. Seperti Sarga, masalahnya sekarang. Mumpung besok adalah hari Sabtu.

Vera membalikkan badannya, ingin merebahkan badannya di kasur.

'DAKK'

Sebuah silhouette terlihat dari pantulan jendela. Membuat Vera membalikkan tubuhnya cepat kearah jendela.

'TOK! TOK! ' silhouette tersebut mengetuk-ngetuk jendela, menyuruh Vera membukanya. Tetapi Vera hanya terdiam, matanya mulai bergetar takut menatap silhouette tersebut. Beberapa detik, Vera akhirnya tersadar dan menyalakan lampu guna melihat siapa yang sedang mengetuk-ngetuk jendelanya sakarang.

"Astaga! " Bagaimana tidak terkejut, yang dirinya lihat sekarang adalah Reno. Tambah terkejut lagi, melihat lelaki tersebut memiliki luka yang lebih parah daripada saat terakhir kali ia mengobatinya.

"Please open, i can't handle this anymore." Tangannya yang penuh luka itu memegang perutnya, seakan terdapat luka yang lebih parah disana.

Vera panik, berlari kearah jendela kamarnya, tidak peduli ia hanya mengenakan kaos pendek dan celana pendek. Bahkan waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh.

VERENOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang