" Veraa, ayah pulaang. "
Bukan hanya Vera yang terkejut, Reno juga langsung membulatkan matanya panik. Belum sempat bertindak, Reno tiba-tiba berlari kearah balkon rumahnya."Thanks ya, Vera. "
.
.
.
.
.
.
.
.
" Lu pada denger gasi, yang si Reno Reno itu?" Mendengar perkataan Ceca, Vera yang sedang menyalin tugas Sekar itu mendongak."Ehh gua denger, yang gak naik kelas dua kali itu kan?! " Lanjut Sekar.
"HAH? " Vera yang hanya menyimak terkejut mendengarnya.
"Iya anjir, katanya gara-gara sering kena peringatan, sekali ganaik kelas lagi di DO. Katanya juga kerjaannya bolos mulu, makanya kemaren itu pertama kali dia masuk di tahun ini" Jelas Ceca. Vera yang anteng mendengarkan melongo." Berarti selama tiga bulan ini, dia baru masuk kemaren?! " Ulang Vera memastikan, dibalas anggukan kedua temannya.
"Bahkan katanya kemaren pun dia masuk setengah hari doang. "
Mengetahui bahwa hal tersebut karena masalah sang ayah, Vera menelan salivanya lemah, merasa hal tersebut bukan seratus persen salahnya.
"Jadi, walaupun dia beda dua tahun diatas kita, tapi kita seangkatan."
.
.
.
.
.
.
.
Istirahat pertama ini Vera ikut kedua temannya menuju kantin, karena paksaan tentunya. Dengan langkah yang malas dan gontai, ia berjalan diantara kedua teman bongsornya itu. Badannya yang mungil jadi terlihat lebih mungil karena kedua temannya." Lah anjir, lu yang Aqua kemaren bukan sih? " Tiba tiba sebuah tangan menunjuk tepat di depan wajah Vera, terkesan tidak sopan, Vera menepisnya.
"Anjir, emang aneh nih cewe" Mereka terkekeh. Benar saja, sekumpulan siswa yang kemaren terciduk merokok oleh Vera sedang berkumpul di kantin. Kehadiran mereka yang begitu mencolok, selain karena mereka tepat berada di meja tengah kantin, mereka tak segan berteriak teriak saat bergurau. Bahkan tawa mereka yang sangat menggelegar kemarin terdengar persis saat ini.
"SARGA! Ini cewe yang nolak permen lo kemaren!" Teriak salah satunya saat Sarga sedang berjalan menuju meja dengan mie ayam di tangannya.
Yang dipanggil menatap Vera, menaruh mangkuknya di meja, lalu melangkah mendekati Vera yang menahan rasa takutnya agar terlihat biasa saja.
"Minggir! " Ucap Sarga menggeser Ceca dan Sekar di samping Vera.
"Lo," Ucapnya menipiskan jarak antara Sarga dan Vera, telunjuknya tidak berhenti menunjuk wajah Vera.
Vera yang sedaritadi melangkah mundur menabrak dinding yang memang didekatnya dari awal. Membuatnya terkurung dan tak bisa kabur karena Sarga yang benar-benar dekat dengannya saat ini.
Jarak mereka hanyalah satu langkah lagi, dan tatapan Sarga tak terlepas dari Vera, seakan Vera akan menghilang jika ia mengedip.
"Lu berani banget ngelawan gue, gue jadi kepo"
Ucapnya sedikit berbisik. Vera yang tidak mengerti menaikkan satu alisnya.Seakan tau jika Vera bingung, Sarga pun kembali melanjutkan omongannya.
" gue kepo, Kalau lu beneran nyobain permen gue, apa bisa lu ngomong gitu lagi? ".Bulu kudu Vera merinding. Rasanya jantungnya mau copot saking takutnya ia sekarang. Bukankah ini termasuk pelecehan verbal?.
Melihat Vera yang mengerjapkan matanya takut, terkesan imut di mata Sarga. Membuatnya tersenyum puas dengan lidahnya yang mencolok pipi bagian dalamnya. Rasanya ternyata menyenangkan mengerjai adik kelasnya ini.
"Awas." Suara datar itu melunturkan senyuman Sarga, ditambah tangan besarnya yang mendorong Sarga menggantikan posisi Sarga tadi menjadi dirinya. Vera tetap terkurung.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERENO
Romance"Lo gak ganti baju? seragam lo basah semua gitu" "Daritadi gue ngurusin lo. Mana sempet" "Beha lo ngejeplak" "RENO BNGSAT"