"Reno gak mau ketemu, mba. " Ucap pekerja art, membuat Vera mengangguk paham. Tapi tak bisa seperti ini, besok Reno sudah harus kembali seperti sebelumnya agar dapat mengikuti bimbingan OSN di kota sebrang.
Setelah berkali-kali meminta tolong untuk membiarkannya masuk, pada akhirnya Vera berhasil setelah membawa nama Arsen, sang pemilik mansion ini.
"Wah mba bilang dong kalau disuruh bos Arsen.. Kalu gitu kan saya gak akan ngelarang.. "
Mansion itu masih sama bentuknya dari terakhir kali Vera berada disana, nuansa modern dan elegan, dengan furnitur-furnitur yang tak tertebak harganya. Tanpa berlama-lama Vera segera menaiki anak tangga lalu mengetuk pintu kamar Reno.
"Ren.. aku mohon buka pintunya, ya? " Tak ada jawaban.
"Aku minta maaf, aku emang salah.. Aku nyepelein semua hal yang udah kamu lakuin untuk aku.. " Masih tak ada jawaban.
"Reno.. please.. " Tak tahu apalagi yang harus ia katakan, Vera menempelkan jidatnya di pintu kamar Reno. Bagaimana jika ia gagal membujuk dan akhirnya Arsen sungguh mencabut beasiswanya?
cklek
Vera terkejut ketika pintu terbuka, membuatnya sedikit terhuyung.
"Reno? "
Tak mendapat jawaban, tiba-tiba Reno memeluk Vera begitu erat dengan wajahnya tenggelam di leher Vera. Beberapa detik berlalu, Vera merasakan badan Reno bergetar, seakan sedang menahan sesuatu.
"Ren? "
"Aku kira- hik kamu gamau ketemu- hik aku lagi.. " Tangisan Reno berhasil membuat perut Vera geli, sekaligus hatinya menghangat.
"Aku takut kalau kita ketemu, terus kamu- hik natep akuh- nh jijik.. " Vera mengelus lembut rambut Reno, berusaha menenangkan Reno yang menangis sesegukan.
"Enggak, Reno.. aku paham kenapa kamu bisa marah banget.. " Bohong, Vera seratus persen yakin bahwa ia tak salah sama sekali.
Masih sesegukan, Reno mengelus kepala belakang Vera, merasakan benjolan cukup besar disana tangisannya makin kencang.
"Kenapa kamu yang minta maaf.. harusnya aku.. aku gila banget marah sampai segininya.. kamu gak salah, tapi aku. "
"Mau masuk, ya? "
"hah? "
"kamar aku"
"aku.. harus-"
"I won't do anything bad, i just need you in my arms.. also I'll treat your wound on your head. " Verapun tak menolak dan memasuki kamar Reno.
Vera duduk di kasur Reno sembari menatap sekeliling, dimana ia mendapati kamar Reno sangat berantakan. Tak seperti terakhir kali ia disana, apalagi bagian mejanya yang penuh akan kertas berserakan.
Sesaat kemudian Reno berjalan mendekat membawa handuk kecil dan semangkuk berisi air hangat. Dengan sigap ia membantu mengikat rambut Vera, dan mengompres benjolan di kepala gadis itu.
"Masih sakit banget ya? " Tanya Reno ketika Vera berdesis merasakan air hangat di bagian kepala yang bengkak.
"Sedikit kok. "
Bibir Reno melengkung ke bawah, menandakan tangisnya ingin pecah lagi.
"no, Reno im ok. im totally fine. " Ucap Vera sembari mengelus rahang Reno.
"Aku bangsat banget ya? Nyakitin perempuan yang aku sayang begini? " Air matanya tak jadi jatuh, namun hatinya tak henti merasa sakit mengingat dialah yang menyakiti Vera.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERENO
Romance"Lo gak ganti baju? seragam lo basah semua gitu" "Daritadi gue ngurusin lo. Mana sempet" "Beha lo ngejeplak" "RENO BNGSAT"