"Reno, ih! "
Sudah kesekian kalinya Vera menepis tangan Reno yang nakalnya berkeliaran di tubuh Vera. Keduanya terbaring dengan nyaman di kasur Vera, seperti yang Reno pinta untuk cuddle bersama.
"Kamu tidur di kamar papa aja sana! " Ucap Vera, ia kesal karena tangan Reno yang usil meraba bokong Vera. "Iih.. gamau. Tadi tuh ga sengaja. " Entah mengapa, Reno berubah menjadi sangat clingy dan manja setelah kejadian tadi.
"Udah ah, aku mau pake baju. " Vera hendak bangkit dari kasur, tetapi Reno mempererat pelukannya di perut polos Vera. "Udah, begini aja. Enak anget. " Ucapnya sembari menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher dan bahu Vera, membuat sang gadis merasakan menggelitik di perutnya. Reno mengirup dalam leher Vera, menikmati aroma tubuh gadis itu.
"Ahh.. geez... your smell.. " Bisiknya di telinga Vera, kembali membuat gadis itu merasakan perutnya geli. "Bisa tidur aja gak sih? aku gak bisa tidur kalau kamu begini terus. "
"Kamu gak mau lanjutin yang tadi? " Vera melotot kaget, teringat betapa nakalnya Reno tadi.
"Aku ngantuk, Ren. Bisa diem dulu? " Vera menggeser badannya menjauhi Reno. "Fine, aku gak ganggu lagi. Have a nice dream. " Reno tak lagi memaksa dan mencoba untuk tertidur.
.
.
.
"Morning love. " Sapa Reno begitu melihat Vera menuruni anak tangga dengan lemas, Vera yang mendengar suara itu langsung menoleh ke arah dapur dimana Reno sedang membuat sandwich dengan telaten. Tetapi bukan hal itu yang membuat Vera terkejut setengah mati, melainkan melihat Reno yang hanya menggunakan boxer army yang digunakan sejak kemarin dan apron yang melekat pada kulitnya. Apron pink milik Vera itu terlihat sempit dan menyesakkan di tubuh Reno yang besar.
Gadis itu hampir tersedak angin."Lo gila? Baju lo mana?! " Teriak Vera, rasa kantuknya seakan tak pernah ia rasakan sebelumnya. "Wow, slow down baby girl. Baju aku penuh darah dan aku gak mau pake itu lagi. Jadi aku buang. " Jelasnya dengan cengiran tanpa dosanya.
'Salah gak salah sih, kalau dia nyipet baju papah gua bakal lebih marah. '
Setelah berdebat dengan pikirannya sendiri Vera kemudian mendudukkan dirinya di meja makan berhadapan dengan Reno yang masih sibuk menyelesaikan sandwich nya. Bukan gimana, tapi sulit sekali untuk tidak menatap lelaki di hadapannya ini.
"i know i look hot. i understand if you keep staring at me, lady. " Ucap Reno memecah keheningan, membuat Vera memalingkan wajahnya segera. Bagaimana bisa ia berkata seperti itu dengan cengengesan dan tanpa menatapnya sama sekali??
"Lepas apron gue. Jelek banget di lo" Ucap Vera dingin, seakan ia benci pemandangan yang sungguh indah itu. munafik.
Reno terkekeh, masih setia dengan sandwich nya itu. "Kenapa? ga cukup ya liat ini doang? " Vera geram sekali, ia tak suka dipermalukan seperti ini. Dengan kasar ia berdiri dan hendak pergi menjauh, tetapi sebelum itu Reno terlebih dahulu mendorong sepiring sandwich di hadapan Vera. Sungguh, sandwich itu terlihat menggoda sehingga Vera terduduk kembali.
"Bercanda, nanti aku pinjem baju papamu ya? " Ucap Reno yang menjadi lembut tiba-tiba. Vera yang sudah mulai melahap sandwich nya hanya mengangguk. Reno tersenyum melihat gadis kesayangannya memakan masakannya dengan lahap.
.
.
.
Setelah menghabiskan sarapan mereka, Reno mencuci segala perlengkapan makan dan alat masak sendiri, memunggungi Vera. Kali ini Vera memandang Reno dalam, bukan karena pundak bidang serta punggung keras Reno, melainkan karena luka-luka yang dimiliki lelaki itu."Lo gak mau dengerin apa kata ayah lo aja? " Tanya Vera lembut dengan tangan kanannya menjadi tumpu di dagunya. Pergerakan Reno terhenti seketika, ia membalikkan badannya untuk menatap Vera. Ia menatap sang gadis, seakan memintanya untuk mengulang perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VERENO
Romance"Lo gak ganti baju? seragam lo basah semua gitu" "Daritadi gue ngurusin lo. Mana sempet" "Beha lo ngejeplak" "RENO BNGSAT"