Hangat.
Matahari pukul tiga sore yang tidak terhalang awan, menyorot Jeep yang baru saja berhenti di teras luas Hutan Amazon. Lima orang penumpangnya turun satu demi satu, kemudian berkumpul di depan mobil; Jeremy, Gerry, Dave, Earlene, dan Arion.
“Hei, Jeremy. Apa kau yakin Jelena akan aman, tanpa Nona Roket?” Gerry yang memanggul tas carier besar dan berjaket ungu muda, bertanya ketika semua sudah berada di depan Jeep kecuali Earlene.
Jeremy yang ber-hoodie biru dongkar dan membawa ransel biasa, menoleh. “Hm? Aku yakin. Memang kenapa? Kupikir kau akan senang karena dia ikut.”
“Ya, aku memang suka melihatnya, tapi–”
“Kau tidak bisa mendengar atau bagaimana? Sepupu Jeremy sendiri yang tadi memintanya,” sela Dave yang juga membawa tas carier besar, seperti Gerry. “Astaga. Kenapa hidupmu rumit sekali? Semalam memaksa ikut ke apotek. Tadi pagi memaksa ikut ke hutan. Sekarang ini. Kenapa kau terus berpendapat semaumu?”
“Hei, diam kau! Beraninya kau bicara denganku. Kau sudah ingin mati?! Kalau aku ikut tadi pagi, Joy tidak akan menghilang seperti ini!” balas Gerry.
“Kalau kalian tidak setuju, Joy tidak akan menghilang seperti ini. Itu yang benar,” sela Arion, satu-satunya orang yang tidak membawa tas. “Joy bukan dokter atau spesialis, tapi kalian membiarkan dia dengan idenya. Itu konyol.”
“Joy bukan seorang dokter?” tanya Earlene tiba-tiba. Dia baru bergabung setelah mengambil ransel oranye yang senada dengan jaketnya di kursi belakang Jeep.
“Kalian juga membiarkan gadis asing ini ikut campur. Itu juga konyol. Dia pasti hanya akan merepotkan,” imbuh Arion sedikit sinis.
Earlene tampak tak percaya. “Maaf? Kita tidak saling mengenal. Jadi tidak usah mengomentariku. Awas saja kau meminta tolong kepadaku.”
“Bukankah aku yang harus mengatakan itu?”
“Sudah, cukup!” Jeremy menyela, merasa risi. “Dave, bagaimana dengan polisinya? Aku tidak melihat mobil lain di sini.”
Dave melihat sekeliling; kosong. “Entahlah. Yang aku tahu mereka sudah berangkat lebih dulu. Mungkin mereka parkir di sisi yang lain?”
Mereka datang ke sini memang untuk mencari sosok Joy, karena Arion sudah mengonfirmasi bahwa perempuan itu tidak bersama interpol. Namun, sebagai tindakan jaga-jaga, sekaligus agar Dave dan Earlene tidak merasa curiga, Jeremy memutuskan untuk tetap melaporkan ke polisi. Ini memang berisiko, tetapi peluang Joy ditemukan juga akan lebih besar.
Karena waktu terus berjalan, mereka memilih untuk segera memulai pencarian. Kelimanya pun mulai menuruni area cekungan, kemudian berjalan mendekati bibir hutan. Semua menatap takjub jajaran pohon yang tinggi dan rapat di depan sana. Dari luar memang tidak tampak mengerikan sama sekali, apalagi sinar matahari masih bisa menembus. Namun, bibir hutan tetap bibir hutan. Itu tidak berarti apa-apa, dan tidak menggambarkan apa pun yang ada di dalam sana.
Persiapan untuk benar-benar masuk ke dalam hutan, Dave mulai berjalan di paling depan untuk memimpin, lalu Jeremy, Earlene, Gerry, dan Arion di paling belakang untuk menjaga semuanya.
Dan, pada akhirnya, tepat pada pukul tiga dua-empat sore waktu Kolombia, mereka pun memulai pencarian Joy, sekaligus perjalanan paling menyenangkan di Hutan Hujan Tropis Amazon, Amerika Selatan.
[]
“Che cazzo.”
“Verdamt.”
“Saekki.”
Seorang perempuan, Joy tentu saja, tampak berjalan dengan susah payah. Semak-semak yang tinggi dan pohon yang rapat membuat jalan yang kecil makin sulit dilewati. Belum lagi, lokasi tempatnya berada saat ini sudah sangat gelap. Untuknya yang bahkan tidak memiliki masalah mata atau penglihatan, tempat ini cukup gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Amazonia
AdventureJoy tersesat di dalam Hutan Amazon ketika mencari tanaman obat untuk virus rekayasa yang ada dalam tubuh Jelena. Karena sebuah masalah, dia tidak bisa diketemukan dengan polisi. Jeremy dan tim pun harus mencari sendiri. Sanggupkah mereka bertahan hi...