Sebuah Jawaban

31 12 2
                                    

Damai.

Sudah lama Arion tidak menghirup udara segar tanpa polusi atau debu. Meski tidak sendirian, suasana ini sudah cukup menenangkan. Makan di luar ruangan, dekat sungai, di bawah langit yang hampir menjingga. Gerry sudah pergi, tepat setelah berpamitan empat hari lalu. Tertinggal Arion bersama dua sejoli yang mengaku sahabat ini.

“Makanan ini enak, walaupun harus menunggu agak lama,” komentar Marc yang masih mengunyah daging sapi bakar bumbu pedas miliknya.

“Arion,” panggil Earlene, tidak merespons Marc.

Arion menoleh. “Hm?”

“Aku penasaran. Kau mau-mau saja masuk ke dalam hutan untuk mencari Joy padahal belum tentu itu berhasil. Lalu, kenapa tidak mau membantu Jeremy?”

“Karena dia tidak perlu bantuan.”

“Hah?”

Arion menelan makanannya sambil mengambil satu lagi. “Virus rekayasa itu belum diluncurkan. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Setidaknya dia akan tetap hidup.”

“Aku tidak mengerti.”

“Kau tidak harus mengerti.”

“Apa pun itu, jika memang benar seperti itu, kenapa kau tidak memberi tahu yang lain? Mereka semua panik.” Earlene sedikit meninggikan suara.

“Aku sudah mengatakan untuk menunggu.”

Earlene menghela napas tak percaya, lalu meminum segelas es jeruk yang belum diminumnya sama sekali. Tak hanya Earlene, Arion juga mulai meminum susu putihnya. Sementara itu, Marc masih sibuk mengunyah-ngunyah.

“Lagi pula, kita memang, tidak akan bisa melakukan apa pun. Bryan memiliki orang-orang kuat di belakangnya. Pejabat tidak bisa mengaturnya. Polisi tidak bisa melawan, apalagi menangkapnya,” celoteh Arion. “Biar Gerry, Dave, dan Joy berusaha senatural mungkin. Setelah hari liburku habis, aku pasti akan membantu.”

Earlene tidak merespons apa-apa. Dia justru teringat hal lain; perkataan Jelena ketika memintanya mengawaasi gerak-gerik Dave saat pencarian Joy di hutan.

“Apa kau tahu tentang Dave dan polisi?”

Arion tampak tertarik. “Apa maksudmu?”

“Polisi dan tim pencarian Joy tidak pernah berangkat. Jelena curiga, Dave yang mencegah mereka semua, karena Dave yang terakhir kali bersama Joy. Dia juga yang, sedari awal berkomunikasi dengan polisi. Jelena memintaku agar tidak memberi tahu siapa pun, kecuali kau,” jelas Earlene.

Arion termenung. “Dave? Tidak mungkin.”

“Kenapa seperti itu?”

“Dave sangat menyukai Joy dan dia tidak sekaya itu.”

[]

Di halaman Gedung Pengadilan Tinggi Bogota, Bryan dan Natalie tampak menuruni anak tangga setelah melalui gerombolan wartawan. Dari bawah sana, Jelena yang baru datang keluar dari taksi. Dia mencegat dua orang itu.

“Hei!”

“Oh, Jelena? Kau sudah pulih?” tanya Bryan.

“Tidak perlu sok peduli dan basa-basi. Dengar, ya. Ini semua belum dimulai! Beraninya kau bertindak sejauh ini. Sekarang juga aku bisa mengatakan kepada wartawan soal aku yang diculik untuk virusmu itu! Aku juga punya bukti!” celoteh Jelena dengan berkacak pinggang.

Bryan sedikit terkejut, tetapi tetap saja tertawa. “Ah, itu terlalu berlebihan. Omong-omong, apa kau sudah, mm, menghubungi ibumu? Oh, aku lupa belum mengembalikan ponselnya, ya?”

The AmazoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang