Bab 10 : Dynamite

19 12 0
                                    

Pengap.

Karena cuaca sedang mendung dan lembab, Jeremy dan yang lain merasakan pengap. Mungkin karena sugesti, sugesti pencarian Joy harus diselesaikan hari ini, pencarian di hutan yang lebih mirip negara daripada sebuah plaza ini.

“JOOOY!” teriak mereka bersahutan.

“Jalurnya terbagi dua,” ucap Gerry si pemimpin jalan secara tiba-tiba, membuat Jeremy mendekat, melihat Zoa yang memperlihatkan bentuk menyerupai huruf T.

“Apa itu berarti Joy berbalik?” tanya Dave.

“Benar,” jawab Jeremy.

“Sinyalnya lebih kuat ke kanan. Kalau begitu, kita ke kanan,” seloroh Gerry, sebelum kembali memimpin jalan, dan membuat yang lain juga kembali mengikutinya.

Sebelum berbelok, Earlene sempat menoleh ke arah kiri. Jauh di sana, ada kanopi milik Marc yang hanya terlihat sedikit karena tertutup batang-batang pohon. Karena tidak mau tertinggal, gadis itu tak menuntaskan apa yang dilihat matanya dan segera menyusul.

Jam berganti jam. Kelimanya terus melangkah tanpa istirahat sampai hari hampir sore. Earlene yang biasa selalu meminta istirahat, tidak berani meminta lagi. Jeremy yang sebenarnya masih perlu meminum ramuan buatan Earlene pun hanya minum vitamin C. Makan siang juga hanya roti, yang mereka makan sambil berjalan.

Tit, tit, tit.

Mendengar suara itu, Jeremy yang berada di tengah tiba-tiba berhenti dan menurunkan tasnya, membuat yang lain menoleh dan memperhatikan. Dia pun mengeluarkan laptop, lalu mengecek sesuatu.

“Apa yang terjadi?” tanya Earlene.

Jeremy mendongak dengan raut datar, melihati satu per satu anggota timnya. “Pemindaian alamat IP, baru saja selesai. Tapi, alamat IP ponsel Joy tidak ditemukan sampai akhir.”

“Sudah kuduga,” desis Arion.

“Tidak apa-apa. Kita bisa memindainya terus, bukan? Kita tidak akan pernah tahu kapan Joy terhubung dengan jaringan,” ujar Gerry.

Tanpa berbicara lagi, Jeremy mengulang pemindaian alamat IP dari awal. Setelah itu, pria itu kembali mengemas laptopnya, bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan. Namun, belum juga melangkah ke mana-mana, terdengar suara ledakan yang mengejutkan.

Dam!

“Astaga!” pekik Gerry.

Seketika, mereka mengedarkan pandangan ke segala arah dengan panik, seperti mencari dari arah mana sumber suara ledakan itu.

“S-suara apa itu?” tanya Dave.

Earlene menatap Dave. “Apa mungkin polisi? Atau ... pemburu? Oh, a-atau tempat ini juga dipakai untuk latihan militer?”

“Mungkin ranjau,” ucap Arion yang membuat empat lainnya langsung menoleh ke belakang.

“Ranjau?!” ulang Earlene.

“Jadi di sini ada ranjau?” timpal Dave.

“Yang benar saja di sini ada ranjau,” sahut Jeremy.

Arion tampak santai. “Kau tidak akan pernah tahu.”

“Ya Tuhan.” Gerry tampak lemas. “Tempat ini sudah cukup berbahaya, mengerikan, dan menyeramkan dengan binatang-binatang antah berantahnya. Dan– dan sekarang malah ada ranjau. Ah, hatiku lemas sekali.”

[]

Lima menit sebelum ledakan.

Joy dan Marc berjalan dengan masih membawa buah merah dalam bungkusan daun. Di tengah-tengah berjalan, Joy melihat sesuatu berbentuk bulat seperti bola pingpong dan berwarna cokelat gelap. Perempuan itu pun langsung mengambilnya.

The AmazoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang