Bab 6 : Gigitan

15 11 0
                                    

Lega.

Jeremy membenturkan punggung di batang pohon di belakangnya, lalu merosot hingga duduk di tanah. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya berusaha bernapas seteratur mungkin. Di sampingnya, Gerry masih berdiri meski sama-sama terkejut bukan main.

“A-ah, adrenalinku,” gumam Gerry sambil mengusap kedua lengan. Dia menoleh ke bawah. “Hei, Jer. Kau oke?”

“Sama sekali tidak.”

“Ada apa dengan Nona Roket?”

Gerry tidak menghiraukan Jeremy. Dia justru melihat Earlene yang saat ini terpaku meski Arion sudah mencoba mengajaknya berbicara beberapa kali. Dave pun sama. Dia juga melihat terdiamnya Earlene setelah tembakan Arion. Mereka berdua pun mendekat.

“Ada apa ini?” tanya Gerry.

Earlene tampak tersadar. “A-aku hanya terkejut. Lagi pula kenapa harus ditembak seperti itu? Ap-apa kita harus membunuhnya? Apa tidak ada cara lain?”

Arion menjauh. “Tidak ada.”

“Selalu ada pilihan dan cara lain. Kau saja yang tidak mau memikirkannya,” balas Earlene dengan ketus.

“Apa maksudmu? Pilihannya adalah ular beracun itu atau Jeremy. Yang tadi juga sudah terlalu dekat. Kalau kau bisa mengatasinya kenapa tidak kau saja?”

“Hei, Arion, sudahlah,” kata Gerry.

Di tengah itu, sepasang mata ular tampak mengintai. Dia bergerak dengan amat tenang, melata mendekati kaki-kaki di sana. Setelah beberapa lama, akhirnya dia berhenti, lalu, dengan begitu mengejutkan, dia pun mematuk.

“AAA!”

Jeremy kontan memekik, ketika pergelangan tangan yang digunakannya melindungi diri secara tiba-tiba digigit kuat-kuat oleh ular yang serupa. Jeremy berteriak sembari menggerak-gerakkan tangan tak kalah kuat, berharap ular itu mau melepaskannya.

“Jeremy!”

“AAAAAA! TOLOOONG!”

Semua tentu langsung menoleh, dan terkejut. Di saat seperti itu, Arion segera mengambil langkah. Dia mencekal leher dan menginjak tubuh ular itu secara bersamaan. Ular itu tampak terkejut dan mengeluarkan suara seperti decit.

“Hati-hati, Bung!” seru Gerry.

Ketika melihat sebuah batu yang cukup besar, Arion melempar ular tersebut, baru kemudian melempar si batu tepat menimpa ular tadi. Tidak langsung mati, tetapi tidak akan lama lagi.

Setelah mengurus ular yang kedua, Arion mendekati Jeremy. “Kau baik-baik saja?”

“Tidak! Ah! Apa kau sudah gila bertanya seperti itu?”

Earlene yang masih berada cukup jauh dan sekali lagi sempat terdiam, akhirnya tersadar dan langsung menyusul Dave dan Gerry menghampiri Jeremy.

“Sebaiknya kita pergi dulu dari sini,” usul Arion.

“Tidak bisa. Ularnya beracun. Minggir,” sela Earlene ketika melihat darah Jeremy yang tidak sepenuhnya warna merah. Dia menggeser posisi Arion, membuat pria itu pun menyingkir tanpa melawan.

“Tapi tempat ini sepertinya berbahaya,” kata Arion.

Earlene berjongkok dan membuka tas. “Kalau begitu jaga sebentar untuk kami. Tidak akan lama.”

Gadis Prancis tersebut mengeluarkan kotak berisikan daun-daun dan akar, tetapi langsung menutupnya lagi. Dia beralih meraih tangan Jeremy, lalu menghentakkannya ke bawah, membuat darah yang bercampur bisa ular tersebut menetes ke tanah. Dia melakukan itu berulang kali, bahkan dengan sedikit cengkeraman.

The AmazoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang