Bab 7 : Menggawat

12 10 0
                                    

[Bahasa Spayol di sini dibantu oleh Google Translate. Terima kasih.]

-

Cemas.

Gerry sedang sibuk mengutak-atik Zoa. Dia beberapa kali mendeteksi aroma jaket Joy dan aroma tanah yang tadi sempat direkam Arion. Sensor masih berfungsi. Sinyal pun masih ada, meski kembali sangat lemah.

"Sulit dipercaya. Sinyalnya benar-benar lemah," ujar pria itu sambil mendengkus. "Kalau sinyalnya sudah hilang, apa tidak ada cara lain untuk melacak Joy?"

"Tidak," sahut Arion yang duduk di dekat api unggun, tepat di samping Gerry. "Dia terbiasa membeli ponsel baru setiap pergi jauh. Moreo memang tidak dapat melacaknya, tapi kita juga."

"Moreo?" Dave menyela.
Gerry melirik hati-hati. "Mantan kekasihnya."

Arion memutar tubuh hingga menghadap tenda. Dia mengambil laptop Jeremy di sana, di samping Earlene yang sedang mengobati Jeremy dengan daun-daunnya. Pria itu segera mengoperasikan laptop.

"Apa yang akan kaulakukan?" tanya Gerry.

"Mencari nomor terbaru atas nama Joy satu kali lagi. Anak itu, dia bahkan tidak pernah hafal nomornya sendiri, apalagi nomor kita. Setelah kejadian ini dia harus belajar," jawab Arion sambil mengetik dengan cepat.

Gerry ikut melihat layar laptop. "Belum ada juga. Kita sudah mencarinya beberapa kali, tapi tetap tidak ada. Atau mungkin ... dia belum mendaftarkan nomor baru? Ah, Joy. Dia cantik tapi, err, mm, bagaimana aku mengatakannya?"

"Bodoh?" sahut Arion.

"Ah, benar juga. Tapi selama ini justru dia yang selalu mengataiku bodoh. Hss, dia benar-benar keterlaluan."

"Kau benar. Sepertinya dia belum mendaftar."

"Ya Tuhan. Lalu bagaimana dengan alamat IP-nya?"

"Programnya masih berjalan, dan belum selesai. Kau tahu lebih baik tidak memedulikan pencarian alamat IP ini. Kita tidak bisa berharap. Kemungkinan Joy tersambung ke jaringan sangat-sangat kecil," omel Arion, membuat Gerry mendadak makin sedih.

Arion menghela napas, mematikan laptop, kemudian kembali meletakkan benda tersebut di dalam tenda, tepat di kanan Earlene yang duduk melamun di samping Jeremy yang sudah terlelap.

Earlene termenung, memikirkan hal-hal yang terjadi kepadanya belakangan ini. Dia baru saja selesai membaluri pergelangan tangan Jeremy dengan daun-daun yang sudah dihaluskan.

"Ini 2024?"

"Ya, sekarang tahun 2024," sahut Jeremy. "Dan saat ini, kau sedang berada di Kota Bogota, Kolombia, Amerika Selatan. Aku sudah bersiap untuk hal seperti ini sejak dua bulan lalu. Jadi, ya, selamat datang."

"Apa maksudmu? Kau bilang aku tertidur selama dua bulan. Itu berarti dua bulan, bukan-"

"Kau berasal dari Prancis. Tahun berapa?"

Earlene tampak ragu-ragu. "1994."

"Kau melewatkan banyak momen selama tiga puluh tahun. Sa-ngat ba-nyak. Berapa umurmu di tahun 1994?"

"D-dua puluh."

Jeremy mengangguk pelan. "Baiklah. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan membantumu mencari sahabatmu dan membantu kalian pulang. Tapi, sebelumnya, aku ingin kau membantu penelitianku yang sempat tertunda lebih dulu."

"Penelitian apa? Apa kau juga orang dari NASA?"

"Bukan. Ini penelitian pribadiku. Ah, dan satu syarat. Jangan ceritakan tentang tahun asalmu kepada siapa pun, termasuk pada Bibi Harleen."

The AmazoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang