Bab 11 : Adrenalin pt.2

15 13 0
                                    

Remang-remang.

Matahari sore makin turun. Cuaca yang memang tak cerah pun makin gelap meski senja belum benar-benar tiba menimpa Hutan Amazon. Joy dan Marc masih berjalan dan tak banyak bicara untuk menghemat tenaga, apalagi buah-buah kecil yang mereka punya hanya tersisa sedikit.

Joy dan Marc melewati jalan yang tak terdapat jalur di sana, demi tetap berjalan lurus. Oleh karena itu, mereka melangkah dengan langkah lebar dan lambat.

"Joy."

"Hm?"

"Tidak jadi."

Joy yang sudah mulai pucat, yang tadinya menengok, kembali berjalan sambil menghela napas jengah, membuat Marc merasa bersalah. Dia pun berniat mengajak istirahat. Namun, sebelumnya, dia mengedarkan pandang ke sekitar dengan lebih cermat, berharap ada buah apa saja yang bisa dia ambil sebagai tambahan buah-buah kecil tadi.

Akan tetapi, bukan buah, Marc malah melihat seekor jaguar dewasa yang sedang tidur.

"Berhenti," kata Marc dengan tenang.

Joy yang berjalan di depan, berhenti. Perempuan itu menoleh ke belakang, lalu bertanya, "Ada apa?"

Marc meletakkan telunjuk kanan di depan bilah bibir, mengisyaratkan agar tetap diam dan tidak membuat suara. Dengan tenang, pria itu mengedikkan bahu ke arah depan, membuat Joy kembali menghadap ke sana dan mematung dengan perasaan terkejut. Mata membola. Mulut terbuka. Joy hampir saja berteriak, tetapi dia cepat-cepat menutup mulut dengan kedua tangan.

"Ayo memutar lagi," ajak Marc.

Kali ini, Joy dan Marc berjalan dengan sangat berhati-hati. Tiap langkah bisa memakan waktu sampai tujuh detik. Setelah belasan menit, mereka akhirnya dapat melewati si jaguar. Ada sedikit rasa lega, tetapi perjuangan melangkah yang melelahkan belum selesai.

"Lelah sekali berjalan seperti tadi," gumam Joy.

"Ssstt," desis Marc. "Ayo."

Keduanya pun kembali mengendap-endap. Sesekali, mereka menoleh ke belakang untuk memastikan jaguar itu masih tertidur. Mereka sempat mengira posisi mereka saat ini sudah cukup aman. Langkah yang sedikit bersuara juga tidak membuat jaguar itu terusik. Hal itu membuat mereka lengah. Pada akhirnya, Joy tidak sengaja menginjak ranting kering, kemudian terpeleset.

"Aah," rintih Joy dengan suara kecil.

Marc langsung menoleh ke belakang. Untung, jaguar tidak bereaksi apa-apa. Marc segera membantu Joy untuk berdiri. Dia menarik tangan Joy. "Apa sakit?" tanya pria itu, perhatian.

"Menurutmu?!"

Tak lama kemudian, terdengarlah bunyi semak yang disentuh-sentuh. Marc tertegun lebih dulu, kemudian Joy. Mereka mematung untuk beberapa saat, sebelum satu kali lagi menoleh ke belakang perlahan-lahan. Cukup jauh dari tempat mereka, seekor jaguar yang tadi tertidur, sekarang berjalan mendekat. Jaguar itu belum melihat Joy, maupun Marc, tetapi arah langkahnya membuat gelisah.

"Apa itu jaguar yang tadi?" tanya Joy.

"Kurasa, sedikit aneh jika ada jaguar lain dalam jarak kurang dari lima puluh meter," jawab Marc.

"La-lalu, bagaimana?"

"Apanya?"

"Tetap di sini atau lari?"

"Menurutmu, apa kau sedang bisa berlari saat ini?" Marc melihat kaki Joy untuk mengingatkan perempuan itu bahwa kakinya baru saja mengalami musibah. "Bisa berdiri saja sudah bagus."

"Lalu, bagaimana?"

"Biarkan saja."

"Hah?!"

Marc membelalak kala Joy meninggikan suara. Lagi-lagi, pria itu menoleh jaguar untuk mengecek. Namun, kali ini hasilnya tidak beruntung. Jaguar dewasa yang dari tadi mereka coba untuk hindari, telah menemukan keberadaan mereka.

The AmazoniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang