44. Sebuah Pergerakan

2.4K 241 0
                                    


Iloania mengikuti langkah Gailes yang menyusuri tepi sungai yang nyaris mati, dengan hanya ada sedikit air yang tersisa diatas bebatuan dan pasir yang menjadi genangan. Ditangan kirinya, Gailes dengan tatapan kosong membawa botol air, guna mencari air.

"Kak Gail, apakah ada mata air disekitar sini?" Tanya Iloania.

Namun lagi seperti biasanya, Gailes mengabaikan Iloania. Melangkah tenang melewati rerumputan dan bebatuan, menyeberangi batang kayu untuk menuju keseberang sungai yang belum benar-benar kering. Langkah Iloania terdengar, dan kedua tangannya terentang, menjaga keseimbangan langkahnya yang sedikit main-main. Beberapa langkah banyaknya, Iloania menyaksikan Gailes membungkuk disebuah genangan air yang mengalir dari celah bebatuan. Ketika Iloania mendongak, itu adalah mata air yang cukup luas, berwarna kebiruan dengan hal-hal disekelilingnya adalah padang bunga liar yang dilihatpun, cukup menarik. Dan ada gunung tinggi disana. Masih banyak jejak salju yang dapat ditemukan, meski sudah tak sebanyak kemarin.

"Tempat ini bagus~" Gumamnya.

Gailes menggunakan botol untuk menyimpan air. Botol itu cukup besar, dengan adanya tali yang menggantung, memudahkan untuk dibawa dengan tangan. Air jernih mengisi botol kaca yang tipis dan transparan, hampir tidak bisa dibedakan. Ketika Gailes mengangkatnya dan berbalik, tanpa kata, Iloania terus mengikutinya. Layaknya anak ayam mengikuti induknya. Berbagai kegiatan yang dilakukan Gailes atau yang lain diikuti oleh Iloania. Kadang bersama Merina, kadang bersama dengan Hyurens, atau dengan pemuda besar bernama Geace yang seringnya berlatih ilmu pedang. Pondok itu ada diperbatasan kota, dan diluar. Secara alami yang cukup membingungkan, mereka aman tanpa sedikitpun masalah yang dihadapi. Atau mendadak kemunculan manusia hantu, tidak terjadi.

***


Tiga hari berlalu, Iloania sudah cukup berinteraksi dengan mereka. Menjadi sedikit demi sedikit dekat, dan bahkan menetapkan dan ditetapkan, Merina dan dirinya adalah sahabat baik. Iloania mengintip dari balik pohon. Diatas rerumputan dibawah pohon berdaun merah tua yang rindang dan berbunga putih, Gailes terbaring menghadap langit dalam ketenangannya. Iloania memunculkan piringan hitam. Duduk bersimpuh miring diatasnya dan dengan perlahan mendekati Gailes.

Iloania sedikit menunduk, mengamati fitur wajah pemuda didepannya. Gailes itu tampan, dengan hidung tajam, bulu mata tebal, dan bibir tipis yang nampak dingin, namun memiliki warna oranye alami.

Melihatnya, Iloania berkedip ringan dan tanpa sadar mengulurkan tangannya untuk menyentuh pelan ujung hidung tajam pemuda itu.

"Apa yang kau lakukan?"

Suara itu jatuh, dan Iloania menyaksikan sepasang manik kelabu kosong memandangnya dengan tatapan tanpa kehidupan. Iloania belum menarik jari telunjuknya, setelah satu detik, Iloania menarik ujung jarinya dan memasang senyuman cerah yang tak bisa dibandingkan dengan senyuman seribu gadis dengan kecantikan. Piringan hitam Iloania sedikit besar dan mengambang sedikit tinggi. Ketika Iloania sedikit tengkurap dan menyenderkan kepalanya diatas lengannya, helaian benang emasnya jatuh melewati piringan hitam, sedikit tersebar disebelah Gailes.

Melihat cahaya pagi yang hangat menerpa wajah gadis berusia 7 tahun itu, bulu matanya sedikit bergetar sebelum kembali dalam keadaan biasa. Sepasang batu kelabu melirik kekanan, dan menyaksikan surai pirang Iloania nampak berkilauan dibawah hujan sinar mentari.

"Selamat pagi kak Gail~ Apa kakak tidur dengan nyaman?" Tanyanya.

Gailes diam. Sementara mendapatkan jawaban angin, Iloania tertawa kecil. Mengeluarkan sebuah buku dari dalam cincin dimensinya, dan menyerahkannya pada Gailes.

Iloania berkata dengan tenang, "Kakak coba baca~"

Gailes mengulurkan tangannya, dengan sedikit ragu menerimanya dan membaca apa yang tertulis disana. Diawal buku, ada beberapa kata disana. « Sihir Hitam ». Ketika Gailes membukanya lanjut dan lebih lanjut, dia menemukan bahwa buku itu jelas bukan buku untuk mempelajari sihir hitam dan menjadi sesat, namun justru berisi pemaparan bagaimana pencegahan dan penanganan sihir hitam. Juga, ada pengetahuan tentang apa yang diperlukan penyihir hitam selain energi sihir manusia yang bukan berstatus penyihir atau penyihir lainnya.

"Darimana.." Gailes menatap Iloania dengan tatapan kosongnya.

"Itu milik guruku. Tidak apa, baca saja. Guru tidak akan marah padaku~" Ucap Iloania membuat Gailes terdiam dan menatap kembali kata demi kata diatas lembaran kertas yang menguning samar itu.

Gailes menatap senyum Iloania yang cerah, dan dengan tenang menutup buku untuk kembali berbaring dalam diam tanpa suara. Iloania mengikuti arah pandang Gailes, pada langit pagi yang biru dan dihiasi awan putih yang halus. Pandangannya menerawang dan senyuman tipisnya berangsur menghilang. Ditelan oleh keheningan. Melihat keterdiaman Iloania, Gailes melirikkan maniknya. Memandang helaian benang emas yang seolah berkilauan, dan tepat disampingnya, ketika Iloania berbaring terlentang menatap langit. Tanpa sadar, ujung jarinya merasakan kehalusan benang emas Iloania, menatapnya sampai tersadar dan dengan tenang menarik tangannya, seolah tak terjadi apapun.

Iloania berbalik dan menatap Gailes. "Apa kakak lapar?"

Gailes diam selama beberapa detik dan bergumam dengan suara samar. "Tidak .. terlalu"

Iloania memiringkan kepalanya memandang pohon, tangannya terulur menyentuh batang pohon. Mengalirkan cahaya keemasan yang lembut dan mengalir menuju tiap daun-daun dan bunga. Ketika cahaya berada diujung bunga, biji buah terlihat dan dalam beberapa saat membesar dan menjadi buah bundar berwarna peach, dengan garis luar berwarna merah gelap. Dua buah jatuh perlahan, seakan mengambang dan jatuh ditangan Iloania dan satu jatuh tepat diatas dada Gailes. Tangannya mengambilnya dan meneliti buah itu, sebelum gigi rapinya menggigit daging buah yang manis dan cukup berair ketika dia mengambil posisi duduk bersandar pada batang pohoh. Itu secara alami, adalah buah yang enak, dengan satu biji seukuran kuku ibu jari ditengahnya.

Manik Iloania tersenyum, begitupun dengan bibirnya yang menyunggingkan senyuman manis.

***


Dimalam harinya, diatas ranjang kecil susun, Iloania berbaring bersama Merina. Tidur berselimutkan selimut tipis dengan napas halus yang terdengar diranjang atas. Sementara diranjang bawah, Geace berbaring dengan dengkuran yang tak bisa dikatakan ringan. Hyurens berbaring diranjang papan disudut lain tanpa suara atau gerakan, kecuali gerakan perutnya yang samar.

Suara terdengar didepan, terpisah oleh dinding bambu dan pintu, dibawah cahaya lampu yang remang, Gailes duduk diatas bangku dengan buku ditangannya. Maniknya menyipit, dan Gailes tanpa keraguan membuka halaman dan membacanya hingga larut malam hampir datang.

Boomm!!

Suara ledakan terdengar memekakkan indra pendengaran. Semua orang yang tertidur terkejut dan segera bangkit dari alam mimpi. Sedangkan Gailes terkejut dan refleks berlari keluar, untuk melihat api menyungsung tinggi dari arah desa. Tanpa kata, Gailes berlari kesana, meninggalkan Iloania dan yang lain dalam kebingungan dan linglung.

"Ah! Apa itu, apa itu?!" Merina bertanya dengan linglung dan panik.

Geace menggelengkan kepalanya dan memfokuskan pandangannya. "Disana! Gail berlari kesana, ayo!"

"Jangan impulsif. Merina, cari tahu apa yang terjadi disana." Perintah Hyurens.

Merina yang telah sepenuhnya sadar menganggukkan kepalanya. Tangannya menyentuh tanah, dan cahaya kecoklatan muncul didahinya. Ketika merasakan apa yang terjadi, manik Merina membelalak dengan lebar.

"Ada puluhan manusia hantu yang menghancurkan desa. Dan itu bergerak menyebar keseluruh kota!" Ucapnya dengan panik.

"Apa?!"

Iloania memincingkan matanya. Ia memunculkan piringan hitamnya dan dengan segera menyusul Gailes untuk menghadapi manusia hantu itu.

"Ilo!!" Merina memanggil.

Iloania berbalik dan berkata, "Aku akan pergi lebih dulu. Berhati-hatilah saat menyusul!"

Merina memanggil Iloania kembali, namun dengan gaun tipis setengah paha itu, Iloania telah menghilang dibalik pepohonan yang tinggi.

***
Bersambung

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang