101. Harus Menghilangkan Kemarahan

581 47 0
                                    

"Sialan! Manusia rendahan sepertimu berani-beraninya melayangkan serangan untukku!" Desis Hisso bangkit.

Setelah perutnya sembuh dari serangan Iloania, kini ada luka bakar parah diperutnya. Gamma bukan pengguna elemen sihir api. Dia bahkan tidak menggunakan sihir untuk menyerang Hisso, namun ada sesuatu yang istimewa tentang Gamma.

Ibunya adalah seorang saintess. Memang aneh kedengarannya untuk seorang saintess yang diberkti dewa untuk menikah. Namun kenyataannya, dirinya adalah putri seorang saintess yang pada masanya dikenal hampir diseluruh negeri.

Saintess Elliosa.

Yang mampu menghalau kejahatan dan segala keburukan.

"Aku yang seharusnya mengatakan itu. Beraninya iblis dari dunia bawah sepertimu mencampuri urusan didunia fana!" Gamma melanjutkan kata-katanya, "Kau pikir seluruh rasmu dapat bertahan setelah menakhlukan dunia manusia? Kau pikir berapa lama rajamu tersegel? Apakah disaat itu semua dewa juga tersegel?"

"Apakah mereka melemah dan kalian meremehkan Dewa?!" Lantang Gamma.

"Tutup mulutmu!" Bentakan itu Hisso lontarkan disaat dirinya tertekan.

Semua ucapan Gamma begitu masuk diakal. Tetapi tubuhnya gemetar setiap membayangkan aura Raja Iblis yang menguar diingatannya. Hisso menyeringai.

Tidak, wanita itu salah. Raja Iblis tidak pernah melemah, sama sekali.

Maniknya melirik Iloania. Bahkan dengan beberapa elemen biasa yang didapatkannya dari Iloania, kekuatan Raja Iblis tak bisa lagi dibayangkan oleh manusia biasa. Tak tahu tolak ukurnya, tetapi itu mengagumkan!

"Haha! Tutup mulutmu, sialan!"

Hisso berseru sembari berlari menuju Gamma dengan serangannya. Sulurnya meruncing dan menajam, hampir siap mengoyakkan daging bahkan siap memecahkan bebatuan.

Duag! Bugh!

"Jangan menghindar!" Hisso memperingati Gamma yang menangkis dan menghindari serangannya.

Setelah mendengar itu, Gamma memandang datar Hisso, sebelum mengangkat tangannya. Tanda dilehernya sekilas memancarkan cahaya keunguan, dan sepasang manik hijau itu menjadi lebih cerah. Ketika Gamma menurunkan tangannya dengan gerakan mengayun, dari langit meluncur tiga kristal berwarna hijau sepanjang tiga meter dan berdiameter sepuluh centimeter.

"Akhh!!"

Kristal itu langsung menembus punggung Hisso dan menancap ditanah. Disusul dengan kristal lain yang memerangkap pergerakannya.

"Kau—!!"

"Katakan dimana Raja Iblis." Kata Gamma yang tiba-tiba sudah berada dihadapannya.

Hisso berkeringat dan menatapnya sebelum menyeringai ngeri. "Carilah sampai keneraka! Bahkan kau tidak layak menyentuh my Lord barang seujung rambutnya!"

Gamma mengangkat tangannya, memunculkan bilah kristal sepanjang lima centimeter yang tajam layaknya pisau. Ia menusukkannya dangkal kedada kiri Hisso, sebelum menariknya kebawah hingga membuat luka menganga.

"Arghh!" Desis Hisso kala merasakan sakit.

Hisso tertawa, "Haha! Kau mengincar jantungku? Silakan saja jika ka—!!!"

Hisso membelalakkan matanya. Kala remasan tangan Gamma terasa mencekik jantungnya. Napasnya terhenti dan maniknya melotot horor kearah Gamma. Hisso tidak mungkin berhalusinasi. Rasa terbakar dijantungnya, dan perasaan diambang kematian membuat tubuhnya gemetar. Tetapi sepasang mata hijau yang dingin itu membuatnya merasakan perasaan tertindas yang hampir menyamai kekuatan penindasan Raja Iblis.

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang