46. Berdoa Di Kuil Musim Semi

2.1K 246 1
                                    


Iloania melihat sekelilingnya dan mendapati teman-temannya termasuk Lasius bahkan Eleanor tengah duduk disatu meja besar. Banyak orang dikantin mencuri pandang pada mereka, terutama karena keberadaan dua orang yang paling dikenal pada acara pembukaan penerimaan siswa baru. Terlebih dengan kedatangan Iloania yang mengambil bangku kosong disebelah Miaka, orang-orang bertambah banyak melirik, terutama kaum hawa. Menyayangkan kecantikan Iloania yang diimbangi dengan kekuatannya yang lemah.

"Ilo, bagaimana? Bagaimana? Apa yang dilakukan oleh pak Kepala sekolah?" Tanya Jissiana memunculkan jiwa penasarannya.

Sebelum Iloania menjawab, Lasius telah menyambarnya. "Apa yang kamu lakukan dengan kepala sekolah?"

"Itu, kepala sekolah hanya bertanya beberapa hal kecil, bukan masalah besar. Ngomong-ngomong hari ini kak Lasius ingin datang berlatih denganku, lagi?" Tawar Iloania sekaligus mengalihkan topik pembicaraan.

Lasius jelas sadar Iloania mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Tetapi meskipun begitu, mengingat latihan terakhirnya yang gagal, Lasius mengepalkan tangannya dan menganggukkan kepalanya dengan tegas.

"Aku ikut."

Iloania mengangguk dan tersenyum cerah. "Baiklah~"

***


Iloania kecil berjalan melewati jalanan yang berbatu. Sepasang alas kaki ringan terlilit dikakinya yang ramping. Gaunnya masih saja, dengan tambahan jubah biru gelap yang menutupi tubuhnya sampai sebatas lutut. Sepasang maniknya memandang sekelilingnya dengan hati-hati, mencoba menemukan sesuatu yang bisa membawanya menuju manusia hantu. Sayangnya bahkan sampai perbatasan kekota lain, tidak ada sesuatu yang bisa ditemukan.

"Hum?" Iloania bergumam samar saat menemukan sebuah bangunan didekat sungai. Ada jembatan disungai dan sepertinya menghubungkan dua kota.

Penasaran, Iloania mendatanginya dan menemukan seseorang membuka kedua pintu besar disana dengan lebar. Memberikan akses kepada orang-orang untuk masuk kedalam kuil itu. Dua pilar besar menjadi ciri dari kuil itu. Pilar batu putih diukir sedemikian rupa, menciptakan ukiran-ukiran yang berulir dan membentuk keindahan clasik. Iloania memandang tiap ukiran dan menahan senyumannya. Pria itu menemukan Iloania dan sedikit terkejut, sebelum menyapa dengan ramah.

"Nak, apakah kamu ingin berdoa?" Iloania memandangnya dan menganggukkan kepalanya.

"Masuklah, masuklah," pria itu mengundangna dengan hangat. Membiarkannya melalui pintu besar, dan mendapati aula kosong dengan kolam dan patung ditengah aula itu. Itu adalah patung seorang wanita yang memiliki empat tangan dan memiliki dua wadah timbangan didua tangan bawahnya. Sedangkan dua tangan lainnya memegang harpa dan karangan bunga. Dikolamnya, air jernih memantulkan kilauan, ketika banyak koin perak dan emas tersorot cahaya matahari pagi dari jendela-jendela tinggi yang megah.

Iloania tidak bisa membantu, tetapi sedikit tertegun.

"Benar-benar wanita yang cantik dan anggun. Siapa dia?" Tanya Iloania.

Pria disampingnya tengah berkutat dengan meja pemujaan didepan patung, dan dengan tenang menjawab. "Dewi Artorphs, melambangkan ketamakan, tetapi juga melambangkan pengorbanan. Dewi Artorphs adalah dewi yang dipuja oleh orang diseluruh kota ini."

"Dahulu kala, Dewi Artorphs adalah dewi yang paling dicintai dikerajaan langit. Tetapi Dewa Matahari dan Dewi Bulan melihat keserakahan dalam dirinya. Dewi Artorphs sangat senang mengoleksi berbagai perhiasan dan kristal, bahkan sampai yang ada didunia manusia. Dewa Matahari yang marah menghukumnya keduania manusia dan menghilangkan hampir seluruh kekuatannya. Dewi Artorphs yang dibuang kedunia manusia masih terus mengumpulkan permata dan kristal, sampai dia bertemu dengan seorang manusia. Tahu apa yang terjadi?" Ditengah ceritanya, pria itu bertanya.

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang