116. Kisah Gadis Penari Dan Raja Tiran

255 10 0
                                    

Orte, Benua Laperm

Musim dingin telah berlalu setelah beberapa saat yang lalu. Musim semi datang menyambut, cahaya mentari menyapa hangat dan angin menerbangkan aroma kegembiraan dari anak-anak yang tertawa riang dibawah guyuran bunga di padang. Seperti saat ini, seperti hari-hari biasa, anak-anak entah diusia keberapa mereka, menari dan berlarian bersama dengan teman-teman mereka. Wajah mereka dihiasi senyuman yang bahkan setara dengan manisnya madu.

“Kamu tidak akan bisa mengejarku, haha!”

Dengan kalimat bernada profokatif yang ditujukkan kepada si pengejar, anak-anak lain tertawa dan mulai berlari kembali lebih cepat untuk menghindari si pengejar yang mengejar sembari berteriak dengan penuh demangat, mengancam untuk menggelitik mereka sampai menangis jika ada yang tertangkap ditangannya.

“Aku akan menggelitik kalian sampai menangis jika aku bisa menangkap salah satu dari kalian!!”

“Kamu hanya bisa membual saat larimu saja seperti kura-kura, Ryoly!” Yang lain tergelak mendengar ucapan anak yang berambut pirang, namun sesungguhnya mereka tahu bahwa itu hanya candaan dan tidak ada niatan sedikitpun darinya untuk menyakiti hati yang lainnya. Sebab anak-anak didesa itu adalah anak-anak yang memiliki karakter baik.

“Anak-anak, cepat kembali kerumah kalian masing-masing! Cello, segera pulang!” Suara panggilan itu membuat anak-anak itu berhenti bermain dan menoleh untuk mendapati seorang wanita setengah baya datang dengan terburu-buru. Salah satu dari mereka bertanya, “Ada apa, Bibi?”

Wanita itu menjawab, “Penjaga kerajaan akan melewati desa ini. Maka dari itu segera kembalilah kerumah kalian masing-masing!”

Bagi anak-anak, tidak ada yang lebih menakutkan daripada mendengar tentang sesuatu yang berhubungan dengan kerajaan. Tidak, bahkan orang dewasa dan orangtua pun begitu. Bukan lagi sebuah rahasia bahwa Kerajaan Vlover memiliki raja yang amat kejam, dan bahkan pantas dijuluki sebagai tiran yang tak memiliki hati bahkan perasaan. “A-Aku mau pulang!”

“Aku juga! Sampai jumpa!” Segera anak-anak membubarkan diri dan bergegas kembali kerumah mereka masing-masing. Dalam sekejab, padang bunga yang penuh canda tawa menjadi padang yang hening.

Tap.. Tap.. Tap..

Anak laki-laki itu berlari dijalanan guna segera sampai dirumahnya. Tetapi dari kejauhan, telinganya menangkap suara kereta kuda dan tapak kuda yang bersambungan, dan tak terputus. Ia menambah kecepatan larinya, namun kakinya terlalu lambat untuk segera, kereta kuda mendekat dibelakangnya. Jantungnya berdetak nyaring, mungkin itu hanya beberapa meter. Itu cukup untuk menarik busur dan menembaknya dengan anak panah yang terlumuri racun paling mematikan.

Tess..

Lihat, bahkan dia sudah menangis. Langkahnya melambat, dan untuk sesaat, ketika dia berbalik dan melihat pedang terayun kearahnya, karena penjaga mungkin berpikir dia mengotori jalan sang Raja, dia akan mati. Dengan kepala terpenggal mungkin? Atau punggung yang terbuka dengan luka menganga?

Bagi anak kecil, memiliki pikiran seperti itu mungkin terdengar sangat tidak masuk akal, namun setiap malam, nenek atau kakek, ibu atau ayah bahkan kakak mereka akan menceritakan kisah yang mengerikan tentang Raja Vlover, memberikan mereka gambaran tentang kematian paling kejam yang akan dialami oleh mereka, jika mereka berani berhadapan bahkan menyinggung sang Raja.

Crash!!

Darah merah terciprat. Dan rombongan kereta kuda berlalu dalam sekejab mata, meninggalkan jejak roda dan tapal kuda dijalan yang masih berupa tanah.

“Kylo!!” Wanita itu berlari, menghampiri seorang anak yang terbaring dijalanan. Oh, ada ular besar yang terpotong disampingnya dengan darah yang terciprat.

Akankhah Raja benar-benar sekejam itu?

***

“Apa anda membutuhkan sesuatu, Yang Mulia?” Kesatria yang berkuda disebbelah kanan kereta kuda bertanya kepada sang raja yang duduk nyaman didalam kereta merah berlapis emas murni. Suara Raja yang menjawab terdengar dingin, namun membawa kesan unik dan kemisteriusan yang menjebak. “Tidak ada.”

Ada keheningan selama beberapa saat, sampai suara magnetis sang Raja kembali terdengar, bersamaan dengan terbukanya tirai yang menutupi kereta kuda. “Kesatria Bronz.

“Ya, Yang Mulia?” Tanya Bronze Baron. Apakah aku sudah cukup rapi?” Pertanyaan itu membuat Bronze sedikit banyak hampir manahan tawanya didalam hati. Oh, tentu saja. Siapa yang akan berpikir bahwa Raja Vlover yang dikenal sebagai tiran ternyata hanyalah pria kaku yang bahkan ragu memikirkan apakah dirinya sudah cukup rapi untuk menghadiri undangan pesta dikerajaan tetangga untuk dasar mempererat hubungan tali persaudaraan. Atau sebenarnya, Raja kerajaan tetangga menggunakan pesta ini sebagai alibi untuk memperkenalkan putrinya dengan sang Raja. Siapa yang tidak bisa menebaknya selain Raja-nya sendiri, coba?

“Ya Yang Mulia. Anda sudah sangat rapi.” Ungkap Bronze. Sesungguhnya pria berkebangsaan Mellose itu tidak berbohong. Sepasang manik jingga meneliti penampilan Raja.

Sepasang manik hijau lembut yang terkulai. Sepasang mata seperti itu memberinya kesan malas dan dingin secara bersamaan, tetapi itu juga menyembunyikan jejak kehangatan yang ada didalamnya. Bulu matanya panjang dan lebat dengan warna pekat yang alami. Bibir merah muda kemerahan yang tebal, dengan hidung dan alis yang melengkung tegas, memberinya pemanpilan seorang pemimpin yang berani. Saar ini, pria rupawan dengan helaian rambut hitam yang disisir kesamping itu mengenakan baju surta berwarna putih dengan kancing berwarna emas. Celana panjangnya berwarna putih dengan boots hitam terpasang apik dikaki panjangnya. Yang membuat penampilannya agung dan megah, adalah sebuah jubah merah dengan tali emas yang menggantung diadanya.

Bagaimana penampilan seperti itu perlu dikhawatirkan? Bahkan jika dia menghadiri sebuah acara yang berhadapan dengan Kaisar dengan hanya mengenakan baju tidur sutra-pun, dia tidak bisa dicemooh dari sudut penampilan karena dengan menggunakan apapun, dia adalah pria yang sangat amat rupawan.

“Benarkah? Penampilanku sudah rapi?” Dia bertanya kembali dengan nada suaranya yang selalu dingin dan datar.

Bronze menganggukkan kepalanya mantap. “Apapun yang Yang Mulia kenakan sangat cocok. Penampilan Anda sangat luar biasa, Yang Mulia Christopher!”

 Penampilan Anda sangat luar biasa, Yang Mulia Christopher!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang