140. Pertemanan

79 3 0
                                    

Satu minggu kemudian...

"Nenek, aku akan piknik keluar bersama dengan Machio!"

Leviala melihat cucu perempuannya berlari dari kamar dan menyapanya sekilas hanya untuk berpamitan dan menghilang dibalik pintu. Ada peliharaan mereka yang mengikutinya. Gadis itu berlari menuruni tangga melingkar dirumah pohonnya, dan berlari melalui jalanan desa dimana semua bangunan dibangun dibawah pohon berukuran besar. Rumah-rumah penduduk juga dibangun diatas pohon-pohon itu, untuk tempat mengungsi dan juga tempat penting.

"Theor pasti sudah lama menunggu!" Gumamnya.

Ia menoleh dan melihat binatang peliharaannya berlari mengikutinya. Itu adalah seekor Kica, binatang yang mirip dengan tupai, namun memiliki badan sebesar kelinci dan memiliki suara seperti kucing dengan ekor kucing yang menjuntai panjang.

"Ayo, Cama!"

Sudah seminggu ini keduanya bermain bersama. Theor bercerita kepada Samantha bahwa keluarganya sedang dalam perjalanan menuju kekota lain ketika mereka diserang sekelompok orang berjubah hitam. Orangtuanya terbunuh, sementara dia dan kakak laki-lakinya yang disuruh kabur oleh orangtua mereka terpisah. Ia bahkan tidak tahu dimana kakaknya, namun dia yakin bahwa kakaknya masih hidup disuatu tempat karena sesama manusia serigala mampu merasakan hidup sesama mereka terutama yang terikat simpul darah.

Kakaknya adalah seorang putra mahkota, sementara dirinya adalah pangeran. Mungkin orang-orang berjubah itu adalah mereka yang dikirim oleh musuh untuk menyingkirkan keluarganya.

Theor merasa yakin bahwa kakaknya pasti akan menemukannya, dan bersembunyi dikota Elf adalah pilihan terbaik yang dia miliki saat ini ketika dia diincar diluaran sana untuk dihabisi. Namun meskipun demikian, sebenarnya tinggal disana tidak lebih aman daripada diluar. Karena kejadian yang pernah terjadi ratusan tahun lalu, elf menyimpan dendam kepada manusia serigala. Dan dengan larangan bahwa manusia serigala tidak boleh memasuki kawasan elf, diumumkan bahwa siapapun yang melanggar akan menerima hukuman berat yakni kematian.

Samantha mengerti dan paham bahwa dia akan mendapatkan masalah dari ini, namun dia tidak bisa berbuat banyak karena ia tahu bahwa Theor bukanlah seseorang yang jahat seperti yang nenek dan orang lain katakan kepadanya.

Theor adalah anak yang manis, melihat bagaimana mereka berinteraksi selama satu minggu ini.

"Theor!" Ia berhenti didepan sebuah gua kecil ditengah hutan dan memanggil nama anak laki-laki itu. Dari balik bayangan gua, seseorang perlahan muncul. Anak laki-laki itu melangkah dengan ringan keluar, tersenyum lebar dan menyapa Samantha dengan riang. "Samantha! Kamu datang lebih awal?!"

Samantha menganggukkan kepalanya, meletakkan keranjang ditangan Theor dan mengambil sebuah kain yang kemudian dia bentangkan diatas rumput kering, guna menjadi alas untuk mereka duduk. Ia menarik Theor untuk duduk dan mulai membongkar isi dari keranjang kecil yang dia bawa sengaja untuk Theor. "Aku membawa roti lapis dan susu hari ini."

"Susunya kucampur dengan buah strobery, jadi rasanya manis, asam dan sangat segar! Kamu wajib mencobanya!"

Theor menerima apa yang diberikan oleh Samantha dengan riang dan mulai menggigit roti lapis dengan gigitan normal. Gigi taringnya terlihat ketika dia membuka mulutnya untuk menggigit dan telinganya berdiri ketika dia terkejut dengan rasa roti ditangannya. Ekor berwarna hitamnya bergoyang dengan cepat hingga membuat kibasan, menandakan dia menyukai apa yang tengah dia makan.

Sebenarnya, ekor dan telinga werewolf adalah yang membuat mereka menjadi ras paling jujur didunia meskipun mereka sangat bermuka dua alias tsundere. Mereka bisa saja mengatakan tidak mau atau tidak suka, namun ekor dan telinga mereka tidak bisa berbohong ketika mereka sedang tidak suka, takut atau suka pada sesuatu.

"Aku mengisinya dengan daging panggang. Aku memanggangnya sendiri, apa kamu suka?"

Theor menganggukkan kepalanya. "Aku menyukainya!"

"Kalau begitu aku akan membawakannya untukmu besok!" Ucap Samantha membuat Theor sedikit menghentikan kunyahannya.

"Samantha, ada yang ingin kukatakan kepadamu."

Suasana mendadak menjadi serius. "Aku bisa merasakan kakakku sudah dekat. Dia pasti merasakan keberadaanku dan sedang mencariku. Jika perkiraanku benar, kakakku seharusnya sampai besok, dan aku mungkin tidak akan bisa bertemu denganmu lagi."

"Kita sama-sama tahu tentang aturan yang dibuat oleh para petinggi bahwa bangsa kami tidak boleh dekat dengan bangsamu, bahkan tidak boleh masuk atau mendekati wilayahnya. Aku tidak ingin kamu juga turut mendapatkan masalah sama seperti aku jika sampai aku terus tinggal disini atau kembali lagi kesini." Jelas Theor.

Samantha menatapnya tanpa menyela sekalipun. Maniknya sedikit melebar dan sedikit berkaca-kaca.

"Jadi, ini mungkin menjadi piknik terakhir kita." Ungkap Theor.

Samantha menunduk selama beberapa detik sebelum mendongak dan menganggukkan kepalanya dengan tenang. "Yah, aku mengerti. Hanya saja, rasanya sudah berat untuk membiarkanmu pergi tanpa kembali. Aku pasti akan sangat merindukanmu, Thoer!"

Theor mengangguk. "Aku juga sama denganmu. Tapi aku harus melakukannya, demi hidupku sendiri, dan juga demi kamu."

Samantha menenangkan emosi sedihnya dan menganggukkan kepalanya. Jika benar kakak Theor akan menjemput Theor, maka Theor bisa pulang. Keamanan Theor disini juga terancam, jadi Samantha tidak boleh egois dengan tidak memperbolehkan Theor pergi, menangisinya. Samantha tidak bisa melakukannya karena Theor juga memiliki kehidupan sendiri sementara keberadaan Samantha dihidup Theor hanya seorang lalu.

"Makanya kamu harus habiskan roti lapisnya dan susu stroberinya! Ini kan makanan terakhir yang aku buat untukmu." Ucap Samantha membuat Theor menyunggingkan senyuman dan dengan tenang melanjutkan kembali makannya sebelum keduanya bermain bersama ditempat itu hingga menjelang sore.

"Sudah sore, nenek pasti akan menghukumku jika aku pulang terlambat."

Menepuk bagian belakang roknya, Samantha tersenyum kepada Theor. "Besok pagi aku akan membawakanmu sarapan dan membantumu keluar dari hutan ini. Diluar perbatasan, kamu bisa bertemu dengan kakakmu lebih mudah disana."

Mendengar saran Samantha, Theor menganggukkan kepalanya. "Ya! Aku menantikan makanan lezat milikmu lagi, Samantha! Terimakasih banyak!"

Samantha tersenyum, berlari dan melambaikan tangannya.

Memandang punggung Samantha yang menjauh, Theor memandangnya selama beberapa waktu sebelum bayangan Samantha menghilang dibalik pepohonan yang rimbun. Ia mendongak, memandang langit berwarna biru putih yang dingin dan lembut sebelum dengan ringan bergumam, "Semoga kakak segera menemukanku. Aku sudah sangat merindukannya."

Legenda Bulan Kristal [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang